Search
en id

Gunakan fitur ACCESSIBILITY melalui tombol simbol biru bagian kanan agak atas sebagai preferensi untuk kenyamanan Anda.

Harapan-Harapan Penguatan: Inisiasi dan Niat Baik Konsorsium ULD Kampus Inklusi

Views: 5

Solidernews.com – Universitas Brawijaya (UB) secara resmi membentuk Unit Layanan Disabilitas (ULD) pada tahun 2012. Unit Layanan Disabilitas ini didasari oleh jumlah mahasiswa difabel di UB yang semakin banyak, serta komitmen kampus untuk menerima dan memberi akomodasi bagi seluruh mahasiswa tanpa terkecuali. Dalam kurun waktu 12 tahun belakang ini, Unit Layanan Disabilitas Universitas Brawijaya seperti namanya, menyediakan sejumlah hal untuk mendukung para mahasiswa difabel dalam menempuh pendidikan dan berinteraksi sosial di dalam lingkup kampus.  Layanan aksesibilitas, bimbingan belajar, serta adaptasi metode pembelajaran dan evaluasi adalah beberapa contoh fasilitas yang disediakan oleh ULD Universitas Brawijaya.

Lalu pada tahun ini, Universitas Brawijaya memandang perlu adanya jejaring antar universitas di Indonesia yang telah atau berniat ingin membentuk Unit Layanan Disabilitas dalam bentuk konsorsium.  Langkah ini dianggap penting untuk berbagi pengetahuan, strategi, dan praktik terbaik yang telah diterapkan di berbagai Universitas untuk semakin memperkuat komitmen baik. Universitas Brawijaya menyadari, ada banyak tantangan dan kendala dalam proses penyediaan layanan pendidikan bagi mahasiswa difabel di tingkat Universitas. Maka dari itu, konsorsium ini diharapkan dapat hadir sebagai wadah untuk saling berbagi dan menguatkan satu sama lain.

Inisiasi untuk membentuk konsorsium ini diterjemahkan dalam kegiatan yang berlangsung lima hari dengan metode hybrid, tatap muka di hotel Alana Malang dan online melalui platform Zoom. Mengundang secara offline Direktur Inovasi dan Pengemmbangan Pendidikan Universitas Brawijaya (Prof. Dr. dr.Loeki Enggar Fitri, M. Kes., SpParK), – Sekretaris Direktur Inovasi dan Pengembangan Pendidikan Universitas Brawijaya (Dr. Siti Asmaul Mustaniroh, S.T.P., M.P, serta beberapa Universitas di dalam wilayah Malang. Sementara beberapa pihak di luar Malang juga diundang, tetapi hanya mengikuti secara online. Beberapa di antara kampus-kampus yang diundang adalah Monash University, Salerno University, International Islamic University Malaysia, Saint Mary’s University Philippines, De Naga University Phillipines, Institut Teknologi Surabaya, Universitas Hasanudin, Universitas Negeri Yogyakartta, UPRI makassar, Universitas Tadulako, Universitas Bengkulu, pendiri ULD Universitas Brawijaya (Slamet Tohari, M.A) dan Alies Poetri Lintangsari, M.Li.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk Membentuk “Consortium of Inclusive Higher Education” yang melibatkan universitas utamanya di Malang, lebih luasnya di Indonesia, dan pada akhirnya nanti di tingkat Asia Tenggara yang memiliki layanan disabilitas. Padahari pertama, Sabtu 30 November 2024, solidernews melakukan peliputan untuk mengetahui lebih mendalam terkait pembentukan konsorsium ini dan langkah-langkah awal apa saja yang akan dilakukan. Kegiatan berlangsung hangat dan bersemangat. Di sesi pertama, moderator memberi satu jam waktu bagi seluruh peserta untuk berdiskusi terkait tantangan pendidikan inklusi di kampus masing-masing, strategi apa yang selama ini dihadapi, apa saja yang telah dilakukan dan apa solusi yang sudah terpikirkan tetapi belum mampu direalisasikan.

Tanggapan pertama muncul dari kepala Pusat Disabilitas Universitas Hasanuddin, yang membawa sederet poin penting. Kepala Pusat Disabilitas Universitas Hasanuddin mencoba untuk memberi gambaran kepada seluruh hadirin terkait hal-hal yang disyukuri juga disayangkan oleh pihaknya. Yang disyukuri, misalnya. Adalah diletakkannya Pusdis Unhas sebagai unit di tingkat Universitas, bukannya di tingkat fakultas apalagi departemen yang akan menghambat generalisasi inklusi yang ingin dilakukan di dalam kampus. Juga tentang keterbukaan rektor, wakil rektor dan para susunan pekerja lainnya di Unhas untuk memikirkan pendidikan inklusi. Dan juga yang paling penting sekaligus menjadi pembeda dari Universitas Brawijaya, Unhas menjalankan unit layanan disabilitas ini sebagian besarnya, dengan cara relawansi.

“Kami menganggap bahwa dukungan materi memanglah bagus, tapi dukungan relawan juga tak kalah pentingnya. Mahasiswa Tuli kami, ada yang membuat kelas bahasa isyarat tidak berbayar di kampus. Sampai dengan sekarang sudah ada enam relawan bahasa isyarat yang sangat membantu dalam proses perkuliahan bagi mahasiswa Tuli. Selain itu, untuk difabel fisik yang tidak memungkinkan untuk menjangkau kelas secara mandiri, kita juga menyediakan layanan antar jemput. Tetapi yang mengantar serta menjemput itu mahasiswa juga, yang menjadi relawan. Bantuan materi berupa pembiayaan, untuk kami di Pusdis itu belum banyak. Tapi kami berusaha untuk memanfaatkan apa-apa saja yang bisa kami manfaatkan sejauh ini,” tutup kepala Pusdis Unhas Dr. Ishak Salim, S.IP, M,A.

Apa yang disampaikan oleh kepala Pusdis Unhas itu, kemudian ditanggapi oleh beberapa peserta inisiasi konsorsium yang hadir. Terutamanya untuk berbagi pengalaman yang mungkin dapat menjadi saran bagi kampus-kampus lain, tidak terkecuali Unhas, tentang cara-cara apa saja yang bisa ditempuh untuk mengatasi tantangan pembiayaan yang dihadapi oleh Unit Layanan Disabilitas di kampus masing-masing.

Diah Retno Widowati, S.Pd., M.Pd dari Universitas Islam Malang, menyampaikan bahwa beberapa tahun belakangan ini, Unit Layanan Disabilitas di kampusnya telah mengakses dana hibah dari Pensus Belmawa. Skema dua dana hibah Pensus Belmawa ini ditujukan untuk inovasi pembelajaran. Yang dilakukan kemudian dengan pembiayaan itu adalah penyediaan media-media pembelajaran yang aksesibel bagi mahasiswa difabel. Seperti buku digital, artikel sampai dengan aplikasi yang telah disesuaikan dengan kebutuhan difabel ragam tertentu.

“Biasanya kita identifikasi dulu mahasiswa difabel mana, di jurusan apa yang butuh bantuan. Dan itu juga butuh bantuannya di mata kuliah apa. Nanti baru kita buatkan model pembelajaran khusus di mata kuliah itu. Misal seperti di mata kuliah drama, kemarin itu ada mahasiswa difabel mental yang punya kondisi tertentu, yang membuat dia tak bisa menghafal naskah drama dengan mudah. Akhirnya kita buatkan aplikasi dengan modifikasi-modifikasi sesuai dengan kebutuhan belajarnya,” ungkapnya, lebih memperjelas.

Masih berbagi soal dana hibah Pensus Belmawa, tetapi skema satu, mengenai pendidikan inklusi. Dr. Mardiana Andarwati, SE., M.Si dari Universitas Merdeka Malang, pun sempat berbagi pengalamannya dalam aspek pembiayaan dana hibah tersebut.

“Kita sempat buat AI berupa aplikasi, penerjemah teks ke suara. Ini digunakan oleh mahasiswa Tuli. Kemudian kita bikin aplikasi belajar bahasa isyarat juga. Selain itu, ada alat-alat fisik yang akan diberikan ke mahasiswa difabel yang masuk ke kampus kami. Nah itu bisa kita lakukan, dengan bantuan dana hibah ini.”

Di sesi kedua, setelah istirahat siang, forum dilanjutkan dengan suasana yang berbeda. Kali ini para peserta mendengarkan cerita dan pengalaman dari perwakilan-perwakilan kampus di luar Indonesia, terkait pengalaman mereka mengelola Unit Layanan Disabilitas di kampus masing-masing dan bagaimana peran mereka dalam konsorsium tingkat internasional. Hadirnya Prof Umesh Sharma dari Monash University, Australia dan founder & streeing group lead CITED (Consortium of Inclusive Teacher Education and Development) dan – Prof Erika Marie Pace dari Salerno University, Italy; member of the Italian Society of Special Pedagogy (SIPeS), the Italian Society of Pedagogy (SIPED), member of CITED diharapkan dapat mendorong para peserta, untuk terlibat aktif dalam jejaring ULD yang akan dibentuk dan dijalankan bersama-sama itu.

Membangun jejaring dan kolaborasi yang strategis antar Universitas, dinilai UB sebagai hal yang penting dilakukan. Maka dari itu untuk memaksimalkan fungsi konsorsium yang akan dibentuk, melalui pertemuan ini, Universitas Brawijaya pun mengajak Universitas-Universitas yang akan tergabung dalam konsorsium ini untuk menyusun kerangka kerja yang dapat mendukung pengembangan pendidikan inklusi di masing-masing wilayah.[]

 

Reporter: Nabila May Sweetha

Editor       : Ajiwan

 

Bagikan artikel ini :

TULIS KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

BERITA :

Berisi tentang informasi terkini, peristiwa, atau aktivitas pergerakan difabel di seluruh penjuru tanah air

Skip to content