Views: 11
Solidernews.com – Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) ke-59, Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Pertuni menggelar sebuah webinar bertajuk “Berdaya dengan Kata” pada Minggu, 19 Januari 2025. Acara yang berlangsung secara daring ini membahas kiprah teman-teman difabel netra dalam dunia seni sastra dan teater. Webinar tersebut menghadirkan narasumber yang telah banyak berkontribusi di bidang literasi dan seni, yaitu Siti Azizah (Finix), Yuda Wirajaya (Teater Braille), dan Zukhrufafu Aida (Lintas). Ketiga narasumber berbagi pengalaman dan wawasan yang memotivasi para peserta untuk terus berkarya.
Yuda Wirajaya, seorang difabel netra pendiri komunitas Teater Braille, menjadi narasumber pertama yang memberikan wawasan mendalam tentang peran seni teater dalam memberdayakan difabel netra. Teater Braille telah menjadi ruang bagi teman-teman difabel netra untuk mengekspresikan diri sekaligus menyampaikan pesan sosial melalui seni peran.
“Lewat teater, kami tidak hanya menceritakan kisah, tetapi juga membangun kepercayaan diri, keterampilan komunikasi, dan kerja sama. Ini adalah platform di mana difabel netra dapat menunjukkan bahwa keterbatasan bukanlah batasan untuk berkarya termasuk dalam dunia seni teater,” tutur Yuda dengan penuh antusiasme.
Dalam sesi ini, Yuda juga memaparkan perjalanan komunitas Teater Braille, yang telah menghasilkan berbagai pertunjukan bermakna dengan tema-tema relevan seperti inklusivitas, perjuangan hidup, dan semangat keberanian. Penampilan Teater Braille tidak hanya menginspirasi penonton, tetapi juga memberikan dampak nyata dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang potensi difabel netra.
Sementara Siti Azizah, yang akrab disapa Zizi, membuka diskusi dengan membahas peran literasi digital sebagai ruang baru bagi difabel netra untuk berkreasi. Sebagai penggerak literasi digital, Zizi menekankan pentingnya inklusivitas teknologi agar difabel netra dapat lebih produktif dan kreatif.
“Digitalisasi telah membuka banyak peluang bagi teman-teman tunanetra untuk berkarya, mulai dari menulis, mengedit, hingga mempublikasikan karya mereka secara mandiri. Ini adalah era di mana tunanetra tidak lagi hanya menjadi konsumen, tetapi juga produsen konten kreatif,” ujar Zizi dengan penuh semangat.
Ia juga berbagi pengalaman tentang program pelatihan yang dirancangnya untuk mengajarkan keterampilan digital kepada difabel netra, seperti menggunakan perangkat lunak pembaca layar untuk menulis dan mengelola blog atau sosial media pribadi yang dimiliki. Zizi juga menekankan bahwa literasi digital tidak hanya tentang teknologi, tetapi juga membangun kepercayaan diri untuk bersaing di era modern.
Lalu Zukhrufafu Aida, seorang praktisi literasi dari komunitas Lintas, berbicara dengan penuh semangat tentang pentingnya menanamkan kecintaan pada dunia menulis sejak dini kepada difabel netra. Menurutnya, menulis bukan hanya sarana untuk berbagi cerita, tetapi juga cara untuk mengasah daya pikir, kreativitas, dan imajinasi.
“Kata-kata memiliki kekuatan untuk mengubah perspektif. Ketika tunanetra menulis, mereka tidak hanya berbagi pengalaman mereka, tetapi juga menunjukkan kepada dunia bahwa mereka memiliki suara yang layak didengar,” ungkap Aida dengan penuh keyakinan.
Ia berbagi cerita tentang program pendampingan literasi yang digagasnya, yang mencakup pelatihan menulis puisi, cerpen, hingga esai. Aida juga menceritakan kisah sukses beberapa peserta yang telah menerbitkan buku dan karya mereka di berbagai platform.
Webinar “Berdaya dengan Kata” berhasil menunjukkan bahwa seni sastra dan teater dapat menjadi alat pemberdayaan bagi difabel netra. Ketiga narasumber sepakat bahwa dengan dukungan yang tepat, difabel netra dapat terus berkarya dan menginspirasi banyak orang. Acara ini juga menjadi bukti nyata bahwa difabel netra tidak terbatas dalam kreativitas dan tetap bisa berkontribusi kepada masyarakat.
Selain memberikan wawasan, webinar ini juga memotivasi peserta untuk terus mendukung dan memperjuangkan inklusivitas. Pesan yang kuat dari acara ini adalah bahwa semua orang, terlepas dari keterbatasannya, memiliki potensi untuk menciptakan perubahan.[]
Penulis: Harisandy
Editor : Ajiwan