Views: 17
Solidernews.com – Berbicara tentang kopi memang akan ada banyak kisah dibaliknya. Mulai kisah asmara, perjuangan, dan sebuah kebangkitan, akan nampak di tiap-tiap seruput cangkir kopi ini. Di Indonesia sendiri ngopi seakan menjadi sebuah ritual yang wajib dilakukan di tiap harinya. Dari orang tua, muda, lelaki, dan perempuan, semua sepakat kalau belum ngopi itu seakan hari belum terasa pas. Intinya dari biji yang berwarna hitam ini, seolah akan ada pancaran sinar yang terbit setelah menyesap pekatnya cairan kopi ini.
Kopi merupakan komoditas yang sangat laris manis di luaran sana. Bisa di tinjau dari maraknya kedai-kedai yang menjual kopi. Mau berbentuk cangkir di meja-meja kafe, botolan, dan yang ada di kulkas-kulkas minimarket, intinya kopi ini sudah menjadi barang milik semua kalangan. Tidak terkecuali para difabel. Mereka ada yang mendirikan kafe tuli, kopi egalita yang menggunakan konsep inklusifitas, dan blind coffee yang berada di jakarta.
Blind Coffee & Special Tea inilah yang akan menjadi bahan obrolan kali ini. Mengapa di sebut blind? Yups. Karena para pendirinya mayoritas adalah difabel netra yang berjumlah 4 orang. Salah satu inisiatornya adalah Ariyani Sri Ramadhani, seorang difabel netra yang sangat haus akan ilmu pengetahuan. Ia bersama tiga rekan difabel netra plus satu relawan, akhirnya patungan untuk mendirikan kedai kopi ini. Tentu berdirinya kedai ini dilaksanakan setelah Ariyani dan tiga rekannya ikut training barista di Bogor sekitar bulan Maret 2019.
Singkat Sejarah Berdirinya Blind Coffee & Special Tea
Cerita berdirinya Blind Coffee & Special Tea tidak jauh daripada inisiatif salah satu komunitas relawan Fellowship of Netra Communty (Fency) yang mengajak difabel netra belajar menjadi barista yang bekerja sama dengan Dapur Kaum. Inisiatif ini dicanangkan sekitar bulan Maret 2019 dan terrealisasi di bulan Juli sewaktu liburan sekolah. Dari wacana itu, sebanyak 8 orang difabel netra mendaftar dan yang di terima hanyalah 4 orang. Adapun tempat proses pelatihan ini dilaksanakan di daerah Bogor.[1]
Bersama dengan relawan Fency dan Dapur Kaum yang langsung ditangani oleh Andri yang akrab dipanggil “Bang Ambon” oleh para kawan difabel, pelatihan barista ini berjalan selama seminggu nonstop. Mulai mengenal jenis kopi, cara menyeduh, dan sebagainya terus diajarkan Andri pada para peserta difabel netra. Bahkan saking semangatnya para peserta sampai memilih menginap di lokasi pelatihan untuk terus melakukan percobaan atas ilmu yang sudah di dapatkan, agar mendapat hasil yang maksimal. Seusai pelatihan Andri mengusulkan agar para peserta membuat grup untuk mewujudkan sebuah kedai kopi. Akhirnya bersama Tarini selaku relawan Fency dan keempat difabel netra, blind Coffee & special tea memulai perjalannanya setelah mengikuti pelatihan.
Blind Coffee & special Tea resmi berdiri di Maret 2020, bertepatan pada PSBB yang gencar dilakukan. Jadi, Soft Oppening yang dilakukan hanya di hadiri oleh para founder. Bila ditarik kebelakang lagi, sebelum Blind Coffee memiliki kedai, mereka hanya melakukan patungan untuk memulai kreasi di bidang kopi. Bersama Tarini dari Fency, akhirnya kawan-kawan Blind Coffee ini membuat sebuah acara Blind Coffee Adventure di museum Bank indonesia (BI) Jakarta. Inti dari proyek tersebut adalah memberikan pengalaman empiris, emosional, dan true life bagaimana seorang difabel netra merasakan berjalan-jalan di museum, minum kopi, dan makan. Karena para peserta yang ikut Blind Coffee Adventure ini di tutup matanya.
“Dari acara Blind Coffee Adventure ini, akhirnya kami mendapatkan perhatian dan sambutan baik dari berbagai pihak. Bahkan Bank Indonesia sampai hari ini masih berkerja sama dengan kami untuk memperlancar acara Blind Coffee Adventure yang masih berjalan hingga kini. Dari aktivitas tersebut, selama setahun dari 2019-2020 akhirnya kami banyak mendapat dukungan dari para donatur. Sehingga tepat di Maret 2020 kami bisa memiliki kedai, lewat kebaikan para donatur,” tutur Ariyani selaku salah satu pendiri Blind Coffee & Special Tea.
Membuka Diri Untuk Membangun Sosial Inklusif
Blind Coffee & Special Tea berdiri tidak semata-mata hanya soal usaha profit saja. Melainkan mereka banyak melakukan kegiatan yang membuka ruang interaksi antara lapisan masyarakat difabel dengan masyarakat nondifabel. Berbagai kegiatan sosial terus mereka lakukan. Seperti memberi makan siang gratis pada driver ojol sewaktu pandemi COVID – 19 melanda, Blind Coffee Adventure, dan program kopi gratis perbulan untuk organisasi difabel, sampai kini masih terus berlangsung.
Seperti Program Blind Coffee Adventure yang menjadi mini laboratorium adanya interaksi sosial inklusif di museum Bank Indonesia. Masyarakat nondifabel akan diajak oleh rekan-rekan difabel netra untuk berinteraksi, merasakan pengalaman difabel netra berjalan-jalan di museum, makan dan minum kopi ala difabel netra dengan menutup mata para peserta, dan lain-lain. Kegiatan ini melibatkan berbagai lapisan masyarakat. Mulai anak sekolah, pelajar, mahasiswa, pegawai, pejabat, dan masyarakat umum. Jadi, tidak hanya difabel saja. Melainkan melibatkan lapisan masyarakat secara majemu. Dari situlah keterbukaan sosial terjalin secara inklusif.
Jadi, berbagai kegiatan yang dilakukan oleh Blind Coffee & Special tea ini banyak sekali yang berlandaskan kemanusiaan, sosial, dan sharing pengetahuan. Terbukti dari berbagai aktivitas mereka yang berwujud pengabdian, seperti Blind Coffee Adventure, BCS berbagi yang bertujuan berbagi kopi gratis, khususnya di komunitas difabel netra di bilangan Jakarta dan Tangerang, serta berbagai kelas yang mereka adakan. Karena Blind Coffee ini juga sering menjadi narasumber untuk yang ingin mengetahui barista difabel netra.[2]
Membentuk Difabel Netra yang Berdikari dan Menggapai titik Mandiri
Tidak berhenti soal kegiatan sosial saja. Blind Coffee & Special tea, juga melakukan pemberdayaan difabel netra lewat berbagai kelas yang tentu berhubungan dengan kedai ini. Seperti kelas seduh yang mengajarkan difabel netra belajar meracik kopi, kelas puding, kelas pizza, dan sebagainnya. Kelas-kelas tadi, tentunya di tujukan untuk meningkatkan kemandirian dan skill difabel netra agar bisa berdikari secara totalitas.
Ariyani selaku salah satu founder juga mengatakan, bahwasanya berdirinya Blind Coffee & Special Tea juga hadir sebagai kawan berkembang. Jadi, kawan-kawan difabel netra bisa belajar dalam program-program yang sudah dibuat. Mulai ada kelas training, bakti sosial, dan sebagainnya. Tidak hanya berhenti pada pemberian keahlian. Tetapi dalam event Blind Coffee berbagi, semua talent menjadi individu yang membuat kopi yang akan didonasikan. Sehingga dari awal 2021 Blind Coffee membuka kelas, di tahun 2024 ini sudah ada sekitar 60 kelas yang telah dilaksanakan.[3]
“Harapan saya, hadirnya Blind Coffee ini bisa menjadi contoh bagi difabel netra lainnya. Tidak ada alasan untuk mengatakan saya tidak bisa berbisnis kopi. Di sini ada kelas seduh yang bisa di ikuti. Materinya diajarkan dari dasar dan dibimbing oleh tenaga ahli. Selain itu, ada kelas pizza dan makanan lainnya. Maka dari itu, difabel netra yang bergabung di sini akan kami temani untuk berkembang dan menggapai kemandirian lewat keahlian yang membuat si difabel berdikari,” jelas Ariyani menutup ceritanya.
Bila ingin memesan kopi dan berdiskusi dengan Blind Coffee & Special Tea, kawan-kawan bisa menghubungi akun instagram:
@aryaniramadhani
@blindcoffee.id.[]
Reporter: Wachid
Editor : Ajiwan
[1] Wawancara dengan Ariyani Sri Ramadhani, Selaku salah satu pendiri Blind Coffee & special tea, via daring, pada 1 Juli 2024.
[2] Wawancara dengan Ariyani Sri Ramadhani, Selaku salah satu pendiri Blind Coffee & special tea, via daring, pada 2 Juli 2024.
[3] Wawancara dengan Ariyani Sri Ramadhani, selaku salah satu pendiri Blind Coffee & Special Tea, via daring, pada 3 Juli 2024