Views: 36
Solidernews.com – Forum Komunikasi Difabel Cirebon (FKDC) pada bulan lalu, mengadakan sosialisasi program Solider Inklusi, bekerja sama dengan SIGAB Indonesia. Acara yang berlangsung di Gedung Bappelitbangda ini dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk perwakilan komunitas difabel Kabupaten Cirebon, enam pemerintah desa, camat, Dinas Sosial, universitas, perwakilan dari Bappelitbangda, serta Wakil Bupati Cirebon.
Tujuan utama dari sosialisasi ini adalah untuk memperkenalkan dan memperkuat program Solider Inklusi yang dirancang untuk meningkatkan kesadaran dan inklusi bagi difabel di berbagai sektor.
Dalam sambutannya, perwakilan Bappelitbangda mengakui adanya keterbatasan fasilitas yang ramah bagi difabel di gedung tersebut. “Pertama-tama, saya meminta maaf kepada teman-teman FKDC, Mas Mujib, dan teman-teman karena ruang kami di lantai dua belum ramah bagi difabel; belum disiapkan sarana dan prasarananya. Kedua, mohon maaf karena kebijakannya tidak memihak kepada teman-teman,” ujar Dangi kepala bappelitbangda .
Permintaan maaf ini menunjukkan komitmen Bappelitbangda untuk terus memperbaiki fasilitas agar lebih inklusif di masa mendatang.
Acara ini juga diisi dengan pemaparan oleh perwakilan SIGAB tentang latar belakang program Solider Inklusi, yang menyoroti bahwa diskriminasi dan eksklusi terhadap difabel masih merupakan masalah signifikan, baik secara struktural maupun kultural. Secara struktural, banyak difabel yang masih menghadapi hambatan dalam aksesibilitas, mulai dari fasilitas umum yang tidak ramah difabel hingga kurangnya dukungan dalam lingkungan kerja. Selain itu, stigma dan stereotip negatif yang masih melekat di masyarakat memperparah kondisi ini, menganggap difabel sebagai kelompok yang tidak produktif atau kurang mampu. Pandangan semacam ini tidak hanya mengurangi peluang difabel untuk berpartisipasi penuh dalam kehidupan sosial dan ekonomi, tetapi juga merendahkan martabat mereka sebagai manusia yang setara.
Di sektor formal, difabel sering kali dihadapkan pada berbagai hambatan signifikan, termasuk kesulitan dalam mengakses layanan yang seharusnya tersedia bagi semua pekerja, seperti adaptasi tempat kerja dan dukungan teknologi yang diperlukan. Mereka juga rentan terhadap ketidakadilan hukum, sering kali tidak mendapatkan perlindungan hukum yang memadai atau menghadapi diskriminasi dalam proses hukum. Ketidaksesuaian kebijakan dan program yang tidak mempertimbangkan kebutuhan khusus difabel juga menjadi kendala utama, menghambat upaya untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan adil. Oleh karena itu, diperlukan komitmen yang kuat dari pemerintah, masyarakat, dan organisasi terkait untuk melakukan perubahan yang sistematis dan berkelanjutan.
“Latarbelakang program Solider Inklusi menunjukkan bahwa masih ada diskriminasi dan eksklusi difabel secara struktural dan kultural yang perlu diatasi. Difabel yang bekerja di sektor formal sering menghadapi hambatan dalam mengakses berbagai layanan dan rentan mengalami ketidakadilan hukum. Ketidaksesuaian kebijakan dan program,” ujar Rohmanu dalam paparannya.
Kegiatan ini juga dihadiri oleh perwakilan dari enam pemerintah desa dan perwakilan dari kecamatan, menunjukkan dukungan penuh mereka terhadap inisiatif inklusi sosial ini. Dinas Sosial dan universitas juga turut serta, menandakan bahwa isu inklusi difabel menjadi perhatian bersama di berbagai sektor. Acara ini ditutup dengan sesi tanya jawab, di mana para peserta diberikan kesempatan untuk menyampaikan pandangan, saran, dan pertanyaan terkait implementasi program Solider Inklusi.
Dengan adanya kegiatan sosialisasi ini, diharapkan masyarakat semakin sadar akan pentingnya inklusi bagi difabel dan mendukung upaya-upaya untuk menciptakan lingkungan yang lebih ramah dan mendukung bagi semua kalangan. FKDC dan SIGAB Indonesia akan terus bekerja sama untuk memastikan program Solider Inklusi dapat berjalan dengan sukses dan memberikan dampak positif bagi komunitas difabel di Kabupaten Cirebon.[]
Reporter: Apipudin
Editor : Ajiwan Arief