Search
en id

Gunakan fitur ACCESSIBILITY melalui tombol bagian kanan bawah sebagai preferensi untuk kenyamanan Anda.

AWINDO Ajak Pengusaha Difabel Optimalkan Produk dengan Teknologi AI

Views: 83

Solidernews.com – Teknologi terus berkembang pesat. Hadirnya berbagai terobosan dari lini produk digital makin mengubah gaya interaksi masyarakat. Apa lagi semenjak kehadiran AI (Artificial Intelligence). Berbagai dinamika pro dan kontra terus bergulir. Namun, dari persoalan tersebut, harus diakui bahwa produk kecerdasan buatan dapat makin mempermudah perkerjaan masyarakat, tidak terkecuali masyarakat difabel.

AI (Artificial Intelligence), kini dapat menjelma asisten pribadi. Mulai diajak bercanda, membuat perhitungan, brainstorming, dan bahkan dapat membantu untuk urusan penyusunan strategi bisnis, bila itu menggunakan AI yang premium. Bahkan dengan AI ini, kini difabel yang menjadi wirausahawan, dapat makin menekan biaya dan membantu difabel sensorik untuk lebih cermat mengidentifikasi produk yang akan dijual.

Melihat potensi tersebut, AWINDO (Asosiasi Wirausaha Inklusif Indonesia), sebagaimana narasi mereka di media sosial instagram @awindo_official, “Menuju wirausaha disabilitas yang setara melalui kolaborasi, kompetensi, inkubasi, dan advokasi,” pada 27 Oktober 2024 mengadakan pelatihan AI untuk difabel.

Agenda yang bertajuk “Optimalisasi Kemandirian dan Daya Saing UMKM Disabilitas melalui AI,” ini mengusung beberapa pembahasan, yaitu: 1) Pengenalan Be My Eyes:  Alat revolusioner yang membantu pengusaha difabel netra mendapatkan informasi visual dengan mudah. 2) Adopsi Transkripsi Instan dan Wavo:  Solusi cerdas untuk memajukan usaha  difabel tuli dengan mengubah audio menjadi teks seketika. 3) Penggunaan AI sebagai solusi untuk membantu  mentransformasikan  materi  promosi  dan  branding  usaha, dengan  inovasi  AI Generatif.

Hendika Permana, selaku pembina AWINDO, dalam sambutannya mengatakan, “Saya sangat bersyukur sekaligus merasa haru atas terselenggaranya acara ini. Pesan saya untuk teman-teman yang mengikuti pelatihan malam ini: kita harus selalu menjaga nilai dari produk kita, nilai jasa kita, dan kualitas diri kita. Selalu definisikan dengan baik hal-hal tersebut agar dapat memberikan yang terbaik.”

Alfin Hanafi, Ketua Deputi Kewirausahaan AWINDO, merasa bangga dan terharu serta mengapresiasi para peserta. Agenda tersebut menjadi program pertama dari Deputi KWU, namun jumlah pendaftar mencapai lebih dari 400 orang. “Disabilitas bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari segala perjuangan. Kita harus terus berjuang, terus berkembang, karena masih banyak yang harus kita cukupi. Karena yang mampu mengubah itu hanya diri kita sendiri. Kalau kita masih mampu melakukan yang berguna, kenapa tidak,” ujarnya.

“Poin paling penting itu kualitas produk kita. Bukan kondisi kedisabilitasan. Jadi kita itu bersaing atas dasar kualitas produk dan persaingan harga yang kompetitif. Selain itu, kalau jualan, konsumen membeli bukan karena kondisi disabilitas, melainkan karena produk kita yang berkualitas, sehingga para konsumen itu akan melakukan pembelian lagi,” ujar Yuktiasih Proborini.

Yuktiasih juga menegaskan bahwa yang paling penting itu adalah menjual produk berkualitas, konsumen bertambah, dan produk kita sebagai wirausaha difabel itu di beli memang atas dasar barang atau jasa yang ditekuni memiliki daya saing, bermutu, dan kualitasnya terjamin. Jadi, bukan dibeli karena seolah-olah menjual kondisi kedifabelan. Bila kita bisa seperti itu, maka pembeli akan membeli lagi produk di tempat kita, karena memang produknya memuaskan.

“Dengan adanya teknologi digital dan Ai, kita dapat memaksimalkan pemasaran, penjaringan calon pembeli, dan tentunya melakukan strategi digital yang makin memperluas penjualan produk atau jasa kita,” imbuh Yuktiasih.

 

Teknologi AI Dapat Memudahkan Transaksi

Dalam agenda webinar via zoom tersebut, ada pemaparan materi yang terbagi menjadi dua sesi. Pertama adalah sesi penjelasan dan penggunaan aplikasi berbasis smartphone seperti Be My Eyes, Transkripsi  Instan, dan  Wavo yang dapat kita unduh di Play Store dan APP Store. Lalu dilanjutkan penggunaan Ai sebagai media dan asisten untuk memaksimalkan usaha difabel.

Dalam demonstrasi penggunaan aplikasi Be My Eyes pada acara AWINDO ini, Wiguna Mahayasa selaku pemateri 1 yang juga merupakan wirausahawan, menjelaskan kalau aplikasi ini sering digunakannya untuk mendeteksi produk, mengidentifikasi bukti pembayaran, transfer, dan sebagainya. Termasuk melakukan pertanyaan dengan hasil OCR dari aplikasi untuk menjelaskan bagian yang belum disebutkan.

Selain itu, di sela Wiguna mendemonstrasikan pendeteksian produk, dalam hal ini adalah tisu yang ia jual, dirinya menegaskan, “Saya sendiri selaku difabel netra sangat terbantu dengan aplikasi Be My Eyes ini. Mulai untuk memastikan barang, mengetahui informasi yang berbentuk foto, dan sebagainya. Tentu aplikasi ini sangat membantu saya dalam melakukan proses jual beli. Termasuk memastikan bukti transfer dari pembeli yang mengirimkan bukti transfer.”

 

Mempermudah Komunikasi dan Branding

Selain Be My Eyes, aplikasi transkripsi instan dan Wavo turut diperkenalkan sebagai aplikasi yang mempermudah difabel tuli. Di mana aplikasi ini bekerja dengan mengubah audio menjadi  teks di layar smartphone kita. Jadi, dengan aplikasi ini, pengusaha difabel tuli dapat makin cepat dan mudah untuk berkomunikasi dengan pembeli. Kita tinggal aktifkan aplikasi di smartphone, lalu transkripsi akan mengubah pembicaraan verbal dari pembeli.

“Teknologi AI ini membantu kawan-kawan tuli. Aplikasi ini akan langsung mentranskripsikan kata verbal menjadi sebuah tulisan teks. Kekurangannya, kalau jaraknya jauh dengan orang bicara atau suasana ramai, transkripsi instan ini agak kurang responsif. Selain itu, kalau WAVO kelemahannya itu tidak bisa melakukan transkripsi secara real time,” ujar Wiguna.

Selain itu, AI juga dapat berkontribusi untuk menjadi asisten pribadi kita. Kecerdasan buatan ini dapat membantu kita membuat logo usaha, materi iklan, branding, konten untuk sosial media, dan mengatur strategi secara real time— sesuai akumulasi periode bisnis yang kita minta.

“Sebenarnya AI ini secara jangka panjang ditujukan untuk mempermudah kerja kita. Saya kemarin usai mengikuti pelatihan tersertifikasi dari microsoft, juga membahas soal ketidak singkronan data AI. Namun, bila kita menggunakan yang generatif AI, itu peluang untuk tidak sesuai bisa diminimalisir,” Adrian Arif selaku pematri II.

Selain itu, Adrian yang juga seorang praktisi AI ini juga menambahkan soal manfaat AI dalam membantu usaha. Kecerdasan buatan yang digunakan itu jelas yang berbayar, tentunya. Agar AI generatif yang dipakai itu terupdate dan memiliki fitur premium. Seperti yang sudah terupdate GPT 4.0. Ia menambahkan kalau harga berlangganan ini berkisar 90.000- dengan kurun waktu mingguan.

“Selama kita paham soal konteks, cara membuat perintah, dan sejenisnya, data yang akan diberikan AI itu relatif dapat dijadikan pijakan,” imbuh Adrian.

Dari keseluruhan rangkaian acara ini, bisa disimpulkan kalau AWINDO jelas mengajak masyarakat difabel untuk memaksimalkan produk mereka dengan bantuan AI. Baik dari segi pemasaran, pembuatan konten iklan, dan sebagainya. Meninjau dari hal itu, AWINDO dalam webinar berkomitmen untuk membantu dan melakukan pembinaan pada difabel yang berwirausaha. Bila ingin berkomunikasi silakan hubungi instagram @awindo_official.[]

 

Reporter: Wachid Hamdan

Editor     : Ajiwan

 

Bagikan artikel ini :

TULIS KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

BERITA :

Berisi tentang informasi terkini, peristiwa, atau aktivitas pergerakan difabel di seluruh penjuru tanah air

Skip to content