Views: 21
Solidernews.com – RATUSAN tahun lalu, pernah lahir seorang komponis terbesar bernama Ludwig van Beethoven. Meskipun sudah meninggal sejak 26 Maret 1827 atau 197 tahun lalu, dunia musik masih mengenal namanya. Bahkan, karyanya tetap menjadi perbincangan di ruang-ruang akademik.
Beethhoven, begitu ia biasa dipanggil, adalah komposer asal Jerman. Sekaligus tokoh musik yang paling dominan dalam periode transisi, antara era Klasik dan Romantik. Laman Britannica menyebutkan, ia secara luas dianggap sebagai komposer terhebat yang pernah hidup.
Dalam dunia musik, ia adalah inovator yang memperluas ruang lingkup sonata, simfoni, konser dan kuartet. Sementara di Simfoni Nomor 9, ia menggabungkan dunia musik vokal dan instrumental dengan cara yang belum pernah dicoba sebelumnya. Ada satu titik tekan yang membuat Beethoven berbeda dari komposer lain, yakni harus berjuang melawan ketulian-nya.
Bahkan, beberapa karyanya yang paling penting digubah selama 10 tahun terakhir hidupnya, tepat ketika dia tidak dapat mendengar lagi. Beethoven adalah anak pertama pasangan Johann dan Maria Magdalena. Keluarga itu berasal dari Flemish. Kakeknya, adalah seorang penyanyi dalam paduan suara dari uskup agung di Cologne. Sementara ayah Beethoven juga seorang penyanyi paduan suara.
Sebagaimana kebanyakan musisi abad ke-18, Beethoven dilahirkan dalam dunia yang tidak jauh dari musik. Setelah kematian sang kakek, keluarga Beethoven menjadi jatuh miskin, padahal dulu mereka cukup makmur, ditambah lagi, sang ayah menjadi alkoholik. Karenanya, di usianya yang masih dini, tepatnya 11 tahun, Beethoven harus meninggalkan sekolah. Menginjak usia-nya 18 tahun, ia menjadi pencari nafkah keluarga.
Terlepas dari itu, sang ayah mengamati bahwa Beethoven memiliki bakat dalam bermain piano dan bertekad menjadikan sang anak seperti Mozart, tetapi tidak berhasil. Sampai pada usia remaja, Beethoven mulai menarik perhatian berkat kemampuan bermusiknya. Pada 1783, melalui seseorang bernama Gottlob Neefe, Beethoven menerbitkan karya pertamanya.
Beethoven mulai membuat kemajuan pada tahun 1787. Sehingga, uskup agung maximilian Francis membujuk dan mengirim Beethoven ke Wina, untuk belajar bersama Mozart. Namun, kunjungan itu tak berlangsung lama setelah Beethoven mendengar kabar kematian ibunya.
Menurut trafisi, Mozart sangat terkesan dengan kekuatan improvisasi Beethoven dan memberi tahu beberapa temannya bahwa “pemuda ini [Beethoven], akan membuat nama besar untuk dirinya sendiri di dunia”.
Menjadi Tuli
Dilansir di laman pbs.com, Beethoven pertama kali menyadari bahwa ia kesulitan mendengar pada kisaran 1798, tepat ketika dia berusia 28 tahun. Namun dia benar-benar tuli saat berusia 44-45 tahun, bahkan tidak bisa berbicara dan harus memberikan catatan tertulis kepada rekan-rekan, pengunjung dan kawan-kawannya.
Ketika Simfoni Nomor 9 ditayangkan secara perdana pada tahun 1824, ia harus berbalik untuk melihat penonton bersorak dan dia tidak bisa mendengar tepuk tangan meriah dari penonton.
Sampai saat ini, sebagaimana dilansir Classic FM, belum diketahui secara pasti penyebab Beethoven mengalami gangguan pendengaran. Namun beberapa teori menyebut beberapa kemungkinan seperti sifilis, keracunan timbal, tifus dan kebiasaannya menceburkan kepalanya ke air dingin agar dirinya tetap terjaga.
Akan tetapi, semua itu hanya asumsi dan belum dapat dipastikan kebenarannya. Kendati demikian, pada satu titik, tepatnya 1798, dia telah menderita serangan amarah ketika seseorang menyela dia di tempat kerja. Setelah terjatuh, dia bangun dan mendapati dirinya menjadi tuli.
Di lain waktu dia menyebut karena terjadi masalah gastrointestinal (pendarahan saluran pencernaan). “Penyebabnya pasti, kondisi perut saya yang seperti yang Anda tahu selalu bermasalah dan semakin parah,” tulisnya, “karena saya selalu bermasalah dengan diare yang menyebabkan kelemahan luar biasa.”
Ia meninggal pada 1827 pada usia 56 tahun. Namun, autopsi yang dilakukan setelah dia meninggal menemukan dia memiliki telinga bagian dalam yang buncit dan berkembang menjadi lesi seiring berjalannya waktu. [].
Reporter: Harta Nining Wijaya
Editor : Ajiwan