Search
en id

Gunakan fitur ACCESSIBILITY melalui tombol bagian kanan bawah sebagai preferensi untuk kenyamanan Anda.

Bercerita Kembali tentang Buku “Supaya Kamu Mau Kenalan Denganku” Karya Bagus Utomo

Views: 18

Solidernews.com – Buku berjudul “Supaya Kamu Mau Kenalan Denganku” karya Bagus Utomo setebal  221 halaman ini mungkin bisa saya katakan sebagai bunga rampai atau sehimpun tulisan pengalaman dari si penulis dalam berinteraksi dengan Orang Dengan Skizofrenia (ODS) dan caregiver-nya, tentu di media sosial Facebook Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI) yang didirikannya. Pada sambutan editor, Jerrie Hadinoto, editor sekaligus relawan KPSI simpul Yogyakarta mengatakan bahwa buku ini adalah kumpulan status yang diunggah oleh Bagus Utomo dalam kurun waktu Januari-Agustus 2020 dengan bahasa lugas dan komunikatif.

Diakui oleh Jerrie, buku ini bermula dari banyaknya permintaan keluarga untuk mendapatkan psikoedukasi dan ide itu muncul di tengah-tengah pandemi COVID-19. Selama itu sangat terbatas interaksi secara luring, dan pertemuan fisik lainnya sehingga diharapkan buku menjadi teman ODS dan Caregiver dalam mengedukasi. Alih wahana buku dari teks di media sosial menjadi buku cetak bukan mudah karena ada perubahan bahasa dari pemilihan kata, tanda baca hingga penambahan informasi.

 

Menariknya, di halaman-halaman awal, editor menyajikan tulisan yang langsung mengena kepada pembaca yakni pada bab “Cari Mandiri, Jangan Jaminan” (Perihal Jaminan Kesehatan untuk Pasien Skizofrenia). Pada paragraf pertama langsung menghunjam pertanyaan yang biasanya  sering sekali dilontarkan oleh para Caregiver ODS, “Kenapa orang dengan skizofrenia hanya bisa dirawat maksimal sebulan dengan jaminan BPJS Kesehatan?” Apakah ini diskriminasi? Apakah para pengguna BPJS Kesehatan dibeda-bedakan dengan mereka yang berobat secara umum? Jawaban yang ada di buku ini adalah 1. Semakin banyak obat-obatan terbaru yang ditanggung BPJS Kesehatan, dampaknya, pengobatan rutin yang dibutuhkan oleh orang-orang dengan skizofrenia hanya memakan waktu maksimal sebulan saja. 2. Tempat terbaik bagi orang-orang dengan skizofrenia adalah di tengah keluarga dan masyarakat tempat di mana dia tinggal. 3. Pulih adalah kerja sama tim. Orang dengan Skizofrenia dinyatakan pulih apabila kembali bersama keluarga dan komunitas serta bisa beradaptasi dengan lingkungannya. 4. Konsep merawat ODS di rumah sakit bertahun-tahun adalah konsep lama sebelum obat-obatan antipsikotik ditemukan. 5. Di negara-negara maju, sebagian besar rumah sakit jiwa diubah menjadi rumah sakit umum yang melayani penanganan semua penyakit. 6. Rawat inap di rumah sakit adalah alternatif terakhir jika berbagai upaya yang dilakukan di rumah tidak berhasil.

Sebagaimana sudah dijelaskan di  awal bahwa penerbitan buku dimaksudkan sebagai pengetahuan yang mudah dipahami oleh pendamping maupun survivor itu sendiri, maka konten yang ada di dalamnya pun ditulis dengan bahasa yang mudah dipahami, khas penulisnya. Seperti pengetahuan tentang bermacam waham serta tulisan tentang masalah tidur yang menjadi pintu masuk gangguan jiwa terkait faktor penyebab dan hal-hal yang perlu dihindari agar kualitas tidur tetap prima. Baca saja kutipan yang ada di dalamnya, laiknya bahasa lisan yang kemudian diseratkan, sangat menarik, “Jangan bandingkan Napoleon yang hanya tidur empat jam sehari dengan kita. Ingat, Napoleon adalah kaisar yang gagal dan berwaham kebesaran dan jahat. Bung Karno, Mahatma Gandhi, Jawaharlal Nehru, dan banyak tokoh besar lain juga tidur 2-3 jam sehari. Namun itu bukan sesuatu yang baik untuk dicontoh. Itu sangat tidak sehat. Mungkin mereka orang yang cenderung manic, sehingga otaknya sangat aktif. Meski tubuhnya sudah lelah, otaknya tetap bekerja. ” (hlm.188)

Salah satu hal urgen yang sering ditanyakan oleh survivor maupun  caregiver di postingan Facebook KPSI yang kemudian dijadikan bab tersendiri adalah : “Kemana Harus Konsultasi?” KPSI mendorong  dan mengadvokasi diadakannya poliklinik jiwa di setiap puskesmas. Dengan adanya warga yang meminta bantuan atas masalah kesehatan jiwa yang dialami, kebutuhan masyarakat akan diadakannya poliklinik jiwa dan obat-obatan akan semakin dirasakan. Dengan terhubung puskesmas maka akan tahu siapa saja warga di wilayahnya yang membutuhkan layanan kesehatan jiwa. Sehingga ketika ada situasi krisis, petugas bisa membantu.

Memahami stigma kesehatan jiwa yang masih besar hingga saat ini yang menganggap bahwa difabel mental psikososial termasuk orang dengan skizofrenia dianggap kurang bersyukur, mudah tergoda oleh setan, kurang iman mengakibatkan mereka dibawa berobat bukan ke psikiater dan psikolog  tetapi dibawa ruqyah ke pesantren. Padahal saat ini masih sedikit tokoh agama yang memahami aspek kesehatan jiwa secara holistik dengan cara pandang multi faktor seperti biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Mengapa? Sebab hanya melakukan pendekatan agama saja tidak cukup. Pengobatan ala pesantren yang stigmatis pun ditulis di buku ini. Sebaliknya di buku ini juga menulis perihal berdoa ruqyah mandiri untuk pemilihan skizofrenia, yang sebenarnya adalah bacaan rutin doa dan zikir dan mudah dilakukan.

Beberapa poin terkait dukungan atau support KPSI terhadap ODS dan caregiver juga muncul di beberapa bab yang bertujuan untuk menguatkan survivor dan caregiver. Maka tak pelak, tepat sekali dalam pemilihan judul “Supaya Kamu Mau Kenalan Denganku” Dengan warna sampul dominan ungu, hal yang berkaitan dengan keidentikan  kesehatan jiwa karena dari warna ungu kita belajar tentang ketenangan, keharmonisan pikiran dan emosi serta spiritualitas. Buku ini  saya pikir memang pas untuk jadi bacaan santai dalam memahami tentang kesehatan jiwa. Buku yang  edisi pertamanya di tahun 2021 dan diterbitkan oleh Penerbit Pustaka Pranala memang layak untuk dibaca, paling tidak, sekali seumur hidup kamu![]

 

Reporter: Astuti

Editor     : Ajiwan

 

Bagikan artikel ini :

TULIS KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

BERITA :

Berisi tentang informasi terkini, peristiwa, atau aktivitas pergerakan difabel di seluruh penjuru tanah air

Skip to content