Search
en id

Gunakan fitur ACCESSIBILITY melalui tombol bagian kanan bawah sebagai preferensi untuk kenyamanan Anda.

Coaching Clinic Pesepak Bola Muda Amputasi Indonesia

Views: 31

Solidernwews.com, Jakarta – Jogja Amputee Club Football (JAMP FC), memanfaatkan  kunjungan ke Jakarta dalam Turnamen Kemenpora Cup Amputee Football 2023, dengan mengikutkan salah satu pemain mudanya mengikuti latihan (coaching clinic). Dimentori oleh Muhammad Syafei, seorang Komite Wasit Indonesia, coaching clinic diikuti oleh empat pemain muda, usia 12-17 lainnya dari PSAI Jakarta.

 

Coaching clinic sepakbola ini merupakan bagian dari program pengembangan generasi muda PSAI, yang fokus di bidang sepak bola amputasi. Bersama Muhammad Syafei, PSAI Pusat berkomitmen memberikan dukungan penuh kepada individu muda berbakat bidang sepak bola. Berbagi pengetahuan, teknik dan keterampilan bermain bola, diberikan pelatih kepada para pesepak bola muda PSAI.

 

Menjunjung tinggi semangat keberlanjutan para pesepakbola amputasi di Indonesia, mendasari pelatihan. Dengan pendekatan yang menyenangkan, coaching clinic diharapkan tak hanya mengembangkan keterampilan sepak bola. Tetapi juga mempromosikan nilai-nilai ketekunan dan kerja sama tim.

 

Coaching clinic ini menjadi salah satu kegiatan prioritas PSAI Pusat, dalam mengembangkan dan meningkatkan popularitas sepak bola amputasi di seluruh Indonesia.  Selain coaching clinic, prioritas lainnya adalah turnamen atau pertandingan sepak bola antar klub di Indonesia, memperebutkan Piala Menpora.

 

Termotivasi

Usai mengikuti coaching clinic, Refan (13), salah satu pemain muda dari JAMP FC mengaku senang. “Dari coaching clinic ini, saya mendapat pengetahuan dan pengalaman baru. Senang juga mendapat setelan jersey dan sepatu bola, serta tongkat kanadian dari PSAI Pusat,” ujarnya gembira.

 

Dia pun mengaku termotivasi untuk disiplin dan rutin berlatih. “Saya sangat termotivasi. Di Jogja, saya akan membiasakan menggunakan kanadian dulu. Kata pelatih minimal empat bulan saya harus bersahabat dengan kanadian. Iya juga, sambil berlatih teknik tendangan dalam, luar, pashing atas dan bawah, juga menangkap bola,” ujar pelajar SMP kelas satu itu.

 

Refan mengaku, bahwa menitikberatkan pentingnya disiplin berlatih sepak bola, didapatnya dari sang pelatih. Terutama dalam mengatur waktu dan menjaga pola makan.

 

Mengibarkan bendera

Di akhir perbincangan dengan solidernews.com, Syafei menghimbau kepada generasi baru pemain sepak bola amputasi, bisa bergabung di klub yang ada di daerah masing-masing. JAMP FC di Jogja, Persis-Surabaya, Persadj-Djember, Persama-Malang, Persam-Madura dan beberapa daerah lain.

 

Satu puncak harapan Syafei kepada para pesepakbola amputasi Indonesia adalah, Membawa Garuda INAF (Indonesia Amputee Football) ke Piala Dunia. “Membawa Gruda INAF ke Piala Dunia, ini cita-cita saya. Alhamdulillah 2022 sudah  bisa ke WAFF (World Amputation Football Federation) di Turkey. Tahun depan (2024) ke Piala Asia.

 

Satu lagi harapannya, semua elemen di pemerintahan bisa saling mendukung. “Di klub itu bagian membinanya. Sedangkan negara, melalui Dinas Pemuda dan Olahraga atau DPRR, bisa membantu secara finansial. Semua untuk prestasi sepak bola amputasi agar ke level yang bagus lagi. Bendera Indonesia dan Garuda INAF bisa berkibar di negara mana pun,” Muhammad Syafei, Komite Wasit Nasional sekaligus Instruktur Wasit dan Anggota Eksekutif PSAI.[]

 

Reporter: Harta Nining Wijaya

Editor      : Ajiwan Arief

 

Bagikan artikel ini :

TULIS KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

BERITA :

Berisi tentang informasi terkini, peristiwa, atau aktivitas pergerakan difabel di seluruh penjuru tanah air