Views: 37
Solidernews.com – Selama beberapa tahun terakhir, difabel sering kali diidentifikasi sebagai komunitas yang cenderung golput dalam pemilihan umum. Namun, pada Pemilu tahun 2024 ini menyaksikan perubahan besar di mana difabel secara aktif menolak golput dan menyuarakan kebutuhan akan partisipasi aktif dalam proses demokrasi. Mereka menyampaikan ketidakpuasan mereka terhadap kondisi politik saat ini dan menyatakan bahwa demokrasi telah terdistorsi oleh penguasa.
Selama beberapa tahun dalam pemilihan umum sebelumnya, difabel sering diabaikan atau dianggap tidak mampu untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses politik. Faktor-faktor seperti aksesibilitas fisik ke tempat pemungutan suara, minimnya informasi yang mudah dimengerti, dan kurangnya representasi politik sering menjadi hambatan bagi partisipasi difabel dalam pemilihan umum.
Pemilu tahun 2024 menjadi momen bersejarah di mana difabel tidak lagi diam terhadap ketidakpuasan mereka pada situasi politik. Sebaliknya, mereka menggunakan suara mereka untuk menolak golput dan menyuarakan kebutuhan akan partisipasi yang lebih aktif dalam proses demokrasi. Melalui berbagai platform, termasuk media sosial, kampanye publik, dan diskusi komunitas, difabel mengajak semua masyarakat, termasuk mereka sendiri, untuk menggunakan hak pilih mereka dengan bijaksana.
Oni Jahoni, salah seorang anggota Forum Komunikasi Difabel Cirebon mengatakan:
“Demokrasi sedang tidak baik-baik saja, dan kita sebagai difabel adalah garda terakhir. Kita tidak boleh diam, kita harus bersuara, tidak boleh golput, dan tunjukkan pada mereka bahwa kita tidak gagap dalam politik.”
“Pemilu yang dulu-dulu saya golput; namun, tahun ini saya tidak akan golput,” imbuh Herman teman polio.
“Demokrasi sedang berada dalam kondisi yang tidak baik, dan kita harus bersuara tentang penyelewengan yang terjadi dalam sistem demokrasi,” tambah Abdul Mujib seorang difabel asal Cirebon.
Difabel sebagai pelindung nilai-nilai demokrasi dan keadilan. Mereka dianggap sebagai garda terakhir yang memastikan bahwa suara dan hak-hak mereka dihormati dalam proses politik. Dengan tidak diam dan aktif berpartisipasi dalam pemilihan umum, difabel dapat menunjukkan kepada negara bahwa mereka memiliki kemampuan dan keinginan untuk berkontribusi dalam politik serta memperjuangkan hak mereka dengan penuh semangat.
Partisipasi aktif difabel dalam Pemilu kali ini menunjukkan pentingnya mengakui dan menghormati hak-hak politik mereka. Difabel membawa pengalaman hidup yang berbeda dan pandangan yang berharga terhadap isu-isu politik dan sosial, yang merupakan aset berharga dalam membangun demokrasi yang beragam dan berkelanjutan.
Pada Pemilu 2024 menjadi titik balik dalam perjalanan partisipasi politik difabel. Langkah-langkah ini menunjukkan perlunya masyarakat dan pemerintah untuk lebih memperhatikan kebutuhan dan aspirasi difabel dalam proses politik. Ini menciptakan momentum untuk meningkatkan aksesibilitas, menyediakan informasi yang mudah dimengerti, dan membangun lingkungan politik yang lebih inklusif bagi semua warga.
Dengan demikian, Pemilu 2024 bukan hanya tentang memilih pemimpin, tetapi juga tentang memperkuat fondasi demokrasi yang lebih kokoh dan memastikan bahwa suara setiap warga, termasuk difabel, didengar dan dihargai dalam pembangunan masa depan negara. []
Reporter: Apipudin
Editor : Ajiwan