Views: 7
Solidernews.com – Yogyakarta menjadi tuan rumah Konfederasi Pemuda Tuli Asia ke 11 yang diselenggarakan oleh Gerakan untuk Kesejahteraan Tuli Indonesia (GERKATIN), WFD (World Federation of the Deaf) cabang RSA (Regional Secretariat for Asia), dan WASLI (World Association of Sign Language Interpreters) yang digelar pada tanggal 11-18 Agustus 2024. Indonesia sendiri sudah dua kali menjadi tuan rumah wilayah Asia, yaitu tahun 2004 di Jakarta dan 2024 di Yogyakarta. Gerkatin sendiri telah menjadi anggota WFD sejak tahun 1983. Solidernews telah mengumpulkan fakta-fakta menarik tentang konferensi WFD RSA ke 11 sebagai berikut:
- Diikuti oleh lebih dari 14 negara dari benua Asia
Kegiatan tersebut diikuti oleh lebih dari 14 negara baik yang mengikuti perkemahan di Kaliurang maupun pertemuan di Hotel Santika, Yogyakarta dimana mereka berasal dari India, Mongolia, Korea Selatan, Jepang, Sri Lanka, Malaysia, Filipina, Vietnam, Hong Kong, Thailand, China, hingga Nepal. Terdapat dua negara yang mengundurkan diri karena sakit dan terkendala visa, yaitu Brunie Darussalam dan Maladewa.
- Dibagi dua kegiatan besar
Acara WFD RSA ke 11 dibuka dengan perkemahan di Kaliurang selama lima hari dimulai tanggal 11-15 Agustus kemudian kembali ke kota Yogyakarta untuk mengikuti kegiatan pertemuan selama tiga hari di Hotel Santika pada tanggal 15-18 Agustus. Jadi, kegiatan tersebut dilaksanakan selama delapan hari.
- Ruang diskusi dibagi menjadi tiga ruang utama
Pada kegiatan pertemuan di Hotel Santika dibagi menjadi dua ruang utama, yaitu ruang untuk pemuda, ruang untuk senior, dan ruang untuk juru bahasa isyarat. Masing-masing memiliki perbedaan tema dan bahasan tetapi mereka memiliki tujuan yang sama, yaitu menegakkan hak-hak Tuli secara universal yang mungkin dapat diaplikasikan di negara-negara masing-masing.
- Adanya kesetaraan gender dalam forum diskusi
Pada ruang pemuda, setiap perwakilan akan mewakili dua orang terdiri dari satu laki-laki dan satu perempuan secara setara, bahkan para perempuan diberi kesempatan sama untuk memberi usulan, pendapat, memilih, memberi suara, serta diskusi dengan rekan perwakilan maupun antar perwakilan lainnya. Bahkan kegiatan pertemuan ini secara spesial, yaitu menggelar acara Women Discussion Group, sebuah kegiatan yang membahas tentang perempuan yang diikuti oleh hanya peserta perempuan sedangkan peserta laki-laki tidak diizinkan ikut terlibat.
- Isyarat internasional jadi bahasa pengantar
Kegiatan tersebut menggunakan isyarat internasional meskipun bahasa Inggris masih tetap sebagai bahasa pengantar secara tertulis, misalnya dalam menyampaikan materi dalam bentuk format power point, informasi, hingga isyarat dengan pengucapan dan ejaan bahasa Inggris. Menariknya, tidak semua peserta konferensi WFD RSA mahir berbahasa Inggris secara tertulis tetapi mereka paham isyarat internasional yang disampaikan oleh para panelis. Isyarat internasional menjadi alat komunikasi secara universal yang digunakan dalam interaksi dan bahasa pengantar dalam kegiatan tersebut.[]
Reporter: Raka
Editor : Ajiwan