Views: 30
Solidernews.com – Turun dari motor roda tiga, Zahra Putri, gadis 20 tahun itu, terlihat berteriak riang. Dibantu kakek dan ibunya yang mendorong kursi roda, Putri menuju ke tempat pemungutan suara. Ini pertama kali bagi Putri menyampaikan aspirasi hak pilihnya di TPS 09, Ngadipiro Kidul, Kelurahan Rejosari, Kapanewon Semin.
“Saya hanya mendampingi. Dia yang menunjuk gambar, tidak tahu siapa yang ditunjuknya, saya hanya bantu mencoblos gambar dengan memegangi tangannya.” Puji Lestari, ibu dari Zahra Putri, dengan cerebral palsy menyampaikan apa yang dilakukan saat damping putrinya.
“Tempatnya sudah bagus dalam arti sudah sesuai meski ada kekurangan sedikit. Cukup leluasa dan longgar sehingga untuk ruang gerak kursi roda sudah cukup. Hanya di pintu masuk masih ada tangga berundak sedikit. Jadi kursi rodanya masih perlu diangkat.” Lanjut Puji yang menceritakan bahwa anaknya dibantu petugas saat memasukkan kertas suara dan saat mencelup tinta.
Lain bagi Tutik Kurnia. Ia memiliki anak difabel berat. Menurutnya, masih menjadi kendala bagi putranya untuk menyalurkan hak pilihnya.
“Anak saya belum memiliki KTP. Nunggu dari kelurahan belum ada respon.” Ujarnya mengisahkan.
Tidak didatangi tim KPPS, ia juga menceritakan sudah menanyakan hal tersebut pada ketua KPPS di tempat tinggalnya, TPS 20, Dusun Tegalsari, Kelurahan Jatiayu, Karangmojo, perihal alasan tim KPPS yang tidak mendatangi rumahnya.
“Petugas KPPS sudah ribet di TPS. Jadi bagaimana kita mau keluar sementara tenaga KPPS nya hanya ada itu. Kalau misal ada lansia atau difabel yang tidak bisa datang itu juga tidak apa-apa.” Lanjut Tutik menyampaikan alasan dari pertanyaan yang dia ajukan.
“Sejauh ini saya belum pernah mendapat informasi teman-teman yang di Gunungkidul, untuk KPPS mendatangi teman difabel yang memang tidak bisa akses ke TPS. Entah dengan teman-teman lain. Teman-teman di luar daerah sudah pada didatangi, baik lansia maupun difabel yang tidak bisa akses di TPS.” Lanjut Tutik mengungkap rasa kecewanya.
Sementara bagi Budjono, salah satu petugas KPPS di TPS 09, Dusun Nglipar Kidul, Nglipar, menyatakan bahwa selama petugas tidak mendapat laporan dari warga tentang keberadaan kelompok rentan dalam anggota keluarga mereka, maka petugas juga tidak akan mendatangi rumah warga terrsebut.
“Bagi mereka yang tidak datang ke TPS dan kita tidak menerima laporan dari pihak keluarga, maka kita juga tidak berani keluar. Tetapi kalau ada laporan dari keluarga, karena nanti yang mendampingi keluarga, maka kita usahakan dengan disertai salah satu KPPS dan salah satu saksi akan kita datangi.” Jelasnya sambil menyampaikan bahwa mereka selaku petugas KPPS hanya sebatas menerima laporan, maka warga yang tidak bisa datang akan ditindaklanjuti dengan perlengkapan yang sudah disediakan.
“Untuk kelompok rentan, kelompok disabilitas dan lansia, kita berikan kemudahan. Kita bantu mereka dengan kita segerakan. Tapi kami juga mohon maaf pada undangan lain yang kebetulan mereka bisa mengerti kondisi tertentu teman-teman difabel. Untuk kondisi lansia yang habis sakit itu juga kami dahulukan. Pokoknya untuk lansia dan kelompok rentan yang perlu pendampingan kami dahulukan.” Terang Budjono yang menyatakan semua petugas KPPS di tempat tinggalnya termasuk saksi-saksi sudah dibekali sosialisasi tentang kelompok rentan dan pemahaman bagaimana pemilu yang ramah bagi difabel.
“Kebetulan di tempat kita hanya ada satu difabel (daksa pengguna kursi roda), dan beberapa lansia yang mendatangi TPS. Kita juga lebih mendahulukan mereka mengingat kondisi mereka. Balai dusun, lokasi TPS yang kami gunakan sudah akses bagi difabel, sehingga mereka bisa leluasa melakukan sendiri hak pilihnya.” Kata Budjono yang menjelaskan kondisi lantai TPS yang rata, dan disediakan ramp bagi pengguna kursi roda.[]
Reporter: Yanti
Editor : Ajiwan Arief