Views: 450
Solidernews.com – Film animasi barat berjudul Inside Out (Inside Out 1) bercerita tentang anak perempuan bernama Riley (11) yang memiliki berbagai emosi yang ada dalam tubuhnya. Dalam pikiran Riley, terdapat lima wujud emosi yaitu Joy ( bahagia), Fear (takut), Anger ( marah ), Disgust ( jijik) dan Sadness ( sedih). Pusat emosi tersebut tinggal dalam pikiran Riley yang membimbing dalam kehidupan sehari-hari.
Dari tokoh tersebut, Joy berperan lebih dominan untuk mengatur keempat emosi lainnya. Joy adalah ‘aktor’ dari semua yang ada di dalam diri Riley. Namun begitu, bukan Joy hendak meninggalkan emosi lain. Suatu ketika Riley merasa galau oleh sebab tidak bisa mengkondisikan diri saat pindah rumah bersama keluarga_ke San Fransisco_mengikuti ayahnya bekerja. Semua serba salah di mata Riley, hingga suatu saat timbul keinginan diri untuk pergi menjauh dari ayah dan ibunya, kembali ke kota asal.
Riley tengah menyiapkan diri, membeli tiket bus dengan berbekal tas punggung. Di saat itulah peran Joy , yang tengah berdarah-darah mengembalikan keadaan supaya seperti semula di tengah keputusasaan, karena ‘pulau-pulau’ telah tenggelam di dunia imaji, seperti ‘pulau’ keluarga, pulau ‘kejujuran’, dan ‘pulau’persahabatan.
Joy dengan berbagai cara, membangunkan lagi emosi Sadness yang tengah ‘berputus asa’ agar menghampiri Riley. Joy membutuhkan Sadness di saat Riley ber-euforia dengan kepergiannya. Beberapa saat Riley duduk di kursi bus, di saat itu pula dia membayangkan kesedihan-kesedihan di depan mata. Seketika Riley menyetop sopir bus dan berlalu, menuju rumah, pulang.
Itulah sekelumit sinopsis dari Inside Out 1 dari tulisan saya di wordpress.
Baiklah, sekarang kita akan bicara hal baru. Jika kamu waktu kecil mendapatkan kata-kata “jangan takut, ” Atau “jangan nangis” Fiks, kamu pasti dibesarkan oleh generasi yang belum diberi kesempatan untuk belajar tentang kesehatan mental. Maka sekarang ketika kamu sudah dewasa kamu punya pemahaman yang sama untuk bilang kalimat yang sama padahal perasaan negatif seperti kecemasan, ketakutan, marah, sedih itu diperlukan lho. Kok kamu menyangkalnya? Kamu menghindarinya? Padahal semua perasaan yang kita anggap negatif tersebut juga valid. Valid seperti perasaan atau emosi positif seperti gembira, senang, takjub dan sebagainya. Kecuali nih, kamu mau belajar tentang semua perasaan tersebut.
Seperti yang bisa kita lihat pada Inside Out 1 dan Inside Out 2, kita akan belajar untuk menormalisasi semua perasaan yang ada. Awalnya mungkin tidak mudah. Tetapi lama-kelamaan akan terbiasa untuk menormalisasi bahwa perasaan seperti itu wajar, alamiah, dan bahkan semuanya bermanfaat.
Karakter emosi baru di film Inside Out 2 terdiri dari Anxiety (cemas), Envy (iri), Ennui (bosan) dan Embarrasment (malu). Kemunculan emosi baru itu mengejutkan kelompok emosi Riley yang sebelumnya. Dulu Riley hanya merasakan rasa senang, sedih, marah, jijik, dan takut.
Di tengah kecamuk emosi yang makin banyak dan kompleks tersebut, Riley mulai bergabung dengan tim hoki di sekolahnya. Ia mulai menyesuaikan diri dengan teman-teman barunya.
Pertemuan Riley dengan suasana baru juga orang-orang yang baru membuat Riley merasakan emosi yang ternyata sulit ia pahami, yakni rasa kurang percaya diri. Hal yang jamak kita temui pada remaja yang menginjak masa pubertas.
Menerima Kecemasan Menjadi Bagian Diri yang Utuh
Dalam film Inside Out 1 dan Inside Out 2, kita bisa belajar bagaimana menerima kecemasan. Seperti dikatakan dr. dono (dr. Dono Baswardono) dalam akun Instagramnya bahwa perasaan cemas dan takut berguna untuk memberitahumu apa yang ada di pikiranmu, bahwa kamu tidak tahu apa yang sudah, sedang dan akan terjadi. Kecemasan juga memberitahu apa yang mesti kamu lakukan. Ketika kamu sedikit tahu apa yang kamu lakukan setidaknya kamu lebih berani menghadapi apa yang terjadi di depan.
Dalam film, percakapan antara “anxiety” kepada si ” Joy” saat mereka berdialog : “I am just trying to protect Riley” Yang artinya kecemasan ada untuk melindungi kita dari ketidaktahuan. Kecemasan mendorong kta melindungi dari kebodohan. Maka sebaliknya menyangkal kecemasan sama juga artinya diri berkubang dengan kebodohan.
Dikutip dari akun IG @contextdotid, Anxiety kerap memengaruhi Riley untuk menggunakan imajinasinya sendiri, menciptakan skenario hingga membuat Riley untuk menggunakan imajinasinya sendiri, menciptakan skenario sendiri lantas membuat Riley berpikir berlebihan. Tapi bagi Anxiety, dia mengira kalau dirinya sedang membantu Riley. Skenario yang dibuatnya dianggap dapat mencegah Riley melakukan kesalahan di masa depan.
Penting diingat bahwa setiap individu memiliki anxiety dengan sifat yang berbeda-beda. Jika kamu memilik kecemasan yang sangat berlebihan misalnya, maka berpotensi menimbulkan anxiety disorder yaitu gangguan mental yang menyebabkan rasa takut dan cemas secara berlebihan
Pandangan yang Linear tentang Emosi
Setiap momen dalam film Inside Out 2 adalah padat informasi. Menurut dr. Dono, duet penulis skenario Meg LeFauve dan Dave Holstein seperti memasukkan seluruh materi kuliah keterampilan berperasaan ke dalam film yang hanya berdurasi 96 menit ini. Setiap momen, tiap dialog sungguh pelajaran penting yang dapat dibagikan kepada orangtua, remaja dan anak-anak yang masih butuh kecakapan beremosi.
Sebagai contoh adanya adegan singkat yang mungkin terlewatkan jika penonton tidak seksama. Joy hendak turun ke kolam bola-bola memori lantas Sadness bertanya ragu-ragu apakah dirinya bisa menemani Joy. Joy memegang tangan temannya itu dan berkata, “Of Course! Remember Sadness, wherever I go, you will go too.”
Menurut dr. Dono sebagai seseorang psikoterapis kata “suka cita” lebih pas mewakili “Joy” daripada riang. Joy adalah emosi fundamental seperti suka cita yang kemudian melahirkan emosi sekunder dan tersier : cinta, bahagia, ruang, gembira, senang dll dan bisa terus bersama-sama dengan kesedihan. Lantas mengapa mereka bisa bersama? Bukankah mereka berlawanan Ternyata semua perasaan memang bisa berada bersama-sama sekaligus dalam ruang dan waktu. Seperti dalam visualisasi poster : saling berebutan dan berada dalam ruang yang sama!
Itu betul. Jadi selama ini mungkin kamu memiliki pandangan linear tentang emosi : jika sedih maka tidak bahagia, jika marah maka tidak ada damai. Suka dan duka adalah berlawanan. Padahal serentak kita dapat mengalami beberapa emosi yang bersamaan sekaligus. Seperti ditunjukkan Riley saat ia diterima masuk tim oleh Val Ortiz, maka sekaligus ia cemas dengan apa yang akan terjadi sekaligus sedih karena harus berpisah dengan sahabatnya.
Coba sekali-kali kamu amati anak kecil saat bermain dengan teman-temannya. Ketika ada perselisihan, mereka cepat sekali untuk rukun kembali. Tangis yang sementara dari seorang anak kemudian berganti dengan tawa riang. Ini seperti mengingat bahwa ketika kamu dilanda kecemasan, atau ketakutan, kamu bisa sesegera mungkin menyetel emosi kamu untuk segera menggantikannya dengan suka cita.[]
Penulis: Astuti
Editor : Ajiwan Arief