Views: 12
Solidernews.com – Sebagian orang mengetahui tentang gangguan tidur yang umum seperti insomnia. Sebagian orang mengetahui tentang difabel seperti difabel fisik dan difabel tuli. Namun tidak semua orang mengetahui mengenai kaitan antara gangguan tidur dengan kondisi difabel. Oleh karena itu pada tulisan ini, akan dijelaskan kaitan antara gangguan tidur dengan kondisi difabel.
Perkenalan singkat tentang gangguan tidur
Gangguan tidur adalah sekelompok kondisi yang dapat menyebabkan gangguan tidur dengan pola yang normal. Gangguan tidur yang berkepanjangan dapat menyebabkan gangguan pada fungsi fisik, mental, sosial, dan pengendalian emosi. Hal hal tersebut dapat menyebabkan terganggunya Kesehatan yang berdampak pada kualitas hidup yang berkurang dan keselamatan orang tersebut.
The International Classification of Sleep Disorder edisi ketiga (ICDS-3) mengkategorikan gangguan tidur sebagai berikut:
- Insomnia
- Gangguan pernafasan selama tidur
- Siklus ritme sirkadian
- Hypersomnia
- Parasomnia
- Gangguan pergerakan pada saat tertidur
Insomnia merupakan gangguan yang ditandai dengan susahnya seseorang untuk tertidur. Sedangkan contoh gangguan pernafasan selama tidur adalah obstructive sleep apnea dan central sleep apnea. Siklus ritme sirkadian adalah kondisi dimana seseorang memiliki pola tidur yang berbeda dibandingkan orang lain pada umumnya. Hypersomnia merupakan kondisi dimana seseorang masih merasa mengantuk walaupun waktu tidur malamnya sudah cukup. Parasomnia dan gangguan pergerakan pada tidur adalah kondisi dimana seseorang mengalami pergerakan yang tidak biasanya pada saat proses tidur berlangsung.
Hubungan antara gangguan tidur dengan kondisi difabel
Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa gangguan tidur yang berlangsung terus menerus dapat menyebabkan terganggunya fungsi Fisik, mental, sosial dan pengendalian emosi yang semua hal tersebut dapat menyebabkan gangguan Kesehatan apabila hal tersebut tidak segera ditangani. Pada kesempatan ini penulis akan membahas 3 hal. Pertama yaitu gangguan tidur sebagai pemicu seseorang memiliki kondisi difabel. Kedua yaitu gangguan tidur yang diakibatkan karena difabel tertentu. Ketiga yaitu gangguan tidur yang dapat masuk dalam kategori difabel.
Gangguan tidur sebagai pemicu kondisi difabel
Seseorang yang mengalami gangguan tidur yang berkelanjutan akan mengalami kondisi Kesehatan yang memburuk. Kondisi-kondisi yang dapat diakibatkan oleh gangguan tidur yang berkelanjutan yaitu penyakit kronis seperti diabetes, gangguan depresi, dan stroke. Kondisi diabetes dan stroke dapat memperbesar risiko seseorang untuk menjadi difabel secara fisik atau bahkan dapat membuat seseorang memenuhi kriteria untuk menjadi difabel dengan jenis hambatan yaitu hambatan fisik. Sedangkan gangguan depresi membuat seseorang secara otomatis memenuhi kriteria sebagai orang dengan difabel mental jenis psikososial.
Gangguan tidur akibat dari difabel yang dialami
Pada individu dengan difabel mental autisme, gangguan tidur yang sering mereka alami adalah insomnia dan parasomnia. Sedangkan pada difabel intelektual, gangguan tidur yang sering mereka alami juga mirip dengan individu autisme. Untuk difabel sensorik seperti difabel Netra total mereka sering mengalami gangguan tidur dalam bentuk perbedaan ritme sirkadian jenis siklus 24 jam bangun, 24 jam tertidur yang terjadi karena indra sensori berupa mata sama sekali tidak menangkap cahaya yang hal tersebut dapat mengatur ritme kerja tubuh. Orang dengan gangguan psikososial seperti depresi dapat mengalami gangguan tidur baik itu insomnia maupun hypersomnia. Sedangkan untuk difabel fisik, mereka biasanya memiliki kualitas tidur yang kurang baik.
Gangguan tidur yang dapat masuk kategori difabel
Seperti yang sudah penulis jelaskan sebelumnya bahwa gangguan tidur dapat memicu seseorang untuk menjadi difabel dan orang yang sudah memiliki kondisi difabel rentan untuk mengalami gangguan tidur. Namun taukah pembaca bahwa ada gangguan tidur tertentu yang membuat seseorang dapat dikategorikan sebagai individu dengan difabel? Kalau belum tau maka penulis akan menuliskan kondisi gangguan tidur yang dapat membuat seseorang memenuhi kriteria sebagai difabel.
Gangguan pertama yang akan penulis sebut adalah Kleine Levin Syndrome atau yang terkenal dengan nama populernya Sleeping beauty Syndrome. Masih ingatkah dengan kejadian viral tahun 2017 di Indonesia dimana gadis bernama Siti Raisa Miranda tidur selama 13 hari? Yaps, kejadian tersebut merupakan kejadian yang menggambarkan secara tepat gejala dari sindrom ini. sindrom ini masuk dalam kategori hypersomnia dimana individu yang mengalami ini dapat tertidur selama beberapa minggu hingga beberapa bulan. Menurut penulis tentu saja sindrom ini dapat dikategorikan difabel karena sindrom ini membuat seseorang dengan kondisi ini mengalami penurunan fungsi tubuh yaitu terbatasnya waktu ia untuk terbangun. Sindrom ini juga berlangsung dalam jangka waktu yang lama (siklus tidur bangun tersebut berlangsung sepanjang hidup). Selain itu sindrom ini dapat menghalangi individu tersebut untuk melakukan aktifitas sehari hari dan berpatisipasi dalam Masyarakat.
Gangguan kedua yaitu sleep apnea tingkat berat. Pada individu dengan sleep apnea tingkat berat, kualitas tidurnya seringkali terganggu karena pada saat orang tersebut mengorok maka jumlah oksigen yang masuk dalam otaknya berkurang sehingga membuat kualitas tidurnya menjadi buruk. Kasus terburuknya adalah seseorang tersebut terhambat pernafasannya pada saat tidur dan pada saat kasus tersebut terjadi seseorang akan menjadi koma atau bahkan tewas. Ketika orang tersebut selamat dari kejadian tersebut kualitas tidurnya menjadi sangat terganggu sehingga ia akan mengalami kelelahan tingkat berat yang berlangsung sepanjang hari. Kurangnya kualitas tidur yang berkelanjutan juga memicu kondisi seperti stroke, diabetes, hipertensi dan kondisi Kesehatan lainnya.[]
Penulis: Rahmat Fahri Naim
Editor : Ajiwan Arief
Biodata penulis
Rahmat Fahri Naim merupakan individu autistic dan narkolepsi dewasa di Indonesia. Saat ini tergabung di Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel Indonesia. Ia memiliki minat untuk mendalami isu isu Invisible Difability atau yang dalam Bahasa Indonesianya disebut difabel tak kasat mata. Penulis bisa dihubungi melalui akun r_fahri_n yaitu id instagramnya.
Daftar Pustaka
[AASM] American Academy of Sleep Medicine. 2014. International classification of sleep disorders. 3rd ed. Darien (IL): American Academy of Sleep Medicine.
Atan, Y. S., Subaşı, M., Güzel Özdemir, P., & Batur, M. (2023). The Effect of Blindness on Biological Rhythms and the Consequences of Circadian Rhythm Disorder. Turkish journal of ophthalmology, 53(2), 111–119. https://doi.org/10.4274/tjo.galenos.2022.59296
Esbensen, A. J., & Schwichtenberg, A. J. (2016). Sleep in Neurodevelopmental Disorders. International review of research in developmental disabilities, 51, 153–191. https://doi.org/10.1016/bs.irrdd.2016.07.005
Institute of Medicine (US) Committee on Sleep Medicine and Research; Colten HR, Altevogt BM, editors. Sleep Disorders and Sleep Deprivation: An Unmet Public Health Problem. Washington (DC): National Academies Press (US); 2006. 3, Extent and Health Consequences of Chronic Sleep Loss and Sleep Disorders. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK19961/
Karna B, Sankari A, Tatikonda G. Sleep Disorder. [Updated 2023 Jun 11]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560720/
Kim, M. J., Lee, J. H., & Duffy, J. F. (2013). Circadian Rhythm Sleep Disorders. Journal of clinical outcomes management : JCOM, 20(11), 513–528.
Krystal A. D. (2012). Psychiatric disorders and sleep. Neurologic clinics, 30(4), 1389–1413. https://doi.org/10.1016/j.ncl.2012.08.018
Ramdurg S. (2010). Kleine-Levin syndrome: Etiology, diagnosis, and treatment. Annals of Indian Academy of Neurology, 13(4), 241–246. https://doi.org/10.4103/0972-2327.74185
Silber M. H. (2013). Sleep-related movement disorders. Continuum (Minneapolis, Minn.), 19(1 Sleep Disorders), 170–184. https://doi.org/10.1212/01.CON.0000427207.13553.68
Singh, S., Kaur, H., Singh, S., & Khawaja, I. (2018). Parasomnias: A Comprehensive Review. Cureus, 10(12), e3807. https://doi.org/10.7759/cureus.3807