Search
en id

Gunakan fitur ACCESSIBILITY melalui tombol bagian kanan bawah sebagai preferensi untuk kenyamanan Anda.

Begini Cara Optimalkan Penglihatan bagi Lowvision

Views: 54

Solidernews.com, Sabtu, 14 September 2024, Drs. Agus Teguh Riyanto, Diploma of Optometry memberikan penyuluhan kesehatan mata kepada masyarakat umum di acara webinars DCC (Disability Care Center

Acara tersebut bertujuan untuk memberikan penyuluhan bagaimana mengoptimalkan pengliatan baggi orang yang memiliki hambatan penglihatan seperti low vision.

Orang dengan lowvision adalah mereka yang mengalami kehilangan penglihatan, tetapi ia masih melihat cahaya benda, angka, atau huruf secara terbatas.

Alasan diadakan acara tersebut karena saat ini orang dengan lowvision lebih banyak dari pada orang yang mengalami kebutaan total.

Terbukti menurut data dari World Health Organization (WHO), jumlah masyarakat dunia yang mengalami lowvision dan kebutaan total sebesar 285 juta pada tahun 2010. Dari jumlah tersebut, sebesar 86% adalah lowvision.

Berdasarkan data riset kesehatan dasar (RISKESDAS) yang diadakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI tahun 2013, jumlah prevelensi lowvision di usia produktif 15 sampai 45 tahun lebih banyak tiga kali lipat dibandingkan jumlah kebutaan total.

Di atas usia 45 tahun itu, orang akan mengalami kenaikan lowvision berat.

Kenaikan tersebut terus meningkat setiap 10 tahunnya dengan kelipatan dua sampai tiga kali lipat.

“Seseorang akan dinyatakan lowvision apabila penglihatannya tidak mengalami peningkatan dari standar normal ketajaman penglihatan meski ia sudah ditangani, diobati, dioperasi, atau dikoreksi fraksi penglihatannya. Standar normal ketajaman penlihatan adalah 6/6 sampai 6/60, sedangkan ketajaman penglihatan lowvision adalah 6/18 sampai 3/60. Di bawah 3/60, orang akan mengalami kebutaan total jika ia tidak bisa melihat cahaya,” kata Drs. Agus Teguh Riyanto.

Penyebab terjadinya lowvision bisa dikarenakan katarakglaukomaretina dystropidiabetik retinopatiropmakula degenerasi, dan sebagainya.

Drs. Agus Teguh Riyanto menyatakan bahwa penanganan yang dapat diberikan kepada orang lowvision itu antara lain:

  1. Penanganan dokter mata

Penanganannya seperti deteksi, diagnosa, layanan medis, treatmen obat-obatan, dan tindakan operasi.

  1. Penanganan optometris

Penanganannya seperti tes refraksi, magnifikasi, alat bantu optik, non optik, serta latihan penglihatan.

  1. Penanganan sikososial

Penangannya seperti pemberian edukasi, rehabilitasi, konsultasi tentang psikologis, pendidikan,pekerjaan,  serta terapi okupasi.

Seorang peserta webinar DCC, Yusuf Hasan dari kota Manado mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Drs. Agus Teguh Riyanto karena mendapatkan penyuluhan atas masalah penglihatannya.

“Sebelumnya saya difonis buta total secara klinis. Padahal, saya masih bisa melihat sedikit cahaya dan bayangan meja dan kursi meski hanya bisa dilihat dari samping mata,” katanya.

Namun, Drs. Agus Teguh Riyanto, menyatakan bahwa kategori penglihatan yang dialami oleh Yusuf Hasan adalah lowvision bukan buta total dan ia megnungkapkan  bahwa sisa penglihatannya masih ada harapan jika dilakukan penanganan oleh dokter khusus lowvision.

“Saya berjuang bersama dokter mata lainnya jika seseorang dikatakan buta  secara klinis, bukan berarti sisa-sisa penglihatannya tidak dapat ditingkatkan. Oleh karena itu, dia perlu ditangani oleh dokter khusus lowvisionn untuk melihat ketajaman penglihatannya,” ujarnya.

Drs. Agus Teguh Riyanto menyatakan untuk menangani dan mengasesmen orang yang mengalami lowvision tidak bisa dilakukan di puskesmas, tapi harus dilakukan oleh dokter specialist mata yang memiliki sertifikat khusus lowvision.

Sejauh ini pusat service lowvision di kota-kota besar Indonesia masih terbilang sedikit sehingga masyarakat sulit berobat.

Karena itu, ia mendirikan klinik kusus untuk menangani pasien lowvision bernama Optik Teguh.

Di kilik tersebut orang dengan lowvision mendapatkan layanan pemeriksaan refraksi, asesmen lowvision bagi bayi, anak, dewasa, lansia, buta warna, dan pemberian latihan orientasi mobilitas serta stimulasi penglihatan.

Di sana juga tersedia alat bantu optik dan non optik yang dibutuhkan oleh orang dengan lowvision seperti kacamata bayi, kacamata lensa filter, kacamata buta warna, kacamata dengan lensa kontras dan anti silau, Kaca pembesar, teleskop, dll.[]

 

Reporter: Tri Rizki Wahyu Djari

Editor     : Ajiwan

Bagikan artikel ini :

TULIS KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

BERITA :

Berisi tentang informasi terkini, peristiwa, atau aktivitas pergerakan difabel di seluruh penjuru tanah air