Views: 17
Solidernews.com – Malam hari sekitar selepas sholat isya, saya menggunakan waktu untuk berkunjung ke rumah kontrakan dari pasangan suami istri difabel netra, Umi dan Udin. Lokasinya yang tidak jauh dari pusat kota tak butuh waktu lama untuk bisa bertemu dua orang difabel bertalenta ini. Udin Prasojo (34 tahun) dan Umis Musfiroh (25 tahun) yang keduanya sudah menikah sejak 2021 merupakan mahasiswi di Universitas Muhammadiyah Purworejo yang menggagas Difa Netra Irama.
Udin dan Umi tidak hanya sekadar pasangan hidup, tetapi juga pasangan dalam perjuangan dan semangat dalam mendirikan grup musik “Difa Netra Irama,” sebuah wadah yang menggabungkan cinta mereka terhadap musik dengan misinya untuk membangun jembatan antara dunia difabel netra dan masyarakat luas. Grup ini bukan hanya sekedar grup musik; ia adalah sebuah pernyataan kekuatan dan keberanian dalam mengejar impian.
“Tahun 2017 dulu dibuat Gojeg Irama namun dirasa kurang trep (pas) namanya, pada bulan September 2022 launching awal dengan menggunakan nama Difa Netra Irama di Car Free Day Purworejo. Personil saat ini ada kami berdua dan mas Sugeng”, terang Udin.
Kecintaan pada organ, Udin sudah sejak sekolah dasar menggeluti organ. Sementara, Umi senang di dunia tarik suara sudah sejak kecil dan diasah di SLB Muhammadiyah.
“Tarik suara dilatih pak Yanto (guru SLB) dan sembari belajar otodidak, saya bahkan tidak pernah les vokal.”, jelas Umi.
Udin sempat mengenyam belajar di PSBN (Panti Sosial Bina Netra) di Bandung, selama dua tahun mendapat keterampilan musik 1 tahun di tahun 2011-2012. Dari PSBN itulah kemampuan dan kecintaan di dunia musik bisa diasah dengan baik sehingga menjadi bekal saat ini.
Umi dan Udin yang sedang sibuk melakukan proses PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) di SLB purworejo, tetap mengasah kemampuan bermusik sehari-hari. Ada dan tidak adanya job musik, saat ini mereka sering berlatih bersama.
Selama ini, Difa Netra Irama sering tampil di lingkungan kampus, event pemerintahan dan masyarakat. Dari job-job yang masuk, diakui telah membantu perekonomian sehari-hari. Bagi keduanya, kemampuan atau talenta yang mereka miliki sebagai kunci agar tidak bergantung pada orang lain.
Diakui oleh keduanya selain bekerja, status saat ini sebagai mahasiswa aktif, Udin dan Umi menyampaikan ahwa pendidikan adalah kunci penting untuk membuka pintu kesempatan. Program beasiswa yang diberikan oleh Universitas Muhammadiyah Purworejo mampu menjembatani keinginan mereka berdua untuk menyandang gelar sarjana.
Di luar akademik, Udin juga aktif sebagai pengajar di SLB untuk mata pelajaran musik. Dalam hal ini, Udin membagikan pengetahuan dan keterampilan mereka kepada siswa-siswa yang membutuhkan, sambil menunjukkan bahwa kemampuan yang berbeda tidak menghalangi untuk berkarya. Dedikasi mereka untuk mendidik dan membimbing anak-anak dengan kebutuhan khusus adalah bentuk nyata dari komitmen mereka terhadap pendidikan dan kesejahteraan anak difabel.
Menanyakan lebih tentang grup Difa Netra Irama, sejauh ini tantangan yang dihadapi oleh Udin dan Umi adalah masih minimnya kesadaran masyarakat tentang difabel dalam hal seni.
“Saya masih sering dianggap tidak mampu dengan penyanyi lain, saat perform memang yang dinilai suara tetapi masyarakat masih sering menyukai yang penting bisa joged”, imbuh Umi.
“Aku ya sering kesusahan kalau tanggapan hanya diminta organ saja, padahal kalau saya harus satu paket, ya organ dan 1 penyanyi, Umi istri saya. Harga kami pun masih sangat murah kok”, jelas Udin.
Tantangan yang dialami Umi dan Udin hingga saat ini seputar teknis acara, misal jarak tempuh, akomodasi selain itu masih bisa dihadapi. Salah satu alternatif kelompok musik, Difa Netra Irama hadir untuk menyebarkan keceriaan dan menunjukkan bahwa musik adalah bahasa universal yang mampu menyentuh hati dan jiwa, tidak peduli dari latar belakang atau kondisi fisik seseorang. Dengan setiap penampilan, Udin dan Umi membawa pesan kuat tentang keberanian, kepercayaan diri, dan semangat juang.
Kehidupan Udin dan Umi adalah bukti bahwa dengan tekad dan dukungan satu sama lain, segala sesuatu mungkin dilakukan. Mereka tidak hanya berjuang untuk diri mereka sendiri tetapi juga untuk membuka jalan bagi orang lain yang memiliki passion yang sama di dunia musik. Di balik semua pencapaian ini, terdapat cerita cinta dan perjuangan yang mendalam. Tentu dengan hadirnya Difa Netra Irama, orang dapat melihat difabel dari sudut pandang yang berbeda, difabel memiliki ruang ekspresi yang sama dengan masyarakat lainnya.[]
Reporter: Erfina
Editor : Ajiwan Arief