Search
en id

Gunakan fitur ACCESSIBILITY melalui tombol simbol biru bagian kanan agak atas sebagai preferensi untuk kenyamanan Anda.

Cerita Difabel Netra yang Geluti Profesi Ghost Writer

Views: 13

Solidernews.com— Webinar Komunitas LINTAS (Literasi Tanpa Batas) pada 18 Agustus 2024 memberikan pandangan baru mengenai potensi difabel netra. Diskusi tersebut menghadirkan Ramaditya Adikara, yang memperkenalkan serta menjelaskan betapa potensialnya difabel netra untuk menjadi ghost writer.

 

Dalam diskusi yang bertajuk “Membangun Literasi Budaya dan Budaya Berliterasi”, yang digagas oleh Komunitas LINTAS, Rama banyak memaparkan pengalamannya yang sudah menggeluti karier sebagai ghost writer sejak sekitar tahun 2008-2009. Sebagai individu yang juga aktif di dunia jurnalistik dan sempat mengikuti beberapa program mentoring dengan berbagai kantor media massa, interaksi Rama dengan para pejabat, figur publik, serta keterlibatannya dalam transliterasi surat ke dalam Bahasa Inggris, akhirnya menuntunnya pada karier sebagai ghost writer.

 

Saat Solidernews.com berkesempatan menghubungi Rama pada 22 Agustus 2024, ia menegaskan bahwa dirinya sudah banyak menuliskan ide, gagasan, materi seminar, dan sebagainya dari tokoh-tokoh besar di Indonesia. Tentu saja, hal ini berkat kapasitas yang sudah ia bangun. Keterampilan menulis, kebiasaan wawancara, kemampuan membangun komunikasi dengan klien, serta profesionalisme kerja menjadi beberapa modal utama yang digunakan oleh Rama.

“Berani mencoba, menawarkan diri, terbiasa menulis, dan membangun portofolio karya tulis adalah langkah awal bagi difabel netra untuk menekuni profesi ghost writer. Hingga saat ini, saya sudah menulis sekitar 17 buku,” jelas Rama pada acara diskusi yang diadakan oleh LINTAS pada 18 Agustus 2024.

 

Karier Menulis yang Cuan-nya Menjanjikan

Pada forum diskusi yang dilakukan via Zoom Meeting oleh LINTAS, Rama menuturkan bahwa menjadi seorang ghost writer memiliki penghasilan yang sangat menjanjikan. Bahkan, jika sudah mencapai tingkat profesional, honor yang diterima bisa setara dengan harga sebuah Honda VARIO baru, bahkan lebih.

 

Dalam forum diskusi tersebut, Rama menjelaskan secara sederhana bahwa profesi ghost writer ini bertugas menulis konten untuk orang lain dengan imbalan kompensasi finansial, tanpa mengklaim hak cipta atas karya tersebut. Profesi ini sering digunakan oleh selebriti, pejabat, atau individu yang ingin menerbitkan buku, artikel, atau materi lainnya tetapi tidak memiliki waktu atau keterampilan menulis yang diperlukan.

 

Bagi pemula, minimal cuan yang bisa didapatkan dari menuliskan ide dan gagasan orang lain, menurut Rama, adalah sekitar satu hingga dua juta rupiah. Tentu saja, hal ini bergantung pada jenis tulisan, klien, tingkat kesulitan, waktu pengerjaan, dan faktor lainnya. Semua itu bisa menjadi sumber pendapatan tambahan bagi difabel netra di era modern ini.

 

Keterampilan dan Etika yang Perlu Diperhatikan

Dalam menekuni profesi ghost writer, poin utama yang harus disadari oleh difabel netra adalah profesionalisme kerja. Ketika sudah mendapatkan klien, tolak ukur utama adalah kewajiban untuk bersikap profesional. Hal ini meliputi ketepatan waktu pengerjaan, komitmen, serta kesesuaian arah tulisan dengan arahan klien. Tidak boleh ada kekecewaan dari pihak klien.

 

Rama juga menegaskan bahwa penguasaan mengetik sepuluh jari, kemampuan menggunakan screen reader, terbiasa menggunakan aplikasi pengolah kata seperti Microsoft Office Word, serta kemampuan merefleksikan ide dari klien dan menjaga komunikasi yang baik dengan klien adalah hal-hal penting yang harus dimiliki oleh difabel netra dalam menjalani profesi sebagai ghost writer. Selain itu, perangkat pendukung seperti laptop atau PC juga menjadi senjata penting yang harus dimiliki seorang ghost writer.

 

Kecermatan dalam penggunaan kaidah kebahasaan, pemahaman teknis kepenulisan, serta kemampuan membuat tulisan yang baik juga menjadi aspek penting. Profesi ghost writer yang melayani klien dari kalangan berpengaruh tidak bisa dijalani dengan keterampilan yang setengah-setengah. Oleh karena itu, jika baru mulai belajar menulis, jangan langsung memilih profesi ghost writer. Sebaiknya, matangkan terlebih dahulu keterampilan menulis sebelum mencoba profesi ini. Sebab, dalam profesi ghost writer, penulis juga dituntut untuk melakukan riset guna mendukung gagasan dari informasi klien.

“Sebelumnya, saya memang sudah terbiasa menulis. Mulai dari novel, karya non-fiksi, hingga produk jurnalistik sudah menjadi kebiasaan saya dalam keseharian,” tutur Rama.

 

“Selain itu, saya juga pernah mengikuti kelas mentoring dengan para mentor di media seperti ANTARA, DETIK, dan sebagainya. Jadi, saya memiliki beberapa senjata untuk menciptakan tulisan yang baik,” imbuhnya.

 

Tips Agar Difabel Netra Bisa Memulai Menjadi Ghost Writer

Dalam forum diskusi yang membahas profesi ghost writer bersama Komunitas LINTAS, Rama memberikan beberapa tips agar difabel netra bisa menjadi ghost writer. Tips tersebut dimulai dengan kemampuan berkomunikasi yang baik, menjaga etika, serta memberikan penawaran kepada klien dengan harga yang terjangkau.

 

Sasaran dari profesi ghost writer ini adalah mereka yang ingin menulis buku tetapi tidak memiliki waktu atau kemampuan menulis yang memadai. Klien dapat berasal dari kalangan pejabat, artis, tokoh masyarakat, petinggi perusahaan, tenaga pengajar di perguruan tinggi, dan sebagainya. Dekati mereka, bangun komunikasi, dan tawarkan jasa untuk membantu menuliskan ide, diktat, atau biografi yang klien miliki dengan harga yang disepakati. Mulailah profesi ghost writer dari proyek kecil sambil memperkuat portofolio.

“Silakan, di tempat kalian tinggal, tawarkan saja jasa kalian kepada para tokoh publik yang ada. Misalnya, bertemu dengan bupati, pegawai dinas, dan sebagainya. Karena sepengalaman saya mayoritas para pejabat itu tidak bisa membuat tulisan yang baik. Jadi, kita sangat potensial untuk menjalani profesi ini,” jelas Rama.

 

Saat mendapatkan klien, kita bisa meminta DP terlebih dahulu, sekitar 20% atau 30% dari kesepakatan honor yang harus dibayarkan. Perjelas waktu pengerjaan penulisan yang harus diselesaikan. Semakin cepat waktu pengerjaannya, maka harga yang harus dibayarkan tentu akan lebih tinggi. Hal ini karena kita membutuhkan modal untuk bergerak, melakukan riset, dan melengkapi hal-hal teknis yang harus dipenuhi.

 

Rama menegaskan bahwa pekerjaan yang kita lakukan harus didasarkan pada profesionalisme kerja. Oleh karena itu, kita berhak atas bayaran dari jerih payah yang kita lakukan. Selain itu, bila sudah menentukan DP, kita wajib bertanggung jawab atas proyek yang diberikan. Berikan yang terbaik. Jangan membuka harga tinggi, di awal karier. Kuatkan saja portofolio yang dimiliki, bawakan diri dengan ramah, dan berikan kualitas terbaik yang bisa kita berikan.[]

 

Reporter: Wachid

Editor      : Ajiwan

 

 

 

Bagikan artikel ini :

TULIS KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

BERITA :

Berisi tentang informasi terkini, peristiwa, atau aktivitas pergerakan difabel di seluruh penjuru tanah air

Skip to content