Views: 41
Solidernews.com, Di tengah ingar-bingar ajang olahraga di berbagai lingkup, mulai dari lokal, tingkat Asia, hingga internasional, ada sebuah catatan positif baru yang berasal dari satu cabang olahraga (cabor) khusus difabel. Pasalnya, kapten Timnas Sepak Bola Amputasi Indonesia, Aditya, baru saja menanda tangani kontrak selama sepuluh bulan dengan klub Kayseri Melikgazi Belediyespor asal Turkiye. Lulusan Diklat Persib Bandung tersebut tidak sendiri, karena ia turut ditemani rekannya, Muhammad Bahiri (sebagian media juga menyebutkan namanya Shiddiq Bahiri), asal Persaid Jember. Turkiye adalah salah satu negara yang unggul di kancah sepak bola amputasi Eropa, sehingga tak heran media lokal turut antusias menyambut berita ini.
Sejarah Sepak Bola Amputasi
Cabor satu ini bisa dibilang merupakan cabor difabel yang terbilang cukup baru. Pencipta cabor ini adalah (Mendiang) Don Bennett, seorang pria amputasian asal Seattle, Amerika Serikat. Pada tahun 1982, Bennett yang menggunakan kruk sedang menyaksikan anak lelakinya berlatih bola basket di halaman belakang rumah mereka. Suatu ketika, bola basket yang digunakan menggelinding ke arah jalanan beraspal. Bennett, tanpa kaki palsunya, menggunakan kruknya untuk bertumpu dan menendang bola basket tersebut kembali ke arah lapangan. Ia kemudian menyadari bahwa tendangannya dengan tumpuan kruk tersebut dapat diterapkan juga pada bola sepak. Dari hal tersebut, lahirlah cikal bakal sepak bola amputasi.
Pada tahun 1985, Bill Barry, seorang pelatih dengan pengalaman melatih klub-klub sepak bola profesional Amerika Serikat dan Kanada, ditunjuk sebagai pelatih organisasi olahraga difabel Seattle Handicapped Sports and Recreation Association (SHSRA), dengan Bennett sebagai manajer organisasi. Sebelumnya, pada tahun 1984 organisasi ini juga mengadakan sebuah ajang internasional antara Amerika Serikat, Kanada, dan Amerika Tengah (tidak disebutkan negara apa persisnya), yang di kemudian hari berkembang menjadi Piala Dunia Sepak Bola Amputasi (Amputee Football World Cup).
Kini, sepak bola amputasi telah menyebar ke seluruh dunia dan dimainkan di berbagai negara, di antaranya Rusia, Brazil, Inggris, Uzbekistan, Turki, dan masih banyak lagi. Adapun peraturannya memiliki sejumlah perbedaan signifikan dari sepak bola biasa, untuk mengakomodir para pemain amputasian.
Aturan Dasar Sepak Bola Amputasi
Pemain diwajibkan merupakan seorang amputasian kaki, baik satu ataupun dua kaki (untuk semua posisi kecuali kiper), ataupun seorang amputasian satu lengan (khusus kiper). Pemain hanya boleh menggunakan kruk untuk bergerak tanpa tambahan kaki palsu, kecuali bagi amputasian kedua kaki, di mana satu kaki palsu boleh digunakan untuk penyangga tambahan. Pemain diwajibkan menggunakan pelindung betis. Jumlah pemain yang umum digunakan adalah enam orang pemain dan satu orang kiper, namun bisa juga berbeda-beda tergantung kompetisinya. Pergantian pemain boleh dilakukan tanpa batasan jumlah tertentu.
Kruk tidak boleh digunakan menyentuh bola secara sengaja, apalagi mengontrol bola. Apabila pemain melanggar peraturan ini, maka peringatan yang diberikan serupa dengan situasi hand ball di sepak bola biasa. Namun, sentuhan bola dengan kruk yang tidak disengaja bukan merupakan pelanggaran. Pemain yang menyerang lawan dengan kruk akan dikeluarkan dari lapangan, dan tim yang dilanggar berhak mendapatkan tendangan penalti. Lapangan yang digunakan berukuran 70×60 meter, lebih kecil daripada ukuran lapangan sepak bola profesional yang rata-rata 105×68 meter. Sementara, ukuran gawangnya adalah maksimal 2,2x5x1 meter. Tidak ada posisi off-side di sepak bola amputasi. Permainan berlangsung selama dua babak, dengan satu babak selama 25 menit (bisa juga berbeda-beda tergantung kompetisi) dan waktu turun minum selama 10 menit.
Sepak Terjang PSAI (INAF)
Sepak bola amputasi memiliki badan resminya sendiri, walaupun peraturan resminya tetap dibakukan FIFA. Organisasi tertinggi sepak bola amputasi adalah WAFF (World Amputee Football Federation), yang juga bertugas menggelar kompetisi Amputee Football World Cup. Adapun organisasi sepak bola amputasi Indonesia adalah Persatuan Sepak Bola Amputasi Indonesia (PSAI), atau juga dikenal dalam bahasa Inggris sebagai Indonesian Amputee Football Association (INAF).
PSAI dibentuk pada tanggal 3 Maret 2018, dan baru disahkan sebagai Badan Hukum Perkumpulan (non-profit organization) oleh Kemenkumham pada tahun 2020. PSAI juga terdaftar sebagai anggota tetap WAFF, bersamaan dengan berbagai negara lainnya, sehingga Timnas Indonesia berhak bermain di Amputee Football World Cup tahun 2022 di Turkiye setelah menjalani babak penyisihan yang tidak mudah.
Betapa tidak, hampir semua lawan Timnas Indonesia adalah negara-negara yang sudah berdiri terlebih dahulu, sehingga jelas lebih berpengalaman. Belum lagi kendala-kendala lain, mulai dari minimnya dukungan pemerintah hingga nyaris gagal berangkat. Sayangnya, Timnas Indonesia harus gigit jari di akhir kompetisi Piala Dunia Sepak Bola Amputasi 2022, karena hanya berada di posisi ke-22 dari 24 negara peserta. Namun tetap saja perjuangan Timnas Indonesia patut diacungi jempol, karena dari semua negara Asia yang turut serta di sana, Indonesia adalah satu-satunya negara Asia Tenggara yang tercatat di ajang sepak bola amputasi internasional tersebut.
Federasi sepak bola tentu tak akan berarti tanpa topangan klub-klub lokal. Begitu pula dengan PSAI. Tercatat, ada sejumlah klub sepak bola amputasi lokal yang dinaungi PSAI, di antaranya Persam Madura, Persaj Jakarta, Persaid Jember, Sebad Depok, Persama Malang, Persas Surabaya, dan masih banyak lagi. Walaupun harapan PSAI untuk mendirikan liga sepak bola amputasi masih belum terwujud hingga saat ini, sudah ada beberapa kompetisi lokal yang digelar, salah satunya Piala Menpora di bulan November 2022 yang dimenangkan Persaj Jakarta.
Pada bulan Juli 2023, Timnas Indonesia U-23 mendapat undangan ke Malaysia untuk berpartisipasi di turnamen Artalive Challenge Cup 2023, yang diselenggarakan oleh produsen kaki palsu Artalive. Awalnya, panitia juga mengundang Jepang dan Bangladesh untuk ikut serta, akan tetapi Jepang tidak menghadiri karena suatu alasan dan Bangladesh justru mengundurkan diri pada hari-H, sehingga semua jadwal pertandingan dengan Bangladesh dinyatakan WO (walk out). Akhirnya, Timnas Indonesia U-23 harus berhadapan dengan Timnas Malaysia U-23 dan Senior di kompetisi ini. Siapa sangka, Timnas Indonesia U-23 sukses keluar sebagai juara turnamen tersebut.
Tahun 2023 Tahunnya Sepak Bola Amputasi?
Tak hanya prestasi yang ditorehkan PSAI beserta kontrak dua orang pemain ke klub Turkiye menjadi berita positif dari sepak bola amputasi kali ini, bahkan di awal 2023 lalu ada seorang pemain asal Polandia yang mencatatkan sejarah baru di penghargaan Puskás Award FIFA 2022. Pemain tersebut adalah Marcin Oleksy, punggawa klub Warta Poznań. Cuplikan golnya, di mana sang pemain melakukan tendangan salto (bicycle kick) dengan topangan kruk besi pada tanggal 6 November mengantarkannya memenangkan penghargaan Gol Tercantik Tahun 2022 (Most Beautiful Goal of the Year), menjadikannya pemain sepak bola amputasi pertama yang menerima penghargaan Puskás Award.
Saya memandang bahwa perkembangan sepak bola amputasi sudah berada di jalan yang benar, tinggal liputan media dan dukungan masyarakat yang butuh ditingkatkan. Sementara Asian Games 2023 masih bergulir pada saat artikel ini ditulis, Asian Para Games 2023 rencananya akan digelar mulai tanggal 22 hingga 28 Oktober mendatang. Semoga Timnas Sepak Bola Amputasi Indonesia mampu meraih hasil positif di ajang bergengsi tingkat Asia ini, semoga![]
Penulis: Taufan Atalarik
Editor : Ajiwan
Sumber:
[1] PSAI/INAF. “Lagi lagi #bikinbanggaindonesia”. 19 September 2023. Diakses 20 September 2023. https://psai.or.id/2023/09/19/lagi-lagi-bikinbanggaindonesia/
[2] Wikipedia. “Amputee football”. Diakses 20 September 2023. https://en.wikipedia.org/wiki/Amputee_football
[3] U.S. Amputee Soccer. “History”. Diakses 20 September 2023. https://www.usampsoccer.org/history
[4] PSAI/INAF. “Tentang Kita [sic]”. Diakses 20 September 2023. https://psai.or.id/tentang-kita/
[5] Summerscales, Robert. “Polish Amputee Marcin Oleksy Wins 2022 FIFA Puskas Award”. FanNation Futbol. 27 Februari 2023. Diakses 20 September 2023. https://www.si.com/fannation/soccer/futbol/news/polish-amputee-marcin-oleksy-wins-2022-fifa-puskas-award