Views: 9
Solidernews.com, Bantul. Pameran inklusif karya seni rupa, kembali hadir menyapa warga. Sebuah pameran yang menyuguhkan perspektif kesamaan hak berkesenian, antara difabel dan non difabel. Mengusung tema Artrasa, tak hanya hadir sebagai sebuah festival inklusif seni rupa, namun juga right equality (kesetaraan hak). Mengajak setiap lapisan masyarakat terlibat. Membuka ruang pertemuan seluas-luasnya, melalui kegiatan dan aktivitas seni.
Artrasa Mini ArtFestival (AMAF). Adalah festival seni yang diselenggarakan Jogja Disability Arts Foundation, sebagai kegiatan bersama antara seniman difabel dan non difabel. Artrasa, mengusung semangat egaliter dalam proses berkesenian. Merupakan gabungan dari dua kata, Art, sebagai penyebutan seni dalam bahasa Inggris. Dan Rasa, dalam bahasa Indonesia. Yang menunjuk pada nilai estetis khas Indonesia, Jawa pada khususnya. Art dan Rasa digabungkan menjadi judul frassa baru, yang menunjukkan kesetaraan antara dua benua dan dua makna yang saling melengkapi.
Mengikis sekat eksklusif berkarya seni rupa, secara laten diwujudkan Jogja Disability Arts (JDA). Sebanyak 45 karya seni kolaborasi 30 seniman dua negara, disuguhkan estetis. Empat belas (14) seniman di antaranya dari Indonesia, tergabung dengan JDA. Enambelas (16) lainnya asal Inggris, dari Komunitas Mural CIC Wales.
Ketiga puluh seniman difabel dan nondifabel dalam kolaboirasi tersebuat ialah: Peserta Indonesia antara lain: Rofita rahayu (tuli); Taufik Gustian; Salasatul; Edi Priyanto (difabel fisik); Yogi Suganda; Sukri ‘Butong’ Budi Dharma (difabel fisik); Alfian rahmadani; Yaya Maria (difabel fisik); Bagaskara Maharestu (tuli); Kireina Jud (down syndrome); Muhammad Filodota; Agus Yulianto; Nano Warsono; dan Anugrah Fadly K (autism).
Adapun 16 peserta asal Inggris, ialah: Andrew Bolton; Sian Healey; Ceridwen Powel; Leila Bebb; Lynne Bebb; Mylo Elliot; Ruben Lorca; Donna Brezier; Arty Jen Jo; Gail Howard; Clare Charles; David Sinden; Rachel Kinchin; Robbie Tan; Amarie Jones; serta Liz Crow.
Mengedepankan konsep equal (setara), even pameran digelar selama enam hari (13 – 18 Juli), pukul 10.00 – 16.00 WIB. Bertempat di Galery Fajar Sidik, Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta, pameran dibuka staf pengajar ISI Yogyakarta, Wiyono, M.Sn. Menampilkan Kelompok Musik Kolaboratif Gandana, eksplorasi nilai-nilai inklusif kental ditampilkan. Dua vokalis Aat dan Reza (blind total), membawakan dua lagu dengan judul Gandana dan Kita Semua Sama. Lagu-lagu penyadaran terkait keberagaman dalam kehidupan.
Kolaborasi bernilai
Usai pembukaan pameran, solidernews.com berkesempatan mewawancarai Wiyono, M.Sn. Menurut dia, kolaborasi tersebut membawa nilai hubungan yang baik antara ISI Yogyakarta, dengan para seniman. Demikian pula antara mereka, para difabel pelaku seni dengan dunia luar.
“Tema artrasa, idiom ini bernilai magis. Melalui medium seni, rasa kita diajak lebih terbuka terhadap keberagaman. Bahwa karya seni adalah karya siapa saja yang bernilai seni dan keindahan. Tidak memandang siapa yang berkarya. Apakah merela difabel, atau nondifabel,” ujarnya.
Seni just seni, tegas Wiyono. Lanjutnya, ISI punya mahasiswa yang saat ini sedang mengikuti pameran. Ada empat orang difabel mahasiswa alumnus ISI Yogyakarta yang terlibat. Di antara mereka adalah Zaka dan Bagas, keduanya tuli, Nugrah (autism). Semua karya merela bagus. Kami memperlakukan mereka juga sama dengan mahasiswa lain. Yang kami lihat adalah hasil karya mereka. Lewat seni, pikiran dan kemampuan mereka tersuarakan.
Sedang Andrew Bolton dari Komunitas Mural Wales, Inggris menyampaikan beberapa hal. Di antaranya, dia mengaku bangga bisa melanjutkan kerja sama dengan JDA. Selalu ada tantangan (challenge) pada setiap kali kolaborasi. Dan kerjasama tersebut akan dilanjutkan pada masa mendatang, tahun depan adalah waktu yang paling dekat.
Andrew juga menjelaskan terkait PortraitRenga karya seniman David Sinden. Itu ide baru yang terinspirasi oleh bentuk pusii Jepang kuno, renga. Dalam rangkaian bait haiku pendek membentuk puisi yang kompleks dan mendalam. “Saya pikir akan sangat menarik. Memadukan antara foto dengan berbagai elemen format puisi foto PhotoRenga. Sehingga menciptakan karya seni baru yang indah. Dengan sebuah misi, menangkap hubungan antara dua orang dan suatu tempat.[]
Reporter: Harta Nining Wijaya
Editor : Ajiwan