Search
en id

Gunakan fitur ACCESSIBILITY melalui tombol simbol biru bagian kanan agak atas sebagai preferensi untuk kenyamanan Anda.

Dari Lupa Menuju Harapan: Begini Perjalanan Mahasiswa Difabel Mental

Views: 12

Solidernews.com, Yogyakarta – Ada cerita unik yang datang dari sharing session “Dari Lupa Menuju Harapan: Perjalanan, Pengobatan, dan Peran Support System”, Jumat (14/2). Sebuah acara yang digelar oleh Unit Layanan Disabilitas UGM. Dengan menghadirkan Fadliah Sarita Rustam, S.Si., seorang mahasiswa Magister Kimia FMIPA UGM yang merupakan salah seorang awardee LPDP Jalur Disabilitas.

Dalam sesi itu, Fadliah Sarita Rustam, yang akrab disapa Sari, membagikan kisah perjuangannya sebagai difabel mental, khususnya depresi psikotik dan gangguan memori. “Saya pertama kali didiagnosis mengalami depresi psikotik pada tahun 2021, tepatnya saat menyelesaikan tugas akhir S1. Kemudian, saat menginjak semester dua S2 kemarin, saya juga didiagnosis mengalami gangguan konsentrasi dan memori atau dimensia,” ungkapnya.

Perjalanan tak bisa lepas dari berbagai tantangan yang dihadapi dalam kehidupan, baik di kampus maupun masyarakat. Baginya, kesulitan terbesar yang dialami adalah kesulitan mengingat dan konsentrasi penuh dalam jangka waktu lama. Bahkan, kondisinya turut mempengaruhi kemampuannya dalam mengambil keputusan dan berpikir jernih. Terkadang ia juga mengalami isolasi sosial karena merasa tidak dipahami oleh lingkungan sekitar.

Di dalam perkuliahan, akibat kondisinya, Sari mengaku cukup sering mengalami kesulitan dalam mengikuti kelas dan berkomunikasi dengan teman-teman. Sehingga ia mulai menggunakan perekam audio, menyewa kamera untuk merekam, hingga video tutorial dari dosen untuk membantu memahami materi perkuliahan.

Sari menyoroti pentingnya sistem pendukung dalam setiap prosesnya. Dukungan utama berasal dari keluarga. Kemudian dilanjutkan oleh dukungan dari sekitar yaitu teman dan dosen. Ia juga menyebut bahwa dukungan ULD UGM juga sangat membantunya bertahan.

“Waktu itu ULD juga melakukan asesmen terhadap kebutuhan saya. Selain itu, LPDP juga memberikan bantuan pendanaan untuk pengobatan dan kebutuhan akademik,” tambahnya.

Sari berpesan, bahwa pengobatan dengan obat bukan menjadi solusi atas segela permasalahan yang dialami oleh difabel mental. Di samping efek samping yang dirasakan, ia berdalih bahwa obat dapat digantikan dengan hal yang lebih efektif lagi yaitu diri sendiri dan lingkungan.

Diri sendiri merujuk pada bagaimana difabel mental dapat memperbaiki gaya hidup melalui aktivitas fisik yang mendukung, menjaga pola makan dan tidur yang cukup. Sementara, lingkungan yang mendukung setiap kondisi yang dialami akan menciptakan ruang nyaman yang dapat berangsang hormon bahagia dan positif bagi si difabel mental.

“Yang nggak kalah penting juga edukasi tantang depresi psikotik di masyarakat untuk mengurangi stigma dan meningkatkan dukungan sosial,” pungkasnya.[]

 

Reporter: Bima Indra

Editor       : Ajiwan

 

Bagikan artikel ini :

TULIS KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

BERITA :

Berisi tentang informasi terkini, peristiwa, atau aktivitas pergerakan difabel di seluruh penjuru tanah air

Skip to content