Search
en id

Gunakan fitur ACCESSIBILITY melalui tombol simbol biru bagian kanan agak atas sebagai preferensi untuk kenyamanan Anda.

Gambar ini bergaya sederhana dan berbentuk lanskap. Ada empat orang yang berbeda-beda, mereka terlihat akrab dan saling mendukung. Latar belakangnya krem dan merah marun, memberi suasana hangat. Di tengah ada lambang Garuda Pancasila, simbol persatuan Indonesia. Dua orang duduk di kursi roda, satu memakai jilbab, satu lagi pria muda. Di belakang mereka ada perempuan mengangkat tangan, dan pria dengan tongkat berdiri sambil tersenyum. Di samping pria itu, ada kambing putih yang tenang. Gambar ini menunjukkan semangat Idul Adha, kebersamaan, dan penerimaan terhadap semua orang, termasuk penyandang disabilitas.

Dari Pancasila ke Idul Adha: Langkah Nyata Menuju Indonesia Raya yang Inklusif

Views: 22

Solidernews.com – Pada Ahad, 1 Juni 2025, bangsa Indonesia memperingati Hari Lahir Pancasila yang tahun ini bertemakan : “Memperkokoh Ideologi Pancasila Menuju Indonesia Raya,”  sebagaimana dikutip dari jdih.bpip.go.id, dan hanya beberapa hari kemudian—tepatnya Jumat, 6 Juni 2025—umat Islam menyambut Hari Raya Idul Adha. Solidernews.com melihat kedekatan tanggal ini sebagai peluang untuk merefleksikan kembali nilai persatuan, keadilan, dan pengorbanan, terutama bagi  difabel yang selama ini berjuang agar hak dan kebutuhannya benar-benar diakui. Untuk menggali sudut pandang para pemerhati difabel, Solidernews.com melakukan wawancara dengan dua tokoh penting yaitu Ken Kerta, Founder Lingkar Sosial Indonesia, diwawancara pada Jumat, 6 Juni 2025 dan Fira Fitri Fitria sebagai Ketua Jatim Inklusi, diwawancara pada Selasa, 10 Juni 2025.

Pancasila dan Idul Adha seperti dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Pancasila mengingatkan tentang ikatan kebangsaan dan keadilan sosial, sementara Idul Adha menegaskan makna pengorbanan dan kepedulian. Keduanya sekaligus menjadi peringatan penting  atau wake-up call bagi gerakan difabel agar tidak terjebak ego sektoral, melainkan bersatu dan berbagi.

 

Pancasila, Idul Adha, dan Tantangan Ego Sektoral

Ken Kerta mengungkapkan Nilai Persatuan Indonesia dan Keadilan Sosial dalam Pancasila sesungguhnya sejalan dengan semangat qurban, yaitu membangun kesejahteraan bersama melalui pengorbanan. Namun dalam praktiknya, banyak organisasi difabel masih terjebak pada persaingan internal,

“Pancasila mengajarkan persatuan dan keadilan, sementara Idul Adha mengingatkan kita akan pentingnya pengorbanan, termasuk pengorbanan ego.”

Bagi Ken, peringatan Hari Lahir Pancasila dan Idul Adha di tahun ini harus menjadi momentum untuk menghentikan praktik tumpang tindih program dan klaim sepihak antarorganisasi. Ia menambahkan, “Seringkali perjuangan kita terhambat oleh ego sektoral antarorganisasi, padahal semangat Pancasila mendorong gotong-royong. Idul Adha mengajarkan bahwa membangun sesuatu yang lebih besar menuntut kita melepaskan sesuatu yang kita pegang erat.”

Catatan Solidernews.com di lapangan menunjukkan bahwa keberadaan banyak inisiatif—meski bermodal niat baik—justru sering memecah tenaga dan sumber daya. Dari seminar inklusi di Jakarta hingga program pelatihan keterampilan di daerah, koordinasi yang kurang membuat banyak kegiatan menjadi kurang efektif. Ken percaya bahwa bila organisasi difabel bisa merefleksikan nilai Pancasila dan Idul Adha, mereka akan mampu menggagas forum bersama yang memusatkan energi pada satu tujuan: memastikan setiap difabel mendapatkan layanan yang layak, tanpa tercecer oleh konflik kepentingan.

“Dari kacamata saya sebagai pemerhati isu difabel, ini momen yang tepat untuk merenung: seringkali perjuangan kita terhambat oleh ego sektoral antarorganisasi, padahal semangat Pancasila justru menekankan gotong royong. Idul Adha mengajarkan bahwa membangun sesuatu yang lebih besar kadang menuntut kita melepaskan sesuatu yang kita pegang erat, termasuk gengsi, nama lembaga, atau keinginan untuk tampil sendiri, ungkapnya.”

Di Akhir,  Ken Kerta menegaskan harapan bahwa dua momen ini bisa menyentuh hati kita semua. Agar gerakan difabel semakin solid, saling menguatkan, dan benar-benar menjadi bagian dari pembangunan bangsa yang inklusif, pungkasnya.”

 

Memaknai Pengorbanan dan Semangat Berbagi

Empat hari setelah wawancara dengan Ken, giliran Fira Fitri Fitria menyampaikan pengalamannya sebagai Ketua Jatim Inklusi. Menurut Fira, Pancasila dan Idul Adha sesungguhnya menawarkan kerangka etis untuk semua aktivitas sosial.

“Momentum Hari Lahir Pancasila dan Idul Qurban adalah momen yang tepat untuk merefleksikan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi bangsa: komitmen serta makna Bhineka Tunggal Ika—‘berbeda tapi tetap satu’—itu adalah cerminan kongkrit menjunjung tinggi keberagaman, termasuk difabel dalam ruang lingkup masyarakat.”

Fira kemudian menjelaskan bahwa “Memaknai nilai ketaatan dan pengorbanan Nabi Ibrahim AS terhadap putranya Nabi Ismail AS sebagai wujud keimanan, syukur, serta berbagi, esensinya adalah meningkatkan kepedulian terhadap sesama, tak terkecuali difabel.”

Untuk memberikan konteks praktik nyata, Fira menuturkan bahwa selama lima tahun terakhir, Jatim Inklusi di bawah kepemimpinannya secara rutin mengorganisir pembagian daging kurban bagi teman-teman difabel di Tuban bahkan sampai ke Bojonegoro. Program ini lahir dari semangat dari salah satu  kolega di Jakarta yang ingin memastikan bahwa semangat Idul Adha tidak berhenti di pusat kota. Melalui jaringan relawan lokal, daging kurban  didistribusikan langsung kepada para  difabel, menciptakan efek ganda yaitu pemenuhan kebutuhan pangan sekaligus penguatan jejaring sosial antar-komunitas.

Lebih lanjut, Fira mengungkapkan keunikan kurban tahun ini, di mana koleganya menghadiahkan hewan kurban atas nama Fira sendiri. Bagi Fira, pemberian ini membuat makna berbagi menjadi lebih personal dan mengena.

“Rasanya semakin bermakna ketika hewan kurban itu dikurbankan atas nama saya. Teman-teman difabel di Tuban dan sekitarnya benar-benar merasakan semangat berbagi.”

Solidernews.com mencatat bahwa langkah distribusi langsung ini tidak hanya memenuhi aspek materi, tetapi juga mengokohkan rasa kebersamaan. Selain itu, momen ini bisa menjadi ajang pembuktian bahwa difabel tidak selalu berada pada posisi objektifikasi sosial, namun mereka dapat menjadi subjek sosial yang berbagi dan berdaya apabila diberi ruang dan kesempatan yang setara dan akomodatif.

Peringatan Hari Lahir Pancasila pada Ahad, 1 Juni, dan Idul Adha pada Jumat, 6 Juni 2025 sesungguhnya lebih dari rutinitas tahunan. Bagi gerakan difabel, ini adalah “peringatan penting” untuk mengikis ego sektoral, merangkul persatuan, dan menebar kedermawanan. Dengan meneladani nilai persatuan Pancasila dan semangat pengorbanan Idul Adha, diharapkan setiap difabel dapat merasakan inklusi yang sejati—dari kota besar hingga ke daerah seperti Tuban dan Bojonegoro. Solidernews.com mengajak semua elemen bangsa untuk menyatu dalam keberagaman dan bersama-sama membangun Indonesia inklusif, di mana setiap warga berhak hidup berdaya dan  bermartabat, serta menjadi subjek sosial demi kemajuan Indonesia Raya  tanpa terkecuali.[]

 

Reporter: Andi Syam

Editor    : Ajiwan

 

Bagikan artikel ini :

TULIS KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

berlangganan solidernews.com

Tidak ingin ketinggalan berita atau informasi seputar isu difabel. Ikuti update terkini melalui aplikasi saluran Whatsapp yang anda miliki. 

BERITA :

Berisi tentang informasi terkini, peristiwa, atau aktivitas pergerakan difabel di seluruh penjuru tanah air

Skip to content