Search
en id

Gunakan fitur ACCESSIBILITY melalui tombol simbol biru bagian kanan agak atas sebagai preferensi untuk kenyamanan Anda.

Foto hitam putih Robert J. Smithdas

Gelap dan Sunyi Tak Mampu Menundukkan Robert J. Smithdas untuk Menginspirasi Dunia

Views: 10

Solidernews.com – Menjadi seorang difabel yang mampu mengubah dan memberikan dampak positif hingga kelas dunia tentunya menjadi pencapaian hebat. Apa lagi orang-orang seperti ini tentunya berhasil melawan stigma, stereotipe, tantangan, dan hambatan yang dimiliki. Mulai yang hidup di era modern, mau pun yang hidup di era masa lampau, tentunya mereka saling berkesinambungan.

Sebagaimana kata Ir. Soekarno, bapak proklamasi kita, sebagai generasi muda kita dimiinta untuk memahami “JASMERAH” yang diakronimkan dengan “Jangan Sekali-Kali Melupakan Sejarah.”  Karena sejarah merupakan ilmu yang memaparkan potret peradaban dan pencapaian masa lampau, yang dapat kita gunakan untuk perbaikan, motivasi, semangat, di era kini.

Kali ini kita akan mengulik tokoh difabel yang begitu bersinar di masanya, mampu menginspirasi, dan memiliki dampak hingga kini. Tokoh tersebut adalah Robert J. Smithdas.

“Blindness takes you away from scenes, but deafness takes you away from people.”

 

Mengenal Robert J. Smithdas

Robert Smithdas lahir pada 7 Juni 1925, di Pittsburgh, Pennsylvania. Pada usia 5 tahun dia mengalami meningitis tulang belakang. Selain itu, dia juga kehilangan daya pendengaran. Dia bersekolah di Western Pennsylvania School for the Blind, tetapi karena pendengarannya yang memburuk, di usia 16 tahun dirinya pindah ke Perkins School for the Blind pada Februari 1942.

Western Pennsylvania School for the Blind Children, menjadi sekolah pertama bagi Robert kecil. Disinilah dia mendapat edukasi seputar difabel netra, cara belajar, dan sebagainya. Hingga saat pendengarannya mulai menurun, akhirnya dirinya pindah ke Perkins School for the Blind, yang kembali membantu Robert belajar melampaui hambatan.

Cara komunikasi yang digunakan Robert utamanya adalah alfabet manual dan braille, namun dia juga salah satu dari sedikit orang Amerika yang dapat menggunakan metode Tadoma untuk membaca ucapan orang dengan jari di bibir dan tenggorokan. Dengan hal itu, ada dampak khusus pada para pendidik dan konselor untuk memikirkan kembali harapan-harapan siswa mereka yang difabel netra-tuli. Nah, dari sekian perjuangannya Robert akhirnya dapat menggapai cumlaude di kampus yang bergengsi. Karena dia merupakan difabel netra-tuli pertama yang memperoleh gelar master, setelah lulus dari Universitas St. John di New York pada tahun 1953.

 

Kontribusi dan Kiprah sebagai Difabel

Sebagai difabel netra dan tuli, Robert mendedikasikan hidupnya untuk memperjuangkan hak-hak  difabel. Dia bekerja sebagai direktur Layanan untuk Difabel di “Industrial Home for the Blind,” di Brooklyn selama lebih dari 40 tahun, tempat ia memimpin berbagai program pendidikan dan pelatihan bagi  difabel netra dan tuli.

Robert terus berkembang dan melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kapasitas dirinya. Bahkan dia mampu mengadvokasi undang-undang yang menjadikan mandat federal Amerika, bahwa pelatihan itu penting adanya untuk warga difabel netra-tuli. Seperti pelatihan keahlian, kemandirian, belajar membaca dan menulis Braille hingga berkomunikasi dengan metode taktil, dan support sistem untuk difabel mampu berkerja dan mendapat hak berkerja dengan baik, tanpa diskriminasi.

Salah satu kontribusi terbesar Robert adalah upayanya dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kemampuan dan hak-hak  difabel. Robert adalah seorang aktivis vokal yang sering menjadi pembicara di berbagai forum, baik di Amerika Serikat maupun internasional. Ia juga bekerja sama dengan organisasi-organisasi difabel global untuk mendorong kebijakan yang lebih inklusif dan memadai bagi orang-orang difabel. Seperti “Helen Keller National Center.”

 

Karya-Karya Robert

Robert J. Smithdas juga dikenal sebagai seorang penulis. Ia menulis beberapa buku yang menceritakan tentang perjalanan hidupnya sebagai seorang difabel, termasuk tantangan dan kesuksesannya dalam mengatasi rintangan-rintangan yang dihadapi. Salah satu buku terkenalnya adalah Life at My Fingertips, yang menceritakan kisah hidupnya dari masa kecil hingga dewasa serta bagaimana ia belajar beradaptasi dengan dunia di sekitar tanpa penglihatan dan pendengaran.

Melalui tulisannya, Smithdas menyampaikan pesan penting tentang optimisme, ketekunan, dan keberanian dalam menghadapi segala tantangan. Karyanya telah menginspirasi banyak orang, baik difabel maupun nondifabel, untuk selalu berjuang meraih impian mereka, terlepas dari segala keterbatasan yang mungkin dihadapi.

Tidak hanya itu, Robert juga seorang penyair dapat menggugah dengan karya-karyanya. Dia menuangkan berbagai macam emosi, suasana, dan estetika dalam keheningan. Seperti buku City of the Heart (1966). Dalam sebuah wawancara yang dilakukan Barbara Walters, Robert menyampaikan berbagai macam perjalanannya saat menulis puisi tersebut, “Saya menulis puisi-puisi ini karena hati saya menyanyikannya untuk saya selama bertahun-tahun – karena suasana hati yang pedih, atau emosi yang kuat, membuat saya mengkristalkan pikiran dan perasaan saya ke dalam ekspresi verbal.  Kadang-kadang inspirasi terjadi begitu spontan sehingga kata-kata itu membanjiri kesadaran dan membentuk dirinya menjadi sebuah lagu; namun jauh lebih sering saya mendapati diri saya menelusuri makna-makna bahasa yang labirin untuk menemukan kata-kata yang paling meyakinkan, dan ritme yang paling masuk akal, untuk dijadikan sebagai wadah bagi tema-tema saya.  Namun saya selalu mengetahui esensi hakiki dari hal yang ingin saya ungkapkan dalam soneta, atau lirik, atau semangat yang lebih mulia dari syair.”

Atas kontribusinya yang luar biasa, Robert J. Smithdas menerima berbagai penghargaan bergengsi. Salah satunya adalah Theodore Roosevelt Memorial Award dari National Institute of Social Sciences yang diberikan kepadanya karena dedikasinya dalam meningkatkan kualitas hidup   difabel.

Smithdas wafat pada 17 Juli 2014, namun warisannya tetap hidup melalui hasil karya dan kontribusinya yang besar bagi komunitas difabel. Dia adalah bukti nyata bahwa semangat manusia mampu mengatasi segala keterbatasan fisik. Dengan kekuatan optimis, terus berjuang, mencoba, dan tidak takut berproses menjadi nilai spirit yang dapat kita tiru. Tentu sebagai difabel muda, sudah sepatutnya kita meniru semangat sosok Robert J. Smithdas yang mampu menaklukkan hambatan dan mampu merubah pola pikir dunia pada eksistensi kelompok difabel.[]

 

Reporter: Wachid Hamdan

Editor      : Ajiwan

 

Referensi

Archive.org. (n.d.). Dr. Robert J. Smithdas. Diakses pada 09  Oktober 2024, dari https://archive.org/stream/drrobertjsmithda00unse/drrobertjsmithda00unse_djvu.txt

Mind Malaysia. (n.d.). 5 Deafblind Pioneers Who Changed the World. Diakses pada 09  Oktober 2024, dari https://mind.org.my/article/5-deafblind-pioneers-who-changed-the-world/

Newsday. (n.d.). Robert J. Smithdas, Advocate for the Deaf-Blind. Diakses pada 10 Oktober 2024, dari https://www.newsday.com/long-island/obituaries/robert-j-smithdas-advocate-for-the-deaf-blind-g27246/

Perkins School for the Blind. (n.d.). Dr. Robert Smithdas Redefined Deafblindness. Diakses pada 09 Oktober 2024, dari https://www.perkins.org/dr-robert-smithdas-redefined-deafblindness/

UCL Blogs. (2018, December 7). Robert Smithdas – American Deaf-Blind Poet: “Blindness takes you away from scenes, but deafness takes you away from people”. Diakses pada 10 Oktober 2024, dari https://blogs.ucl.ac.uk/library-rnid/2018/12/07/robert-smithdas-american-deaf-blind-poet-blindness-takes-you-away-from-scenes-but-deafness-takes-you-away-from-people/

 

 

 

Bagikan artikel ini :

TULIS KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

BERITA :

Berisi tentang informasi terkini, peristiwa, atau aktivitas pergerakan difabel di seluruh penjuru tanah air

Skip to content