Views: 14
Solidernews.com – Difabel merupakan suatu kondisi fisik atau mental yang membatasi gerak, indra dan aktivitas seseorang. Menurut UU No 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas, bahwa orang dengan difabel adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, fisik atau sensorik dalam jangka waktu lama dan dalam interaksi lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.
Difabel tidak hanya berasal dari bawaan lahir, tetapi bisa disebebkan oleh kecelakaan, bencana alam dan lain sebagainya. Suatu kondisi tersebut menyebabkan seseorang harus menggunakan kemampuan berbeda dengan orang lain. Sehingga mereka memiliki kemampuan berbeda dibandingkan masyarakat lain.
Sebagai manusia pada umunya, dengan berbagai hambatan dan tantangan yang dimiliki, difabel rentan alami depresi. Depresi merupakan salah satu gangguan mental yang dialami banyak orang dan seringkali muncul dengan kecemasan. Depresi bisa berlangsung sementara dan ringan, atau berat dan berkepanjangan. Depresi dapat terjadi karena reaksi suatu peristiwa atau mengalami stress untuk waktu yang lama. Depresi dapat juga diturunkan dari keluarga, atau terkadang kita tidak tau apa penyebab depresi. Gejala depresi yaitu:
Gejala fisik
- Lelah berkepanjangan meskipun sudah cukup istirahat
- Gelisah terus menerus
- Kesulitan aktivitas sehari-hari
- Berubahnya selera makan dan pola tidur
- Rasa nyeri dan sakit yang muncul tanpa sebab tertentu
Gejala emosional
- Rasa sedih, cemas atau mudah marah secara terus menerus
- Hilang minat untuk bergul dan melakukan kegiatan sehari-hari
- Merasa kesepian tak berkesudahan
- Merasa tidak berharga, tidak punya harapan
- Mengambil Tindakan beresiko yang tidak biasa dilakukan
- Menyakiti diri sendriri hingga mencoba mengakhiri hidup
Difabel rentan depresi
Seperti halnya tekanan yang dapat terjadi kepada siapa saja dalam hidup. Difabel memerlukan penyesuaian untuk adaptasi terkait kondisinya. Difabel dapat terjadi sejak dilahirkan atau terjadi setelah beranjak dewasa. Difabel sejak lahir dapat terjadi karena adanya masalah selama kehamilan. Misalnya genetic atau masalah ketika persalinan. Difabel sejak lahir terkesan lebih mudah menerima kondisinya, karena difabel sudah dialami sejak lama. Namun mereka tetap berjuang selama bertahun-tahun untuk mendapatkan penerimaan dari keluarga maupun teman-teman.
Difabel amat rentan terhadap diskrimanasi dan tekanan dari pihak lain. Mereka kesulitan dalam membentuk hubungan baru, bertemu dengan orang baru. Hingga transisi remaja menuju dewasa hingga masuk dunia kerja. Pada dasarnya Difabel sejak lahir juga dapat mengalami depresi.
Tak hanya difabel sejak lahir yang rentan depresi. Difabel ketika beranjak dewasa juga memiliki tantangan yang cukup berat. Mereka yang biasanya hidup tanda kendala, ketika menjadi difabel ruang gerak dan aktivitas menjadi terbatas. Hal ini menjadi faktor utama difabel baru memiliki cukup banyak tekanan berat hingga mengalami depresi.
Di sekitar kita banyak system pendukung seperti keluarga, sahabat dan teman yang akan membantu mengatasi masa sulit. Namun banyak juga yang tidak memiliki system pendukung yang diperlukan. Terutama bagi difabel yang memiliki keterbatasan. Bukan hal aneh ketika mempertanyakan keadaan menjadi difabel. Hal ini menjadi sesuatu yang biasa ketika menjalani kesulitan, terutama ketika kondisi difabel menjadi penyebabnya. Namun ketika hal itu terjadi secara berulang dan terus menerus, bisa jadi hal itu pertanda depresi bukan sekedar kesedihan.
Cara mengatasi depresi bagi difabel
Difabel kerap kali menerima perawatan medis untuk kondisi difabelnya saja, kebutuhan emosional tidak ikut terpenuhi. Perlunya difabel menjadi advokat untuk diri sendiri. Ketika merasa tidak lagi membendung emosi, ada baiknya segera konsultasi ke ahli. Atau bisa berbagi cerita antar teman difabel lain sebagai bentuk dukungan. Perlunya ketika merasa sedih atau tertekan untuk berbicara dengan orang lain.
Bagi difabel yang mempunyai pendamping, pendamping perlu menyadari kebutuhan emosional difabel untuk mewaspdai tanda depresi. Pendamping menjadi garis pertahanan pertama bagi difabel untuk membantu mengatasi gejolak emosi difabel.
Merasa sedih atau tertekan karena sebuah masalah selama beberapa hari setelah suatu kejadian adalah hal yang wajar. Namun, kesedihan atau depresi yang berlangsung selama dua minggu bahkan lebih secara terus menerus memerlukan bantuan perawatan atau konselor seperti psikolog atau psikiater.[]
Penulis: Emsa
Editor : Ajiwan Arief