Views: 8
Soliderenews.com. Kegemaran menulis cerpen, menjadi modal seorang difabel netra, bernama Ikhwan Khanafi, melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Pria kelahiran Magelang 2 Agustus 2000 itu, kini resmi menjadi mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa Seni dan Budaya melalui jalur seleksi mandiri talent scouting.
Talent scouting atau pemanduan bakat. Adalah program atau kegiatan yang menjadi tugas seksi pembibitan bidang pengembangan prestasi, menyiapkan bibit–bibit pelajar bertalenta, di kalangan sekolah.
Menurut Ikhwan, tak banyak difabel yang bisa diterima di universitas negeri. Apakah karena keterbatasan fisik atau kebutuhan khusus yang menyertai. Fakta tersebut justru memotivasinya berusaha optimal, untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi Negeri (PTN).
“Adanya kawan-kawan difabel yang tidak diterima di PTN, kondisi ini memotivasi saya berusaha lebih keras. Saya mempersiapkan diri seoptimal yang saya bisa, untuk meraih mimpi besar saya. Melanjutkan pendidikan ke jenjang universitas,” ujar Ikhwan di laman website UNY, Kamis (15/8/2024).
Sejak kecil, Ikhwan sangat menyukai karya sastra. Dia menulis puisi, cerita, dan novel. Ia memiliki ketertarikan pada bidang tulis menulis sehingga memilih untuk menempuh pendidikan di program studi Sastra Indonesia. Pilihan ini tidak hanya untuk mengejar gelar akademik. Melainkan juga untuk mengembangkan bakat dalam dunia sastra.
Berbekal sertifikat kejuaraan yang dimiliki, baik dalam bidang sastra maupun karya ilmiah, warga Ngaglik, Kalipucang, Grabag, Magelang tersebut memutuskan untuk mendaftar lewat jalur mandiri. Ikhwan juga tergabung dalam Komunitas Yuk Menulis (KMY) dan memperoleh banyak ilmu tentang kepenulisan.
Sampai saat ini, ia juga telah menerbitkan dua buku antologi cerpen berjudul Menuai Hikmah dan Berkilau dalam Temaram yang mengisahkan pengalaman seorang difabel netra bersekolah di sekolah umum.
Berkilau dalam temaram
Cerpen “Berkilau dalam Temaram” mengangkat betapa pentingnya nilai inklusif atau sebuah pengakuan dan penghargaan atas eksistensi perbedaan khususnya bagi para difabel. Penyandang disabilitas atau orang berkebutuhan khusus tetap bisa melakukan kegiatan sehari-hari dan harus diperlakukan secara setara.
Selain fokus pada bidang kepenulisan, alumni Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Sleman ini juga memiliki rencana lain selama di UNY. Dia ingin masuk Keluarga Mahasiswa Sastra Indonesia (KMSI) dan unit kegiatan mahasiswa (UKM) Al-Huda UNY.
Difabel bukan hambatan
Ikhwan memiliki harapan besar untuk mendapatkan pengetahuan dan berbagi ilmu ke depannya. Bagi Ikhwan, menjadi difabel bukan hambatan untuk meraih cita-cita. Dia juga menyampaikan bahwa, pasca menyelesaikan jenjang S1 akan melanjutkan ke jenjang S2.
“Jika ada kesempatan, saya ingin melanjutkan ke jenjang S2. Saya ingin menjadi guru. Saya ingin berbagi ilmu dan memotivasi orang lain bahwa kekurangan tidak menghambat untuk meraih pendidikan yang tinggi,” katanya.
Orangtua Ikhwan, Mudihanto dan Sujilah yang berprofesi sebagai petani bersyukur anaknya lolos UNY pada jalur mandiri talent scouting.
“Saya senang dan bangga karena seorang mahasiswa difabel tunanetra jarang dapat diterima di universitas negeri. Yang penting anaknya nyaman dan dapat berkembang dengan baik. saya akan terus mengarahkan dan memberikan dukungan untuknya,” tutur Mudihanto.
Keberhasilan Ikhwan lolos perguruan tinggi membuktikan bahwa pendidikan berkualitas bisa diakses oleh semua, tanpa memandang keterbatasan. Pihak UNY mengaku sadar bahwa hal ini merupakan langkah penting dalam menciptakan lingkungan belajar setara.[]
Reporter: Harta Nining Wijaya
Editor : Ajiwan