Views: 10
Solidernews.com – Pada Desember 2011, ditetapkan bahwa tanggal 21 Maret sebagai hari down syndrome sedunia. Guna memperingati hari tersebut, ada banyak hal yang bisa dilakukan. Mulai dari memberikan ucapan kepada orang dengan down syndrome, atau menikmati karya-karya yang diciptakan oleh kawan-kawan down syndrome.
Salah satu karya film yang mengisahkan semangat inspiratif dari penyandang down syndrome berjudul “The Peanut Butter Falcon”. Film ini mengusung genre drama komedi yang ditulis sekaligus disutradarai oleh Tyler Nilson dan Michael Schwartz. Film ini rilis pada 9 Agustus 2019 di Amerika Serikat.
Dikutip dari kompas.com, film dengan durasi 97 menit ini mendapatkan penilaian yang cukup tinggi dari IMDb sekitar 7,4/10 dan Rotten Tomatoes sebanyak 96% dari penilaian kritikus dan penonton. Film ini dibintangi oleh tiga aktor utama yaitu, Zack Gottsagen berperan sebagai Zak, Dakota Johnson sebagai Eleanor, dan Shia LaBeouf sebagai Tyler. Pembuatan film ini tidak semata-mata hanya menampilkan kisah inspiratif mengenai down syndrome. Namun film ini memang dibuat atas saran pemain utama yaitu Zack Gottsagen. Melansir dari Global Down Syndrome Foundation.
“Zack memberi tahu Michael dan saya bahwa kami harus menulis film yang akan dibintanginya,” tutur Tyler Nilson.
“Kami mencoba menciptakan pengalaman paling autentik yang kami bisa bagi para penonton dengan menulis karakter yang benar-benar disesuaikan dengan Zack dan kelebihannya.” Imbuh Michael Schwartz.
Film ini mengisahkan tentang petualangan seorang remaja 22 tahun yang merupakan seorang down syndrome bernama Zak. Opening film ini disuguhkan dengan beberapa adegan Zak yang berniat kabur dari panti jompo yang ia tinggali. Hal tersebut didasarkan dengan obsesinya untuk bertemu dengan Salt Water Redneck yaitu seorang pegulat idolanya. Zak sangat berambisi untuk menjadi pegulat. Namun, tidak ada seorangpun yang mensupport keinginannya. Hingga ia memutuskan untuk keluar dari panti tersebut. Zak melakukan banyak cara untuk kabur dari panti tersebut, namun selalu gagal. Hingga pada akhirnya ia bisa keluar dengan dibantu oleh teman sekamarnya. Zak berlari menjauh dari panti jompo tanpa tujuan yang jelas. Hingga sampailah ia di dermaga dan bersembunyi di dalam kapal milik nelayan.
Dari persembunyiannya tersebut mempertemukan ia dengan Tyler yang merupakan nelayan pemilik kapal tersebut. Tyler sendiri juga berstatus sebagai buronan, akibat ia yang membakar peralatan kapal milik rivalnya yang bernilai $12.000. Awalnya Tyler tidak ingin membantu Zak untuk menemui Salt Water Redneck. Namun, ia berubah pikiran akibat di pertengahan jalan, ia melihat Zak dibully oleh anak-anak umur 13 tahun di pinggir dermaga. Mereka mendorong Zak hingga tercebur ke laut. Melihat itu, Tyler segera menolong Zak yang hampir tenggelam karena tidak bisa berenang. Dari situlah petualangan mereka dimulai.
Zak dan Tyler melakukan perjalanan untuk mencari keberadaan Salt Water Redneck. Di perjalanan, Tyler banyak memberikan pembelajaran pada Zak. Mulai dari melatihnya berenang, mengasah fokus Zak untuk latihan menembak dengan senapan yang ia bawa, dan juga melatih kekuatan fisik Zak. Mereka melakukan perjalanan jauh hanya dengan berjalan kaki. Di pertengahan perjalanan mereka bertemu dengan seorang pria difabel netra yang baik hati. Pria tersebut juga memberikan beberapa barangnya untuk dijadikan kapal yang akan digunakan sebagai kendaraan Zak dan Tyler. Setelah menyusuri sungai, mereka sampai di pantai dan memutuskan untuk bermalam disana. Keesokan harinya, Eleanor (pengasuh Zak di panti) menemukan mereka dan membujuk Zak untuk ikut pulang bersamanya. Namun, hal itu ditolak oleh Zak dan membuang kunci mobil Eleanor ke laut. Akhirnya, Eleanor bergabung untuk meneruskan perjalanan. Mereka berlayar mengarungi lautan menuju Ayden, Carolina Utara.
Sesampainya disana, Tyler dan Eleanor dikejutkan dengan fakta bahwa Salt Water Redneck yang diidolakan Zak sudah tidak aktif menjadi pegulat dan ia sudah pensiun sejak 10 tahun lalu. Zak pun dibujuk untuk pulang kembali ke panti. Sekitar 500 meter berjalan, mereka dikejutkan dengan suara mobil yang melaju kencang mendekati mereka. Pengendara mobil tersebut adalah Salt Water Redneck, melihat hal itu Zak sangat bahagia. Hingga pada akhirnya ia benar-benar gigih berlatih dengan idolanya tersebut. Beberapa hari Zak dilatih untuk menjadi pegulat profesional sesuai impiannya. Hingga tiba saatnya ia diadu diatas ring dengan pegulat lainnya yang bernama Sam (salah satu teman Salt Water Redneck). Dalam pertandingan tersebut Zak benar-benar menunjukkan kegigihan dan kemampuannya. Walaupun di awal dia kalah, tapi berkat semangat serta dukungan Tyler dan gurunya ia pun berhasil memenangkan pertandingan.
Namun, kemenangan tersebut dibarengi dengan kejadian tragis yang dialami oleh Tyler. Disaat ia fokus menyemangati Zak, ia tidak sadar bahwa rivalnya mendatanginya. Tyler dipukul dengan menggunakan tongkat besi dan dilarikan ke rumah sakit. Disana Zak dan Eleanor terlihat sangat mencemaskan kondisi Tyler. Beruntungnya, Tyler masih bisa tertolong. Pada akhirnya, mereka bertiga melanjutkan perjalanan ke Florida, menuju rumah Tyler.
Kesetaraan dalam Menikmati Film bagi Kelompok Difabel
Film ini dapat dinikmati oleh semua kategori difabel. Audio visual nya juga cukup mendukung. Bagi difabel netra. Mereka dapat menikmati filmnya dengan fokus mendengarkan audio filmnya. Seperti contohnya adegan perkelahian yang terdengar jelas suara yang begitu riuh dengan sorakan para penontonnya. Selain itu adegan kejar-kejaran Tyler dengan rivalnya yang terdengar jelas suara deru mesin kapal dan gelombang air yang dilewatinya. Namun, ada beberapa scene yang lebih memfokuskan visual filmnya. Karena audio aslinya tertutup dengan backsound film tersebut. Hal itu bukan suatu halangan bagi difabel netra untuk menikmati film The Peanut Butter Falcon ini, karena sudah banyak content kreator yang menayangkan film ini dalam bentuk audio deskripsi. Atau bisa juga mengajak teman non-difabel ketika menonton film ini untuk membantu mendeskripsikan setiap adegan dalam film.
Sedangkan untuk difabel tuli, film ini sangat bisa dinikmati. Karena visualisasinya cukup jelas dan dapat dipahami. Seperti contoh adegan di awal film ketika Zak berusaha melarikan diri. Ia merencanakan kabur dari panti jompo dan bersekongkol dengan temannya. Disana ia tidak berbicara sama sekali, hanya memberikan secarik kertas yang berisi gambar. Hanya dengan melihat itu temannya pun paham akan maksud Zak. Selain itu, mimik dan gestur natural pemain bisa menambah poin plus bagi Tuli untuk menikmati film ini. Jika kurang bisa memahami setiap adegan yang terjadi, juga bisa membaca subtitle yang ada.
Nilai Inklusif Film
Melihat setiap adegan dan plot dari Film The Peanut Butter Falcon ini banyak memberikan pembelajaran. Terutama bagaimana cara mentreatment down syndrome. Seperti yang dikisahkan di dalam film tersebut, bahwa down syndrome tidak menyukai hidup serba terkurung, ia sangat menyukai kebebasan. Terlebih kebebasan dalam berpikir dan berpendapat. Hal itu dapat dilihat dari kegigihan pemain utama yang sangat berambisi untuk menemui Salt Water Redneck dan menjadi pegulat yang hebat. Ia yakin bahwa dirinya mampu melakukannya.
Selain tekad dari diri sendiri, juga harus diimbangi dengan dukungan kerabat terdekatnya. Seperti Tyler dan Eleanor yang turut serta mensupport kesungguhan Zak untuk menggapai cita-citanya. Dalam petualangan untuk mencapai impiannya, tidak ada sedikitpun hal yang membuat semangat Zak meredup. Walaupun itu semua tidak mudah, tapi ia tidak menyerah.
Keunggulan film ini adalah diperankan oleh aktor (Zack Gottsagen) terkenal yang memiliki latar belakang down syndrome. Sehingga aktingnya pun terlihat natural. Ada beberapa adegan hasil improvisasinya. Seperti adegan menangkap ikan di sungai secara langsung yang dilakukan Zak. Dalam pembuatan film ini, Zack Gottsagen juga ikut mengajukan pendapatnya. Sehingga feel tentang down syndrome lebih terasa mendalam.
Dikutip dari Down Syndrome Association, dalam wawancaranya, Zack Gottsagen mengatakan kepada semua orang penyandang down syndrome yang ingin menjadi aktor seperti dirinya, “Belajarlah dengan giat di sekolah, percayalah pada diri sendiri, ikuti audisi untuk apa pun yang Anda bisa dan jangan dengarkan orang-orang yang mengatakan Anda tidak bisa melakukannya. Kejarlah impian Anda dan jangan pernah menyerah.”[]
Reporter: Ajeng Safira
Editor : Ajiwan