Views: 4
Solidernews.com – Difabel netra dapat menikmati koleksi dari pameran sebuah museum. Dengan menyentuh, mendengarkan penjelasan dari gallery Sitter, serta merasakan sendiri berdekatan dengan koleksi pameran menjadi beberapa cara difabel netra ikut gelaran pameran. Adanya relawan bisik juga menjadi penyempurna difabel netra menikmati sebuah karya seni dari koleksi pameran. Hal ini pula yang dilakukan Badan Sosial Mardi Wuto, saat mengajak rekan-rekan difabel netra untuk ikut acara pameran museum bersama yang bertemakan “Bara Kumara”.
Berlokasikan di Taman Budaya Embung Giwangan, Jalan Tegalturi 41 Yogyakarta, pada Jumat 6 Desember 2024, sebanyak 10 orang yang merupakan rombongan difabel netra dibawah asuhan Badan Sosial Mardi Wuto melakukan kunjungan di pameran yang digelar Taman Budaya Giwangan. Semua terdiri dari beberapa kalangan, mulai pelajar, mahasiswa, pekerja, dan para relawan dari Mardi Wuto menyemarakan kegiatan pada sore tersebut.
Gelaran acara yang dipromotori Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta mengajak 7 museum di Yogyakarta. Event ini menghasilkan sebuah pameran yang memukau. Di mulai sejak Selasa, 3 Desember 2024 dan di akhiri pada Minggu 8 Desember 2024, menghasilkan sebuah kolaborasi koleksi seni yang epik.
“Pameran ini berisikan tentang kesejarahan yang bernuansakan Yogyakarta. Mulai ada koleksi Ki Hajar Dewantara, seperti kaca mata dan kaset piringan hitam yang beliau miliki, replika keris dari Kraton Yogyakarta, dan masih banyak lagi. Di mana agenda ini akan mengajak kawan-kawan difabel netra untuk lebih dekat dengan beberapa koleksi tersebut,” ujar perwakilan dari event Bara Kumara, pada 6 Desember 2024.
Koleksi Boleh Disentuh Rekan Difabel Netra
Kegiatan yang merupakan kerja sama antar museum ini menghadirkan difabel netra lewat Badan Sosial mardi Wuto. Sebanyak 10 rekan difabel dan beberapa pengurus serta relawan BSMW, ikut menemani kunjungan difabel netra di Taman Budaya Embung Giwangan. Selain itu, dari pihak penyelenggara memberikan waktu khusus bagi rombongan difabel netra untuk menikmati setiap karya. Jadi, pengunjung umum ditutup sementara aksesnya, selama difabel netra tengah menikmati tour koleksi museum ini.
Pameran Bara Kumara menghadirkan koleksi dari tujuh museum di Yogyakarta, termasuk Museum Dr. Yap, Museum Bahari, Museum Kraton, Museum Pakualaman, Museum Batik, Museum Taman Pintar, dan Museum Dewantara Kirti Griya. Koleksi yang dipamerkan meliputi miniatur kapal Dewa Ruci, seragam kadet TNI AL, batik dari Museum Batik, serta keris dari koleksi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Setiap koleksi disajikan dengan narasi menarik yang merangkai cerita sejarah tentang peran pemuda pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Barang-barang ini dipajang dalam instalasi yang dibuat dari jendela dan pintu bekas, yang melambangkan upaya membuka jalur budaya untuk mempererat hubungan antar-museum di Yogyakarta.
Sugeng, selaku staf dari Badan Sosial Mardi Wuto memberikan keterangan, bahwa agenda kunjungan difabel netra ini atas inisiasi Badan Sosial Mardi Wuto. Rekan-rekan difabel yang diajak adalah mereka yang terdaftar di bawah asuhan Badan Sosial Mardi Wuto. Karena Museum Yap ikut kegiatan ini, maka dari Badan Sosial Mardi Wuto turut menghadirkan rekan-rekan difabel untuk menikmati pameran museum ini.
“Ya, mas. Tentunya karena kami terlibat dalam event ini. Sehingga Badan Sosial Mardi Wuto mengajak rekan-rekan difabel yang di bawah asuhan kami untuk menyemarakan agenda kunjungan museum ini,” jelas Sugeng pada 6 Desember 2024.
“Berbagai koleksi seperti batik, kaset piringan hitam, keris, kemudi kapal perang, baju seorang prajurit angkatan laut, dan masih banyak lagi itu semua boleh disentuh difabel netra,” tutur Gilang, salah satu peserta difabel netra.
Mendekatkan Karya pada Difabel Netra
Sewaktu meliput acara, Solidernews.com pun turut menikmati tiap-tiap karya. Apa lagi ada kesempatan boleh menyentuh karya yang dipajang. Sebagai seorang difabel netra, pengalaman menyentuh langsung ini makin memberikan sentuhan emosional pada proses menikmati kunjungan. Informasi audio dapat, visualisasi dari relawan dapat, dan ditambah menyentuh karya, makin memperkuat pengalaman difabel netra sewaktu menikmati pameran.
Hal ini tentunya menghilangkan jarak antara karya dengan pengunjung difabel netra. Merasakan tekstur, bentuk, dan aroma, tentunya membuat difabel netra makin maksimal dalam mencerna serta menikmati kunjungan museum ini.
Ramadhan, salah satu peserta difabel netra juga berpendapat, “kunjungan ini begitu seru. Koleksi yang bisa disentuh ini bagi saya sangat membantu memaksimalkan serapan informasi. Jujur saya kagum saat menyentuh kemudi kapal perang, replika kapal perang dewa ruci, dan saat menyentuh kaset piringan hitam. Wah pokoknya disini maksimal banget mas,.”
“Aku juga kagum saat menyentuh replika keris yang merupakan sebuah pusaka dari Kraton, mas. Selain itu saat menyentuh hasil dari seniman batik, seragam tentara laut, dan karya lain membuatku takjub,” ujar Arum, peserta difabel netra saat ditanya soal pengalaman mengunjungi pameran.
Mulai Ramadan, Arum, Gilang, dan rekan-rekan lain, mereka berharap kalau setiap pameran karya seni yang ada di Yogyakarta, itu baiknya disediakan replika yang bisa disentuh. Sebagaimana pada gelaran acara di event “Bara Kumara” ini. Semoga kedepannya, semua pameran yang ada di Yogyakarta dapat makin inklusif serta ramah bagi pengunjung difabel.[]
Reporter: Wachid Hamdan
Editor : Ajiwan