Search
en id

Gunakan fitur ACCESSIBILITY melalui tombol bagian kanan bawah sebagai preferensi untuk kenyamanan Anda.

Dirgahayu Indonesia ke-79: Menyelami Makna Kemerdekaan dalam Kesederhanaan

Views: 16

Solidernews.com – Indonesia merayakan hari jadinya yang ke-79 dengan tema “Nusantara Baru, Indonesia Maju.” Harapan kita bersama adalah agar negeri ini terus berkembang menjadi lebih inklusif dan maju, merangkul semua lapisan masyarakat tanpa terkecuali.

Kemerdekaan adalah anugerah yang layak dirayakan dengan penuh rasa syukur. Cara merayakannya pun sangat beragam, mulai dari perlombaan di tingkat RT dan RW hingga perayaan besar di tingkat nasional. Semua kalangan, baik tua, muda, anak-anak, perempuan, maupun difabel, turut ambil bagian dalam merayakan semangat kemerdekaan.

 

Di tengah berbagai perayaan yang meriah, ada juga yang memilih cara sederhana namun bermakna untuk memperingati HUT RI ke-79. Salah satu contohnya adalah Andi, seorang difabel netra yang memaknai hari kemerdekaan dengan melakukan wisata religi. Pada tanggal 17 Agustus yang lalu, Andi bersama istri, anaknya, dan satu teman difabel lainnya berkunjung ke Masjid Syeikh Zayed di Surakarta.

 

Bukan tanpa alasan Andi memilih cara ini. Ia teringat pada alinea ketiga Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi, “Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.” Kalimat tersebut mengingatkan Andi bahwa kemerdekaan bangsa ini adalah rahmat dari Allah SWT. Dengan semangat itu, Andi melakukan kontemplasi mendalam tentang arti sejati kemerdekaan.

 

Selama berada di Masjid Syeikh Zayed, Andi tidak hanya merenung, tetapi juga ingin merasakan inklusivitas tempat ibadah tersebut. Masjid ini ternyata cukup ramah bagi difabel, anak-anak, dan perempuan. Ketika Andi dan seorang temannya hendak ke kamar mandi, petugas masjid dengan ramah dan sopan memberikan bantuan. Bahkan, ketika istri Andi ingin menyusui anak mereka, masjid tersebut menyediakan tempat khusus yang nyaman.

 

Pada saat hendak  melaksanakan shalat Zuhur, Andi dan temannya berjalan menggunakan tongkat. Saat hendak berwudu, seorang pengunjung lain dengan sukarela menawarkan bantuan. Setelah beribadah, Andi bersama istri, anak, dan temannya beristirahat di selasar masjid. Di sana, mereka bertemu dengan keluarga lain yang juga memiliki anak difabel netra berusia 11 tahun.

 

Setelah merasa cukup dengan kontemplasi dan doa-doa terbaiknya, Andi dan rombongan melanjutkan perjalanan ke daerah Mojosongo untuk bertemu teman-teman difabel lainnya. Di sana, mereka mengikuti lomba kecil-kecilan yang diadakan oleh dan untuk  teman-teman difabel sendiri, yakni lomba makan mie goreng yang hadiahnya itu disponsori oleh teman-teman atlit difabel yang telah sukses. Meski sederhana, suasana kebersamaan sangat terasa.

 

Hadiah bagi para pemenang pun diberikan, mulai dari Rp100 ribu untuk juara pertama hingga Rp20 ribu sebagai apresiasi untuk Andi yang meraih posisi keempat.

 

Malam harinya, Andi dan teman-temannya berjalan-jalan ke Taman Jaya Wijaya untuk menikmati malam Minggu di Solo. Mereka bersantai, bercengkerama, dan menikmati jajanan khas sambil meresapi kebahagiaan yang sederhana.

 

Bagi Andi, kemerdekaan memiliki makna yang mendalam. Di antaranya:

  1. Menyadari kuasa Allah yang memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia.
  2. Menghargai nilai kebersamaan dalam segala hal, baik besar maupun kecil.
  3. Mengapresiasi kesederhanaan dengan cara yang tulus dan bersahaja.

 

Perayaan kemerdekaan tidak selalu harus megah. Terkadang, dalam kesederhanaan kita justru menemukan makna yang paling mendalam. Andi, dengan caranya sendiri, mengajarkan bahwa merdeka adalah hak setiap insan, dirayakan dengan rasa syukur, kebersamaan, dan kesederhanaan. Karena lagi-lagi, bagi Andi, kemerdekaan itu bukan hanya tentang meriahnya perayaan dan banyaknya hadiah dari perlombaan. Melainkan, bahwa merdeka itu adalah bagaimana semua insan dapat merasa menjadi manusia seutuhnya tanpa diskriminasi dan stigma. Bagaimana kemudian manusia bisa merasa tenang di mana saja ia berada, terutama di tempat-tempat suci, yang dalam hal ini, masjid. Maka dari itu, marilah kita semua kembali memaknai arti “kemerdekaan”. Memaknainya dengan berkontemplasi secara mendalam, perbanyak rasa syukur, tetap jalin tali persaudaraan dengan semua teman, baik yang difabel maupun yang non difabel agar kemerdekaan yang ke 79 ini tidak sekadar perayaan belaka, namun diisi dengan hal-hal bermakna dengan cara yang sederhana.[]

 

Reporter: ZAF

Editor       : Ajiwan

 

Bagikan artikel ini :

TULIS KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

BERITA :

Berisi tentang informasi terkini, peristiwa, atau aktivitas pergerakan difabel di seluruh penjuru tanah air