Views: 15
Solidernews.com – Revolusi teknologi terus bergulir, membawa harapan baru bagi difabel penglihatan. Salah satu inovasi terbaru adalah headset canggih yang mampu mengubah cara mereka berinteraksi dengan dunia.
Tim peneliti National University of Singapore (NUS) mengembangkan sebuah penyuara telinga atau headset baru untuk memberikan deskripsi gambar kepada para difabel hambatan penglihatan.
Headset ini dilengkapi dengan kamera beresolusi tinggi dan kecerdasan buatan (AI) yang canggih. Kamera akan menangkap gambar dari lingkungan sekitar, lalu AI akan memproses gambar tersebut dan memberikan deskripsi secara suara kepada pengguna. Dengan demikian, difabel penglihatan dapat “melihat” objek di sekitar mereka, mulai dari wajah orang, teks pada buku atau label produk, hingga pemandangan alam.
Seperti dikutip dari The Straits Times, headset yang diberi nama AiSee ini bekerja dengan menganalisis gambar yang dilihat melalui kamera internal dan memberikan informasi tentang objek itu kepada pengguna melalui perintah verbal.
Prosesnya cukup sederhana. Ketika pengguna mengenakan headset, kamera akan secara otomatis menangkap gambar. AI yang tertanam dalam headset kemudian akan menganalisis gambar tersebut dan mengidentifikasi objek-objek yang ada. Informasi ini kemudian akan disintesis menjadi deskripsi suara yang jelas dan detail.
“Kami menyebutnya augmentasi bantu, yang tidak hanya bertujuan mengompensasi kurangnya kemampuan, namun juga berfokus pada membantu pengguna mencapai potensi penuh mereka,” ujar peneliti utama Project AiSee di NUS, Suranga Nanayakkara yang dikutip dari (koran-jakarta.com).
Selama studinya di Massachusetts Institute of Technology pada tahun 2012, Nanayakkara melihat bagaimana seorang teman tunanetra memotret catatan kuliah dengan kamera ponselnya. Dia akan menggunakan tangannya untuk meraba tepi kertas dan kemudian memegang ponsel di atasnya untuk mengambil gambar sebelum menggunakan KNFB Reader, aplikasi seluler untuk pengguna difabel netra, yang mengubah tulisan di kertas menjadi teks suara.
Manfaat Headset Canggih
- Kemandirian: Headset ini memungkinkan pengguna untuk lebih mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti membaca, berbelanja, atau bahkan berjalan-jalan.
- Aksesibilitas: Headset ini membuka akses terhadap informasi yang sebelumnya sulit dijangkau oleh difabel penglihatan.
- Kualitas Hidup: Dengan kemampuan untuk “melihat” lingkungan sekitar, headset ini dapat meningkatkan kualitas hidup pengguna secara signifikan.
Meskipun teknologi ini sangat menjanjikan, masih ada beberapa tantangan yang perlu diatasi. Salah satunya adalah akurasi pengenalan objek, terutama dalam kondisi pencahayaan yang buruk atau ketika objek yang dikenali memiliki bentuk yang kompleks. Selain itu, harga headset ini juga masih cukup mahal berada di sekitaran takkurang dari 500 dolar, sehingga belum terjangkau oleh semua kalangan.
Sebagai alat bantu untuk difabel netra dapat dikatakan headset berbasis AI ini masih sangat awam dikalangan teman-teman netra khususnya diIndonesia. Selain karena alat bantu headset ini masih dalam tahap prototipe, headset ini juga masih belum dijual secara masal khususnya untuk teman-teman difabel netra.
“Sejauh ini alat bantu yang diperuntukan bagi teman-teman difabel dalam hal ini netra, masih sering kali tidak melibatkan dari teman difabelnetra itu sendiri. Banyak pengembang teknologi atau alat bantu yang membuat alat bantu tanpa melakukan reset lebih dalam tentang kebutuhan apa yang diperlukan oleh individu netra. Alhasil produk yang diciptakan tidak jarang justru malah tidak efisien seperti contohnya tongkat sensor yang sempat disebar di banyak daerah di Indonesia sebagai alat bantu difabel netra, yang justru bentuknya kebesaran dan” sensornya juga tidak berfungsi banyak dan malah mengeluarkan suara ribut,” jelas dena putra salah satu difabel netra asal Bali yang sempat di wawancarai oleh solidernews.
Lebih lanjut Menurut Dena putra kemunculan headset AiSee ini sebanarnya sangat menarik di era yang sangat digital dengan sensor AI yang sedang buming-bumingnya, namun tentu perlu diuji cobakan terlebih dahulu kepada para difabel netra agar dapat memberi masukan yang pas karena jika sudah terlanjur jadi dan di jual sangat disayangkan dan tentu sangat merugi dari segi biaya yang digunakan kalau ternyata headset tersebut justru tidak efektif bagi teman-teman netra yang menjadi sasaran pengembangan alat bantu tersebut.
Di sisi lain Komang Arsana seorang difabel netra lainnya yang sangat tertarik dengan dunia TIK dan teknologi juga ikut memberikan pendapatnya mengenai pengembangan headset canggih ini.
“Bagi saya kemunculan alat bantu alat bantu yang berbasis teknologi khususnya AI seperti headset ini sangat bagus, karena tidak bisa dipungkiri bahwa seorang difabel netra sangat terbantu dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat di beberapa tahun terakhir, tanpa adanya perkembangan teknologi tentu individu netra akan sulit mengikuti zaman yang terus berkembang. Hanya saja perlu dikaji dan dilakukan peneilitian secara serius dalam setiap membuat atau mengembangkan alat bantunya agar tidak sekedar hanya sebagai tugas atau projek semata akhirnya alat yang dihasilkan tidak sesuai dengan kebutuhan individu netra,” ujar Komang Arsana.
Menurut Komang Arsana dan Dena Putra, khusus untuk headset AiSee ini penggunaannya tinggal disesuaikan saja tidak perlu sepanjang hari digunakan, kecuali saat harus berjalan sendiri atau saat kita ingin tahu objek sekitar jika tidak ada teman non-disabilitas yang menemani. Selain itu juga jangan sampai mengganggu komunikasi individu netra dengan sekitar memngingat disabilitas netra sangat mengandalkan pendengarannya untuk berinteraksi, jika terus ditelinganya terdapat headset justru akan mengganggu konunikasinya dengan orang-orang sekitar.
Dari hasil perbincangan solidernews bersama kedua perwakilan teman-teman difabel netra yang memiliki ketertarikan dalam dunia teknologi tersebut penulis menyimpulkan bahwa, alat bantu apapun itu baik dalam bentuk headset atau pun lainnya perlu dilakukan penelitian lebih dalam dan serius dan melibatkan langsung para disabilitas yang akan dijadikan sasaran pengembangan alat tersebut, tidak sekedar untuk projek atau tugas kampus semata lalu setelah projek selesai tidak ada pengembangan lebih lanjut.
Hal ini sejalan dengan para peneliti dari headset canggih bernama AiSee ini yang terus berupaya untuk melakukan penelitian lebih lanjut guna mengatasi kekurangan dan tantangan-tantangan yang masih perlu diselesaikan pada headset AiSee. Seperti mereka masih mengembangkan algoritma AI yang lebih canggih dan mencari cara untuk menurunkan biaya produksi headset. Diharapkan, di masa depan, headset canggih ini akan menjadi alat bantu yang lebih terjangkau dan semakin banyak digunakan oleh penyandang disabilitas penglihatan di seluruh dunia.
Penulis: Harisandy
Editor : Ajiwan