Views: 6
Solidernews.com –Mikrotia adalah kelainan bawaan lahir yang menyebabkan bayi terlahir dengan kelainan bentuk daun telinga. Sebagian besar anak dengan mikrotia mengalami gangguan pendengaran. Lalu, apa sebenarnya yang menyebabkan mikrotia dan apakah kondisi ini bisa ditangani?
Mikrotia merupakan kelainan telinga pada bayi yang jarang terjadi. Kondisi ini umumnya memengaruhi telinga bagian luar, tepatnya bentuk daun telinga. Bahkan, mikrotia juga bisa menyebabkan bayi terlahir tanpa daun dan liang telinga. Kelainan kongenital atau bawaan pada telinga ini, bisa terjadi pada salah satu telinga atau kedua telinga.
Mengenal jenis mikrotia
Kelainan mikrotia, terjadi sejak bayi masih dalam kandungan. Terutama pada minggu-minggu awal atau trimester pertama kehamilan. Untuk mendeteksi bentuk telinga dan organ-organ lainnya pada janin, dokter dapat melakukan pemeriksaan USG kehamilan.
Mikrotia terbagi menjadi empat tipe. Semakin besar tipenya, semakin besar pula tingkat keparahannya. Berikut adalah keempat tipe mikrotia:
- Tipe 1: liang dan daun telinga terlihat normal, tetapi ukurannya sedikit lebih kecil dari ukuran daun telinga normal.
- Tipe 2: beberapa bagian daun telinga hilang dan lubangnya terlihat sangat sempit.
- Tipe 3: daun telinga berbentuk menyerupai kacang dan tidak ada lubang telinga.
- Tipe 4: bayi tidak memiliki telinga bagian luar, termasuk daun telinga dan liang telinga. Kondisi ini disebut dengan anotia.
Penyebab dan risiko
Mikrotia dapat terjadi ketika ada kelainan atau mutasi genetik pada janin di dalam kandungan yang membuat bentuk telinganya bermasalah. Kelainan genetik ini bisa saja terjadi meskipun kedua orang tua bayi tidak memiliki masalah genetik.
Selain itu, mikrotia juga diduga memiliki keterkaitan dengan kelainan genetik yang memengaruhi perkembangan bentuk wajah. Contoh kasus mikrotia di antaranya: pertama, sindrom Goldenhar. Yaitu kelainan genetik yang menyebabkan bayi terlahir dengan bentuk telinga, hidung, bibir, dan rahang yang tidak sempurna; kedua, sindrom treacher collins. Yakni, kondisi yang memengaruhi bentuk tulang pipi, rahang dan dagu; serta ketiga, hemifacial microsomia, yaitu kelainan yang ditandai dengan salah satu sisi bagian wajah bawah tidak tak wajar.
Meski dapat terjadi pada siapa saja, mikrotia lebih rentan dialami oleh bayi yang lahir dari ibu dengan kondisi atau kebiasaan tertentu. Di antaranya karena diabetes, rubella pada trimester pertama. Ibu mengalami kekurangan gizi saat hamil, terutama kekurangan asam folat dan karbohidrat. Ibu yang banyak mengonsumsi minuman beralkohol saat hamil, serta Ibu menggunakan obat-obatan selama kehamilan, contoh: thalidomide dan isotretinoin.
Dampak dan penanganan
Karena bentuk telinga yang kurang sempurna, anak dengan mikrotia rentan mengalami gangguan pendengaran. Hal ini dikarenakan suara tidak dapat menjangkau bagian tengah dan dalam telinga dengan mudah. Masalah pendengaran yang umum menimpa bayi atau anak-anak dengan mikrotia adalah tuli konduktif.
Semakin parah mikrotia, biasanya semakin parah gangguan pendengaran yang dirasakan oleh pasien. Tanpa penanganan dini, mikrotia yang menimbulkan gangguan pendengaran dapat membuat anak terlambat atau sulit bicara.
Mikrotia juga bisa menyebabkan anak merasa kurang percaya diri.
Akibatnya anak menarik diri dari pergaulan karena malu dengan bentuk telinganya. Peran orang tua dan keluarga sangat diperlukan untuk membantu anak memahami kondisinya, sehingga anak tetap percaya diri dengan keterbatasan fisik yang dimilikinya.
Penanganan mikrotia tergantung pada tingkat keparahannya. Jika anak hanya mengalami kelainan bentuk daun telinga yang bersifat ringan tanpa disertai gangguan pendengaran, penanganan mungkin tidak perlu dilakukan.
Namun, jika kelainan daun telinga cukup parah dan mengganggu fungsi pendengaran atau bahkan menyebabkan tuli, langkah operasi telinga perlu dilakukan.
Ada beberapa metode operasi yang dapat dilakukan untuk menangani mikrotia, yaitu: pertama, Cangkok daun telinga buatan. Dalam prosedur ini, dokter akan mengambil bagian dari tulang rusuk pasien untuk dibentuk menyerupai daun telinga. Daun telinga buatan ini kemudian dicangkokkan di kulit telinga yang mengalami kelainan. Cangkok telinga biasanya baru dilakukan setelah anak berusia lebih dari 6 tahun.
Kedua, pemasangan telinga prostetik. Pemasangan telinga prostetik atau telinga palsu sama seperti cangkok daun telinga buatan. Hanya saja, telinga yang akan dicangkok menggunakan bahan prostetik atau buatan. Pada prosedur ini, telinga palsu ditempelkan dengan perekat medis atau sekrup khusus.
Penggunaan telinga palsu cocok dilakukan pada pasien yang tidak memungkinkan untuk menjalani prosedur cangkok atau bila prosedur cangkok gagal dilakukan.
Ketiga, implan alat bantu dengar. Sebelum memasang alat bantu dengar, dokter akan menentukan keparahan gangguan pendengaran dengan melakukan tes pendengaran. Jika hasil tes tersebut menunjukkan gangguan pendengaran yang cukup berat, dokter dapat mengupayakan pemasangan implan alat bantu dengar untuk memperbaiki fungsi pendengaran pasien.
Anak yang terlahir dengan mikrotia tetap dapat menjalani kehidupan sebagaimana anak pada uimumnya. Bahkan, sebagian dari mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, sebagaimana anak lainnya. Namun, jika penanganan terlambat dilakukan, anak bisa lebih sulit belajar dan lebih berisiko untuk mengalami gangguan tumbuh kembang.
Karenanya, bayi atau anak yang menderita mikrotia perlu mendapatkan pemeriksaan oleh dokter spesialis THT sedini mungkin. Semakin cepat kondisi ini terdeteksi dan ditangani, semakin baik peluang bagi anak untuk dapat mendengar dan mengalami tumbuh kembang secara wajar.[]
Penulis: Harta Nining Wijaya
Editor : Ajiwan Arief
Sumber: https://www.alodokter.com/mengenal-mikrotia-kelainan-bentuk-daun-telinga.