Search
en id

Gunakan fitur ACCESSIBILITY melalui tombol bagian kanan bawah sebagai preferensi untuk kenyamanan Anda.

Cerita Difabel Netra Saat Menikmati Oreintasi Pantai Sundak Yogyakarta

Views: 20

Solidernews.com, Yogyakarta—Menkikmati kemegahan pesisir pantai berpasir putih dengan segala pernak-perniknya, tentu menjadi aktivitas yang menyenangkan.    Nah, begitu pula yang dirasakan difabel netra. Meski tanpa pengelihatan, mereka juga dapat menikmati pemandangan, suasana, dan keseruan lainnya saat berkunjung ke pantai. Karena tepat pada Sabtu, 3 Agustus 2024 Yayasan Badan Sosial Mardi Wuto, bersama 40 difabel netra melakukan oreintasi dan pengenalan alam di pantai Sundak.

 

Sebagai wujud kesetaraan, membangun kemandirian, dan membiasakan diri berinteraksi dengan sosial masyarakat umum di destinasi wisata, Badan Sosial Mardi Wuto (BSMW), Yogyakarta berkomitmen untuk mengajak difabel netra guna menguatkan eksistensi, mental, dan kemandirian pribadi. Salah satunya dibentuk dengan program tahunan, berupa explorasi, oreintasi, dan edukasi pada alam bebas. Pada tahun 2024 ini program BSMW mengajak kawan difabel netra ke Pantai Sundak, Gunung Kidul, Yogyakarta.

 

Sebanyak 40 peserta difabel netra ikut dalam rangkaian acara yang dibentuk BSMW. Mulai dari pelajar, mahasiswa, pekerja, dan para relawan ikut serta dalam kegiatan pagi ini. Dua bus dikerahkan untuk mengakomodir keberlangsungan acara ini. Tepat pukul 07.45 WIB, rombongan ini berangkat dari BSMW di daerah Simanjuntak, Yogyakarta, menuju lokasi acara yaitu Pantai Sundak. Terlihat sekali raut bahagia dari para peserta sewaktu perjalanan di mulai.

 

“Saya baru pertamakali ikut acara seperti ini, mas. Kalau ke pantai juga menjadi pengalaman pertama. Jadi, ajakan Mardi Wuto ini sangat menantang sekaligus menyenangkan bagi saya pribadi” ujar Irsyad, difabel netra yang ikut acara pagi ini.

 

“Ini juga merupakan suasana baru dalam rangkaian oreintasi dari mardi Wuto, mas. Jadi pantai ini menjadi destinasi yang saya ingin kunjungi juga. Sebab tahun sebelumnya kami diajak ke Banyu Gemblinding, Klaten,” Imbuh Gilang, difabel netra yang jadi peserta.

 

Berangkat Dari Kepedulian dan Kesempatan Bersosial Dengan Masyarakat Pantai

Saat solidernews.com mengamati para peserta yang ikut, serta diklarifikasi oleh staf pegawai Mardi Wuto, yaitu Sugeng. Bahwasannya kegiatan ini merupakan program tahunan yang ingin mengajak difabel netra untuk mengenali lingkungan alam bebas. Selain itu, mendorong keaktifan difabel netra untuk bersosialisasi dengan masyarakat umum yang ada di sekitar pantai.

 

Yayasan Badan Sosial Mardi Wuto bersama para relawan, dan para rekan Zona Outbond dengan kreatif menyiapkan berbagai agenda dan kegiatan yang akan dilakukan para peserta. Mulai berbagai game, pengenalan lingkungan, ramah tamah, minum air kelapa bersama-sama, dan sebagainya. Di mana apa pun kegiatan yang dilakukan, intinya untuk membangun kekompakan, kerja sama, kreativitas, dan meningkatkan human interest pada alam bebas di Pantai Sundak.

 

“Tujuan utamanya adalah memang untuk membangun rasa percaya diri, kemandirian, menguatkan mental, dan membangun serta membuka pikiran kawan-kawan difabel netra, agar tidak hanya bergaul kepada sesama difabel netra saja. Melainkan interaksi dengan sosial masyarakat umum juga perlu dilakukan. Sebab nantinya para difabel muda ini juga akhirnya akan hidup di tengah-tengah masyarakat yang akan sangat berbeda dengan kelompok sesama difabel,” imbuh Sugeng.

 

Zona Outbound, BSMW, dan Difabel Netra Membangun Story Pantai Sundak

Rombongan dari Yayasan Badan Sosial Mardi Wuto, tiba di Pantai Sundak, Gunung Kidul, Yogyakarta pada pukul 09.50 WIB. Saat bus memasuki pelataran parkir pantai, nampak sekali kemeriahan dan seru bahagia dari para peserta. Bergegas, para relawan menyambut kedatangan rombongan ini, lantas memandu mereka menuju titik kumpul yang ditentukan.

 

Sapa hangat dari pembawa acara yang dipandu oleh rekan dari @Zonaoutbound terdengar begitu ramah berlapis semangat, manakala rombongan mulai mendekati titik kumpul. Beliau langsung menginterupsi dan mengomando untuk siapa yang ingin ke kamar kecil. Karena akan langsung dibantu untuk mengakses toilet yang sudah tersedia.

 

“Selamat pagi menjelang siang kawan-kawan dari Badan Sosial Mardi Wuto.  Masiih Semangaaat kan! Hehehhe,” ujar pembawa acara penuh semangat.

 

“kali ini kita berada di sebelah utara dari bibir pantai, kawan-kawan. Jarak kita dari sapuan lembut ombak itu sekitar 50 meter. Jadi, bisa dirasakan pula dari hembusan angin, suara debur ombak, dan rindangnya pepohonan yang mengitari kawan-kawan. Selamat menikmati suasana terlebih dahulu, sebelum kita mulai pemanasan tipis-tipis,” imbuhnya.

 

Begitulah sambutan singkat yang didapatkan rombongan difabel netra dari Badan Sosial Mardi Wuto. Mereka di ajak untuk menuju tempat menaruh tas, barang bawaan, dan tempat istirahat. Selain itu, diberikan kesempatan merasakan hembusan asin udara Pantai Sundak, dan dianjurkan untuk ganti pakaian untuk aktivitas selama di pantai. Setelah selesai, rombongan difabel netra ini diajak membentuk lingkaran untuk melakukan mini game dan pemanasan, sekaligus mengenalkan lingkungan sekitar.

 

“Kami berkolaborasi dengan zona outbound ini sudah tiga kali. Termasuk ketika tahun lalu kami berkunjung ke Banyu Gemblinding, Klaten. Rekan dari zona outbound ini mungkin memang tidak paham secara teoritis untuk berinteraksi dengan difabel netra. Namun, semangat mereka, niat, serta kemauan mereka untuk belajar sekaligus beradaptasi itulah yang membuat kami melibatkan rekan zona outbound lagi dalam agenda tahunan ini,” jelas Sugeng pada Selasa, 03 Agustus 2024.

 

Keseruan Yang Interaktif, Atraktif, tetapi always stay safty

Tawa, raut ceria, dan penuh kegembiraan memenuhi atmosfer Pantai Sundak. Dengan kreatif dan penuh keakraban Zona Outbound, Mardi Wuto, dan para relawan membuat berbagai game, tantangan, dan aktivitas seru yang sangat membuat para difabel terlibat aktif. Aktivitas ini tidak hanya terdapat di satu tempat. Melainkan tetap melibatkan mobilitas dari para peserta yang sudah dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil.

 

Keseruan game seperti estafet potongan karpet, game fokus dengan berbagai kode yang harus diterjemahkan dalam bentuk gerakan, serta amazing race menjadi kegiatan yang penuh kegembiraan. Teriakan demi teriakan, tawa, dan canda selalu terdengar saat para kelompok berlomba-lomba menyelesaikan tantangan.

Seperti yang diungkapkan Fauzi (peserta), menyatakan pada game amazing race, ia sangat bisa merasa lepas, meningkatkan kerja sama, dan harus kompak dalam menjawab tiap pertanyaan yang ada. Selain itu, Membuatnya serasa kembali bisa menikmati kebebasan tanpa perlu ketakutan. Game yang melibatkan kekompakan kelompok, bergerak mencari titik point, dan menjawab pertanyaan menjadi keseruan tersendiri bagi para difabel netra.

 

“Iya mas. Aku merasa senang sekali. Pas game amazing race ini, kita harus dituntut fokus untuk berjalan ke sumber suara yang di tentukan. Mulai suara galon dipukul, lonceng, angklung, suara kaleng, dan peluit, menjadi sebuah keseruan tersendiri. Apalagi kita dituntut untuk berjalan secara berkelompok dan harus siapa cepat sampai titik lokasi, itu menambah keseruan di game ini,” Imbuh Mukhlisin (peserta).

 

Edukasi Oke, Pelayanan baik, faktor keselamatan dicermati, dan kegembiraan di upayakan semaksimal mungkin, begitu terasa pada aktivitas pagi sampai sore ini. Apalagi, saat para rombongan difabel netra diajak berjalan-jalan di pinggir pantai, dengan sapuan ombak di kaki, itu menambah experient yang indah bagi para difabel. Sorai, gelak tawa, dan rasa syukur menjadi penutup pada kegiatan sore ini.[]

 

Reporter: Wachid Hamdan

Editor       : Ajiwan Arief

Bagikan artikel ini :

TULIS KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

BERITA :

Berisi tentang informasi terkini, peristiwa, atau aktivitas pergerakan difabel di seluruh penjuru tanah air

Skip to content