Search
en id

Gunakan fitur ACCESSIBILITY melalui tombol simbol biru bagian kanan agak atas sebagai preferensi untuk kenyamanan Anda.

Begini Pengalaman Penanganan Anak Cerebral Palsy Dari Sisi Akademik dan Orang Tua

Views: 7

Solidernews.com – memiliki anak Cerebral Palsy (CP) merupakan pengalaman yang mungkin dianggap berbeda. Dalam penanganannya, dibutuhkan strategi yang tepat agar anak dengan Cerebral Palsy dapat tumbuh dan berkembang dan meminimalkan hambatan mereka. banyak contoh  dan praktik baik yang telah dilakukan sehingga anak dengan Cerebral Palsy dapat tumbuh layak dan bahkan memiliki berbagai prestasi baik akademik maupun nonakademik.

Dalam kegiatan workshop yang diselenggaran oleh Laboratorium Pendidikan Luar Biasa Universitas Negeri Yogyakarta (PLB UNY) pada sabtu (19/4), Gena Diniarti Dosen PLB UNY  yang memiliki fokus pada pendidikan anak-anak dengan difabel fisik, salah satunya juga mengkaji cerebral palsy dan Reny Indrawati, pegiat sekaligus pendiri WKCP (Wahana Keluarga Cerebral Palsy) membagikan pengalaman mereka dalam menangani anak dengan Celebral Palsy.

Gena, menjelaskan bahwa Cerebral Palsy (CP) adalah kondisi gangguan yang memengaruhi gerakan, postur, dan koordinasi otot yang disebabkan oleh kerusakan atau perkembangan abnormal pada otak, terutama di bagian yang mengatur kemampuan motorik. Gangguan ini terjadi sebelum, saat, atau sesudah kelahiran. Sehingga cerebral Palsy (CP) itu tidak hanya satu ragam saja. Maka penting adanya calon orang tua untuk memahami tumbuh kembang anak dengan jeli.

“Orang tua harus senantiasa berhati-hati saat anak masih dalam kandungan. Banyak sebab dari adanya kondisi anak yang memiliki kondisi  cerebral palsy, mulai karena virus, masalah perkembangan otak, dan sebagainnya. Maka perlu adanya cek dari dokter kandungan, untuk memantau kondisi janin dengan jeli,” ungkap Gena.

Selain itu, Gena menjelaskan beberapa indikator adanya gejala CP untuk diperhatikan oleh orang tua, seperti pada aspek motorik, Misalnya seharusnya bayi mencapai usia untuk mengangkat kepala tapi sang bayi belum mampu melakukan. Seharusnya bayi sudah bisa tengkurap, namun juga belum dapat melakukan. Hal ini terjadi karena adanya hambatan pada kontrol motoriknya. Selain itu, mereka juga dapat mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasa, kognitif, dan aspek lainnya, tergantung pada jenis cerebral palsy yang dialami. Dalam ranah pendidikan, anak-anak dengan kondisi ini seringkali menghadapi tantangan tambahan, seperti hambatan aksesibilitas, metode pembelajaran yang belum inklusif, serta kurangnya pemahaman dari lingkungan sekitar. Oleh karena itu, dukungan yang tepat dari keluarga, pendidik, dan masyarakat sangat penting untuk menunjang tumbuh kembang dan kualitas hidup anak dengan CP.

“Maka penting sekali untuk memahami model dari anak dengan cerebral palsy. Karena mereka memiliki beberapa ragam. Seperti anak CP yang komunikasinya terhambat, jadi harus dilakukan secara non-verbal, dan sebagainya. Pendidikan pun senantiasa disesuaikan pada anak, agar ilmu yang diberikan dapat tersampaikan dengan baik,” jelas Gena.

Sementara itu, darai sisi orang tua, Reni Indrawati yang memiliki anak CP  menuturkan bahwa mengasuh anak dengan cerebral palsy itu harus kreatif. Ia mencontohkan anaknya yaitu Lintang Adnan yang tidak hanya cerebral palsy, melainkan juga memiliki multi difabel, sebagai difabel intelektual. Sehingga pendampingan yang dilakukan pun terus mengalami penyesuaian.

Reni menjelaskan bahwa Adnan memiliki komunikasi non-verbal. Menyadari hal tersebut, Reni membuatkan kartu nama untuk sang buah hati. Di mana kartu ini berguna saat Adnan berkenalan dengan lingkungan sosial baru. Adnan juga belajar menggunakan pola visual, dimana ilmu-ilmu yang dipelajarinya diterjemahkan dalam bentuk-bentuk gambar.

Adnan, sesuai cerita dari sang ibunda juga pernah mengalami penolakan dari beberapa sekolah. Bahkan itu dari sekolah luar biasa, yang seharusnya memiliki kapasitas untuk mengampu ragam anak berkebutuhan khusus. Meski begitu Reni tidak patah semangat. Sebagai fasilitator pendidikan bagi Adnan, akhirnya Adnan masuk ke sekolah inklusif. Hingga kini, Adnan bersekolah sampai jenjang SMA.

“Anak CP itu memerlukan terapi untuk keseimbangan pertumbuhan. Namun, hal itu dapat dilalui Adnan dengan baik. Ia tetap bersekolah dan melakukan aktivitas lainnya dengan baik,” ungkap Reni.

Reni menambahkan, meskipun anak dengan cerebral palsy (CP) memiliki kondisi khusus yang memerlukan penyesuaian, mereka tetap memiliki kecerdasan mendasar—yakni human science—yang secara alami dimiliki oleh setiap manusia. Kecerdasan inilah yang dapat dirangsang dan dikembangkan pada anak-anak dengan CP. Tinggal bagaimana upaya orang tua terus mencari potensi dan minat bakat yang dimiliki sang anak.

“Pada dasarnya, pendidikan untuk anak CP dapat diberikan sebagaimana pendidikan untuk anak non-CP. Perbedaan utamanya terletak pada penyesuaian atau modifikasi media dalam proses penyampaian ilmu, agar sesuai dengan kebutuhan si anak. Seperti Adnan yang dalam proses belajarnya saya jembatanni melalui gambar-gambar,” jelas Reni.[]

 

Reporter: Wachid Hamdan

Editor      : Ajiwan

 

Bagikan artikel ini :

TULIS KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

BERITA :

Berisi tentang informasi terkini, peristiwa, atau aktivitas pergerakan difabel di seluruh penjuru tanah air

Skip to content