Views: 12
Solidernews.com, Yogyakarta. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Yogyakarta, menggelar debat putaran pertama calon walikota dan wakil walikota Yogyakarta, di Hotel Tara, Jalan Magelang 129 Yogyakarta, Jumat (8/11/2024). Debat diikuti tiga pasangan calon (paslon) walikota dan wakil walikota. Nomor urut 1 Heroe-Supena, Nomor urut 2 Hasto-Wawan dan Nomor urut 3 Afnan-Singgih.
Menyampaikan visi misi dan program kerja, menjadi tahapan pertama debat calon walikota dan wakil walikota Yogyakarta. Berangkat dari persoalan, bahwa pada masa depan kota penuh kompetisi, maka mempersiapkan diri sebagai manusia unggul menjadi visi misi paslon Heroe-Pena. Untuk itu, seluruh sumber daya manusia harus sehat dan inklusi. Sehingga berdaya saing ekomomi berstandar internasional. Tatakelola kota andal, nyaman dan berkelanjutan.
Selanjutnya akan diwujudkan dalam 11 program kerja. Yaitu: (1) tuntas sampah secepatrnya; (2) hunian terjangkau untuk leluarga muda; (3) sekolah untuk semua. Dengan penataan zonasi pendidikan untuk menghilangkan blankspot, beasiswa pendidikan hingga perguruan tinggi. (4) pos kreasi dan bisnis; (5) koneksi transportasi, dengan mengoptimalisai manajemen terintegrasi, (6) Jogja gayeng; (7) Jogja gerbang selatan, (8) Jogja ramah bersama (anak, lansia difabel, perempuan, ibu hamil dan bebas stunting). (9) bantu lelayu dengan menyediakan lahan makam dan santunan kematian; (11) Jogha festival; serta (11) Jogja jaga warga, dengan pemasangan cctv berbasis wilayah.
Tak jauh beda dengan paslon nomor urut 1, Hasto-Wawan, pun menekankan pada sumber daya manusia (SDM). Mewujudkan masyarakat inklusi, aman, damai, makmur, lestari dan berkeadilan, menjadi visi misinya. “Kita sadar betul, bahwa Jogja sangat minim sumber daya alam. Namun, Jogja dominan dengan SDM. Kita tidak punya batu, pasir, sawah, padi. Karenanya penguatan SDM menjadi center dan harus diperhatikan.
Untuk mencapai tata kelola yang inklusi dan menyejahterakan, no one left behind (tak satu pun ditinggalkan) menjadi pegangan pasangan Hasto-Wawan.Kemudian diterjemahkan dalam empat program kerja. Yaitu: (1) membangun manusia unggul. Semua warga harus sehat dan berpendidikan; (2) semua warga bekerja (tanpa kecuali warga difabel); (3) Investasi untuk menyerap tenaga kerjal dan (4) pemberdayaan perempuan. Program tersebut diyakini pasangan Hasto-Wawan, dapat membawa Yogyakarta menuju kota yang maju, unggul dan inklusif.
Pasangan ini juga menekankan adanya pemberian layanan yang paripurna yang inklusif bagi semua. Jangan sampai kelompok rentan menjadi beban, tapi produktif. Oleh karena itu, stunting dan disharmoni dalam keluarga harus dihindarkan. Serta, hunian yang layak juga menjadi perhatian pasangan ini.
Adapun pasangan Afnan-Singgih mengajak seluruh warga bersatu padu mewujudkan kota yang inklusif dan sejahtera. Untuk itu setiap warga, mulai anak muda, pelaku UMKM, perempuan, lansia, difabel akan mendapat akses yang layak. Program ramah disabilitas dan lansia dengan menyediakan fasilitas yang dapat diakses dengan nyaman, pun ditawarkan. Pada sektor ekonomi, pasangan ini akan menciptakan UMKM dan ekonomi yang kuat melalui Pas Go Digital, pelatihan, hingga ke timgkat internasional.
Program berikutnya, tata kelola kota berkomitmen pada transparansi pelayanan publik yang smart dan akuntabel. Semua layanan secara digital. Pemerintahan menjadi solutif bagi warganya. Serta program nol sampah, pun ditawarkan. Sehingga, kota tak hanya bersih. Tapi hijau, aman, nyaman, harmonis. Kota tak hanya layak huni, tapi inklusif dan sejahtera.
Strategi wujudkan kota inklusi
Pada tahap dua, ketiga paslon memperdalam visi misi mereka dengan menjawab pertanyaan yang diajukan panelis. Yakni, Kota Yogyakarta dikenal ramah terhadap disabilitas dan berbagai kelompok marginal. Bahkan juga telah memiliki PERDA Nomor 4 Tahun 2019, tentang pemajuan dan pelindungan dan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas. Bagaimana strategi paslon untuk memperkuat pelindungan dan akses disabilitas serta kelompok marginal dalam pembangunan ekonomi dan pelayanan publik. Misalnya adminsitrasi kependudukan dan transportasi umum sebagai upaya mewujudkan Yogakarta sebagai kota inklusif?
Pasangan Heroe-Pena, mere-mind dirinya yang pernah menjadi Ketua Ketua Pokja Menuju Kota Inklusif APEKSI (asosiasi pemerintah kota se Indonesia) saat menjabat wakil walikota.
Heroe mengatakan, bahwa Kota Yogyakarta masih memiliki problem, terkait transportasi yang akses, karena luasan wilayah Jogja yang sempit. Dia akan bekerja sama dengan daerah lain. Lalu trotoar, harus ada ramp dan pegangan. Termasuk layanan adminsitrasi tidak di lantai atas, melainkan di bawah.
Pasangan Heroe-Pena akan memberikan layanan kesehatan bagi difabel lebih baik. Menjadikan semua yang sudah ada menjadi lebih baik lagi. Agar Jogjakarta punya banyak best practice, yang dapat menjadi acuan kota-kota lain. Jogja harus tetap unggul. Agar menjadi kota inklusi yang semakin sempurna.
Berikutnya pasangan Hasto-Wawan, akan menyediakan trotoar yang dapat diakses kelompok rentan pejalan kaki. Dia juga akan menghadirkan satu desa satu bidan, untuk menjangkau masyarakat rentan. Negara atau pemerintah hadir di rumah-rumah warga, merupakan hal penting bagi pasangan ini.
Selanjutnya pada bidang kesehatan, Hasto-Wawan akan menghadirkan Adult Healthy Center. Yaitu pusat kesehatan bagi disabilitas yang tak hanya fisik saja, melainkan juga disabilitas mental. Selain juga memperbaiki infrastruktur fisik.
Hasto juga menggarisbawahi pentingnya kualitas keluarga. Berbagai kasus, klithih dia contohkan. Ini bersumber pada keluarga. Demikian juga ketika ada gangguan sosial lainnya. Katakanlah mental disorder, mental illness, itu sumbernya dari keluarga.
Bagaimana dengan pasangan Afnan-Singgih? Mereka berkomitmen untuk: (1) menjaga mengarus utamakan GEDSI (gender disabilitas dan inklusi sosial). Terutama alan mengawal anggaran yang cukup; (2) memberikan pelatihan bagi para difabel, disalurkan ke perudahaan yang membutuhkan; (3) memantau pelaksanaan PERDA, serta kebijakan perusahaan dan unit usaha untuk mewajibkan mempekerjaan difabel.
Pasangan nomor urut 3 ini juga mengatakan, transportasi publik menjadi tantangan tersendiri. Mereka akan bekerja sama dengan pemerintah provinsi. Halte yang sudah ada ramp, akan dievaluasi. Layanan terbaik bagi difabel sesuai dengan disabilitasnya, menjadi komitmen berikutnya.[]
Reporter: Harta Nining Wijaya
Editor : Ajiwan