Views: 6
Solidernews.com, Yogyakarta—Salut, kagum, dan menginspirasi itulah deretan kata saat solidernews.com diberi kesempatan berdiskusi dan berbincang dengan salah satu pendiri kedai kopi Blind Coffee & Special Tea ini, yaitu Ariyani Sri Ramadhani selaku CEO dari Blind Coffee & Special Tea yang juga seorang difabel netra. Dengan berbagai hambatan dan tantangannya, ia dan beberapa founder bersama Blind Coffee & Special tea mampu memangkas jarak antara difabel netra dengan masyarakat nondifabel dengan program Blind Coffee Adventure.
Apa itu Blind Coffee Adventure? Sesuai yang diceritakan Ariyani selaku salah satu founder Blind Coffee & Special Tea, ialah program yang berwujud tour di sebuah museum. Dalam kegiatan ini, museum yang di ajak kerja sama adalah Museum Bank Indonesia, berkat jaringan dari Komunitas relawan Fellowship of Netra Communty (Fency). Kegiatan ini berupa pengalaman menikmati koleksi museum dengan cara difabel netra. Jadi, para peserta yang dalam hal ini adalah masyarakat nondifabel, mereka akan ditutup matanya. Lalu akan dibimbing oleh instruktur yang juga difabel netra untuk berjalan-jalan di dalam museum.
“kegiatan ini sudah kami jalankan semenjak Maret 2019- hingga kini. Tujuannya jelas untuk mengedukasi, memberikan pengalaman masyarakat umum menikmati museum ala difabel netra, sekaligus membuka ruang inklusif bersama kedai kopi Blind Coffee & Special Tea,” jelas Ariyani.[1]
Tour, pertunjukan, dan makan ala difabel netra
Dalam rangkaian acara Blind Coffee Adventure yang berlangsung di Museum Bank Indonesia, Jakarta, kegiatan ini tidak hanya jalan-jalan saja. Melainkan pengunjung akan diajak menikmati kopi, makanan, dan pertunjukan difabel netra dalam menyeduh serta meracik kopi. Tentu saat makan dan minum, posisi peserta masih dalam keadaan mata yang tertutup kain, agar pengalaman peserta lebih dalam, saat merasakan suasana difabel netra yang beraktivitas tanpa penglihatan.
Sesuai cerita Ariyani, dari 2019 hingga 2024 ini, peserta yang sudah merasakan pengalaman empiris di program Blind Coffee adventure ini mencapai ribuan. Mulai anak-anak, pelajar, mahasiswa, pegawai, masyarakat umum, dan sebagainya, sudah pernah merasakan pengalaman tour ala difabel netra ini.
“Mungkin sudah ribuan, mas. Soalnya semenjak 2019 hingga 2024, program ini terus berjalan. Dari kalangan anak-anak, pelajar, mahasiswa, pegawai, dan masyarakat umum, pernah ikut acara kami ini,” tutur Ariyani.
Menjadi Mini Laboratorium terjadinya Sosial Inklusif
Bersama Fency, Blind Coffee & Special Tea telah berhasil mewujudkan terjadinya sosial inklusif di program Blind Coffee Adventure. Mereka mengajak masyarakat umum tanpa terkecuali, untuk merasakan suasana berinteraksi, berjalan, dan makan dengan ala difabel netra. Tentu ini tidak dijalankan serampangan. Sekian fasilitas, strategi, dan penataan ruang sudah didesain sedemikian rupa, guna kelancaran program ini.
Sebagai contoh, Ariyani menceritakan bahwasannya pemandu perjalanan tour museum ini adalah kawan ddifabel netra juga. Individu tersebut harus mempelajari areal museum, menghapal sejarah, menandai ruangan, dan sebagainnya. Jadi, pemandu yang ditugaskan memang sudah dilatih dan memiliki kemampuan untuk membawa rombongan peserta mengelilingi museum.
Hasilnya, masyarakat banyak yang antusias. Bank Indonesia selaku pemilik museum juga mendukung kegiatan ini. Selain itu, Blind Coffee & Special tea juga sangat akrab dengan para pegawai. Jadi, banyak sekali kemanfaatan yang didapat. Salah satunya adalah datangnya para donatur yang mendukung agenda ini. Sehingga Blind Coffee berhasil memiliki kedai di Maret 2020.
Tidak hanya soal di atas saja. Melainkan berkat dukungan dari para donatur, Blind Coffee & Special tea mampu membuka kelas seduh, kelas membuat makanan, dan agenda berbagi kopi gratis setiap bulannya, yang juga masih berjalan hingga kini.
“Berkat dukungan para donatur, yang mendukung acara Blind Coffee Adventure pada mulanya, kami kini bisa berbagi kemanfaatan, mas. Salah satunya dengan membuka kelas barista untuk difabel netra yang dinamai kelas seduh. Tidak hanya itu, kami juga membuka kelas puding, pizza, dan sebagainnya,” tutur Ariyani.[2]
Sosial Inklusif yang terus menebar kemanfaatan
Berkat terwujudnya sosial inklusif yang digarap Blind Coffee & Special Tea, banyak hal yang bisa digapai. Mulai donatur, kelas kursus, respons positif masyarakat, dan sebagainya. Dengan hal ini, tentu sosial inklusif garapan Blind Coffee & Special Tea melahirkan kemanfaatan yang terus berjalan.
Sosial inklusif menjadi hal yang harus diwujudkan. Tentu sebagai difabel, kita sendiri yang harus memulai. Tidak hanya menuntut pemangku hukum, masyarakat nondifabel, dan sebagainya. Kitalah yang harus bergerak, mencontohkan, dan memulai. Sebab jangan hanya menjadi difabel yang menuntut dan menerima. Melainkan, kita bisa menjadi komunitas difabel yang memberi, yang pada akhirnya menghasilkan kolaborasi antara masyarakat nondifabel dengan masyarakat difabel yang saling memberi dan mendukung. Seperti Blind Coffee & Special Tea dan Fency melalui program Blind Coffee Adventure yang mampu wujudkan sosial inklusif yang membangun.
Kawan-kawan yang ingin tahu lebih lanjut mengenai Blind Coffee Adventure, bisa melihat dan menghubungi Instagram:
@aryaniramadhani
@blindcoffee.id.[]
Reporter: Wachid Hamdan
Editor : Ajiwan
[1] Wawancara dengan Ariyani Sri Ramadhani, Selaku salah satu CEO dari Blind Coffee & Special Tea, Via Daring, pada 3 Juli 2024.
[2] Wawancara dengan Ariyani Sri Ramadhani, via daring, pada 3 Juli 2024.