Views: 6
Solidernews.com – Pekan Suci yang dirayakan umat Katholik di Kecamatan Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur dikenal dengan nama Semana Santa. Tradisi perayaan pekan terakhir dalam masa Prapaskah ini turun temurun diadakan sejak abad ke-16 di Larantuka hingga saat ini. Namun baru tahun 2025 ini Semana Santa disiapkan menjadi ibadah yang ramah bagi masyarakat difabel. Komisi Nasional Disabilitas menggandeng berbagai pihak dan telah melakukan adiensi dengan Bupati Flores Timur, Keuskupan Agung Larantuka, dan Paroki Katedral Reinha Rosari Larantuka pada 16 April 2025.
“Kemarin panitia sudah melaporkan persiapan Semana Santa namun belum secara spesifik melaporkan persiapan untuk peziarah penyandang disabilitas. Sejak tahun lalu Keuskupan sudah menghimbau untuk memberikan ruang dan akses untuk peziarah disabilitas agar dapat terlibat di Ekaristi hingga Jum’at Agung. Beberapa Kapela seperti Tuan Ma dan Tuan Ana sudah dibuatkan bidang miring dan toilet khusus disabilitas”, jelas Mgr. Fransiskus Kopong Kung, Pr.
Keuskupan Larantuka juga telah menghimbau petugas kapela untuk siap mendampingi peziarah difabel dan siap menyambut di depan pintu masuk. Panitia telah dibekali agar tidak mempersulit tradisi cium patung Tuan Ana dan Tuan Ma yang biasanya dilakukan dengan cara jalan jongkok. Pada difabel diberikan kesempatan untuk menggunakan kruk, tongkat, atau kursi roda. Mgr. Fransiskus Kopong yakin pemuda gereja akan antusias dan bahagia melayani peziarah difabel.
Pihak Bupati Flores Timur turut mendukung upaya Semana Santa yang ramah bagi difabel, salah satunya dengan menyiapkan sejumlah kursi roda. “Flores Timur memiliki sekitar 1.182 orang penyandang disabilitas tapi selama ini belum terlihat aktif mengikuti Semana Santa. Setiap tahun harus ada perbaikan agar Semana Santa di tahun-tahun berikutnya banyak penyandang disabilitas dari luar daerah juga bisa hadir kesini”, ungkap Antonius Doni Dihen selaku kepala daerah Flores Timur.
Kikin Tarigan selaku Komisioner Komisi Nasional Disabilitas menjelaskan bahwa besok perayaan Semana Santa tidak hanya dihadiri oleh pengguna kursi roda namun juga komunitas Tuli akan terlibat. “Komunitas Tuli juga akan memberikan pengenalan singkat Bahasa isyarat serta cara interaksi dengan Tuli kepada panitia Semana Santa. Minimal mereka mengetahui isyarat dasar sebagai bentuk pengenalan juga bahwa ada kebutuhan relawan juru Bahasa isyarat”, terang Kikin Tarigan.
Prosesi Misa Rabu Trewa telah dilaksanakan pada Rabu malam dan akan dilanjutkan dengan Misa Kamis Putih, Prosesi Laut, Misa Jum’at Agung, serta Misa Vigili Paskah. Pekan Suci ini juga melibatkan tim dokter dari Yayasan I.J. Kasimo dan Universitas Katolik Atmajaya yang memberikan pelayanan pemeriksaan kesehatan gratis bagi warga sekitar. Keterlibatan berbagai pihak menyiapkan Semana Santa ramah disabilitas kali ini menjadi pembuka agar di tahun berikutnya peziarah difabel tak perlu ragu mengikuti rangkaian prosesi Pekan Suci di Larantuka.[]
Reporter : Ramadhany Rahmi
Editor : Ajiwan