Views: 43
Solidernews.com- Pada 21 April 2025 yang lalu, dilansir dari kemenpppa.go.id, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) bersama Kongres Wanita Indonesia (Kowani) sukses menggelar acara puncak peringatan Hari Kartini 2025 di Lapangan Tenis Indoor Senayan, Gelora Bung Karno, Jakarta. Acara ini dihadiri secara langsung Ibu Wakil Presiden Republik Indonesia, Selvi Ananda, dalam momentum yang mengusung tema “Habis Gelap Terbitlah Terang: Menghadirkan 1.000 Profesi Perempuan dan Gen Z”, menampilkan representasi perempuan dari 18 zona sektor strategis.
“Lebih dari sekadar memperingati 21 April, kita meneguhkan semangat Kartini: mewujudkan perempuan berdaya, mandiri, berpendidikan, dengan mimpi tinggi yang berguna bagi bangsa,” tegas Wakil Presiden Selvi Ananda.
Menteri PPPA Arifah Fauzi, selaku Inspektur Upacara, menambahkan bahwa sosok RA Kartini adalah simbol keberanian berpikir melampaui zamannya. “Surat‑surat Kartini dalam buku *Habis Gelap Terbitlah Terang* hari ini terwujud lewat 1.000 perempuan dan Gen Z yang hadir—mereka inspirator bagi perempuan lain untuk berani melangkah, bersuara, dan memimpin,” ujarnya. Menteri Arifah juga menegaskan pentingnya terus membuka ruang partisipasi, menolak diskriminasi, serta memastikan setiap perempuan Indonesia dapat tumbuh dan berdaya, “dari mana pun asalnya—menuju Indonesia Emas 2045 yang setara dan berkeadilan.”
Senada dengan apa yang dikatakan oleh Ketua Umum Kowani, Nannie Hadi Tjahjanto, ia menegaskan bahwa angka “1.000” pada tema acara melambangkan peluang tanpa batas bagi perempuan dan Gen Z untuk hadir dalam segala profesi, bahkan menciptakan peran baru. Menurutnya, puncak peringatan ini mencerminkan kontribusi nyata perempuan dalam membangun bangsa yang inklusif. Kemudian, pada 22/04/2025, Dalam liputan eksklusif solidernews.com, kontributor Andi Syam mewawancarai sejumlah perempuan difabel dari Organisasi Persatuan Tunanetra Indonesia (PERTUNI) Makassar. Selain mewawancarai organisasi Pertuni, Solidernews juga mewawancarai perwakilan organisasi Gerakan untuk Kesejahteraan TunarunguIndonesia (Gerkatin) Kota Malang sekaligus pengurus Gerkatin Provinsi Jawa Timur pada 27/04/2025, dan juga perwakilan dari organisasi Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Kota Bekasi pada 28/04/2025 untuk menggali makna Hari Kartini bagi mereka.
Ida Patriani (Ketua Dewan Pengawas Cabang PERTUNI Makassar)
Dalam wawancara yang dilaksanakan solidernews.com, Ida mengungkapkan bahwa Kartini merupakan bangsawan yang memperjuangkan kaumnya untuk bersekolah. Kita harus memanfaatkan peluang—pendidikan setinggi apa pun jangan dilewatkan. Perempuan sejajar dengan pria, berdampingan, namun tetap menghormati kodrat sebagai istri dan ibu. Menanggapi soal tantangan yang dihadapi perempuan difabel dan sejumlah pesan bagi sesame perempuan difabel, ia menjelaskan bahwa perempuan difabel menghadapi risiko ganda sebagai perempuan difabel. “Pesan saya, Jangan merasa minder sebagai wanita disabilitas. Kita, perempuan disabilitas, menghadapi lebih banyak risiko dibanding laki-laki disabilitas. Kita harus tetap tampil percaya diri dengan pendidikan yang kita miliki. Walau kita hanya di rumah dan menjadi ibu rumah tangga, kita tidak boleh kalah dengan yang lain. Dengan begitu, kita bisa percaya diri, dihargai, dan disegani oleh perempuan nondisabilitas. Perempuan disabilitas di manapun berada, apa pun kondisi kita, tetap harus semangat. Kita harus tetap berpendidikan. Bagi yang masih usia sekolah, berjuanglah terus hingga ke jenjang pendidikan tinggi. Teman-teman difabel yang sudah berkeluarga, jangan hanya diam—tetaplah menambah wawasan. Bangun interaksi dengan komunitas difabel maupun nondifabel. Kita harus menjaga citra kita sebagai wanita, karena hal itu akan membantu menghapus stigma terhadap wanita disabilitas.”
Indri Lies Wenakati (Ketua Dewan Pengurus Cabang PERTUNI Makassar)
Menurut Indri, Kartini mengubah cara pandang: perempuan tidak lagi ‘di belakang’—‘ladies first’ bukan sekadar slogan. “Kita punya hak yang sama dengan laki‑laki, bisa menyalurkan aspirasi, menunjukkan kemampuan, dan berdiri mandiri. Meskipun masih ada anggapan perempuan lemah, sebenarnya kami justru kuat—agama pun menyebut perempuan tiang agama. Tentu lelaki tetap pemimpin dalam struktur tradisional, tapi hak-hak dasar kami sejajar.”
Menurut Indri, tantangan besar sebagai perempuan difabel adalah Ketika mereka memiliki peran ganda. Hal ini terkadang membuat perempuan difabel terbebani dengan berbagai hal seperti pekerjaan rumah, pekerjaan dalam karir, hingga komunitas. “tapi kuncinya skala prioritas. Jangan terlalu banyak berpikir, jalani saja. Dengan waktu, semuanya bisa dinikmati.”
Indri berpesan kepada teman sesama perempuan difabel bahwa “Jangan takut ambil risiko. Jangan terlalu bergantung pada pasangan, karena suatu saat kita terpisah jalan. Ekspresikan diri, terus belajar, dan melek teknologi—supaya semangat Kartini tidak kehilangan maknanya.”
Soemiati (Ketua Gerkatin Kota Malang) ia menjabat pada masa bakti 2014-2018 dan 2018-2023. Saat ini ia menjabat sebagai Pengurus bidang pengembangan bahasa isyarat Gerkatin kota malang 2023-2028 dan juga pengurus bidang kewanitaan Gerkatin Provinsi Jawa Timur 2024-2029.
Menurut perempuan difabel yang mewakili representasi dari kawan Tuli meungkapkan bahwa perempuan harus berani melakukan perjuangan difabel untuk Hak-haknya. Karena perempuan mengalami diskriminasi dan hambatan akses terhadap pendidikan, kesehatan, pekerjaan dan keadilan.
Soemiati berpendapat bahwa teman-teman difabel, sepeti Tuli harus menjadi super woman disabilitas, mereka harus kuat menghadapi berbagai tantangan yang berat.
Paini (Ketua HWDI Kota Bekasi)
Mewakili organisasi yang menaungi perempuan difabel di kota Bekasi, Paini mengunkapkan bahwa Hari kartini bukan cuma hari bersejarah Untuk perempuan. Namun, Hari Kartini merupakan suatu Agen perubahan pola pikir. Bahwa wanita juga punya hak yang sama untuk melakukan sesuatu. Untuk dimuliakan. Untuk difabel perempuan terutama hak ini harus disama ratakan. “Kami sebagai wanita-wanita disabilitas menjunjung tinggi hak-hak perempuan untuk mendapatkan Ruang dan Akses seluas-luasnya”.
Ia berpesan kepada seluruh perempuan difabel agar selalu tunjukkan pada dunia bahwa pereempuan difabel juga bisa dan mampu dengan tabatan yang dimiliki. “Moto kami : JANGAN HITUNG YANG HILANG DARI TUBUHMU. GUNAKAN YANG MASIH ADA DARI BADANMU.”
Peringatan Hari Kartini 2025 tidak hanya merayakan jasa RA Kartini, tetapi juga meneguhkan tekad menciptakan ruang bagi setiap perempuan—termasuk difabel—untuk tumbuh dan berkarya. Pesan istri Wakil Presiden, Menteri PPPA, dan Ketua Kowani sejalan dengan harapan beberapa tokoh perempuan di atas: membuka akses pendidikan, pekerjaan, dan partisipasi publik tanpa diskriminasi.
Dengan menggabungkan suara pemerintah dan perempuan difabel, momentum ini mengingatkan kita bahwa “terang” yang diciptakan Kartini akan semakin gemilang ketika semua lapisan masyarakat—tanpa terkecuali—bersatu.
Mari, hidupkan kembali semangat Kartini dengan belajar, bekerja, berkarya, dan membuka ruang inklusif bagi seluruh perempuan Indonesia. Karena Indonesia akan semakin kuat dan maju bila semua perempuan di Indonesia termasuk perempuan difabel dapat berdiri sejajar dengan laki-laki tanpa stigma dan diskriminasi.[]
Reporter: Andi Syam
Editor : Ajiwan