Views: 15
Solidernews.com, Yogyakarta. ARTJOG 2025 Menutup Trilogi “MOTIF” yang digagas Kurator Hendro Wiyanto dengan Amalan. Setelah ‘Motif: Lamaran’ (2023) dan ‘Motif: Ramalan’ (2024), tema ‘Motif: Amalan’ ingin mengeksplorasi pertanyaan. Apakah seni dan praktiknya dapat dipahami sebagai tindakan baik atau “amalan”? Menata ulang pandangan konvensional nilai seni yang sering kali terbatas hanya pada nilai estetika, serta mempertimbangkan nilai praktik seni sebagai bentuk kebaikan bagi masyarakat luas, menjadi tujuan.
ARTJOG 2025—Motif: Amalan akan diselenggarakan pada 20 Juni hingga 31 Agustus 2025 di Jogja National Museum, Yogyakarta. Melibatkan 47 seniman dalam program pameran utama, 44 anak serta remaja dalam program ARTJOG Kids. Untuk program pameran, ARTJOG 2025 secara khusus menmpresentasikan dua karya seniman komisi: Anusapati (Yogyakarta) dan REcycle EXPerience (Bandung). Selain itu, tiga karya Special Project juga akan hadir yaitu dari Murakabi Movement (Yogyakarta), Ruang Rupa (Jakarta), dan Devfto Printmaking Institute (Bali).
Di samping pameran seni rupa, ARTJOG juga menawarkan berbagai cara menikmati dan merayakan seni, melalui serangkaian program pendukung. Love ARTJOG, program ini akan mengajak pengunjung mengikuti Curatorial Tour bersama kurator. Pendampingan khusus bagi anak-anak serta teman difabel, disediakan ARTJOG. Ada juga kesempatan bertukar gagasan langsung dengan seniman partisipan melalui program Meet The Artis.
Kesadaran sosial
Founder ARTJOG Heri Pemad menjelaskan, tema yang diusung tahun ini tidak datang begitu saja, tetapi lahir dari keinginan untuk menata ulang cara kita memandang seni, bukan sekadar menilai dari sisi keindahan, tapi lebih ke arah kontribusinya dalam kehidupan nyata.
“Seni itu bukan sekadar sebagai ekspresi tetapi juga merupakan sebentuk rasa syukur, praktik harian, dan kesadaran sosial,” ujar Heri dalam Forum Media Gathering ARTJOG 2025 di Artotel Suites Bianti, Kamis (12/6/25).
Pada kesempatan ini, seniman Anusapati dari Yogyakarta dan REcycle-EXperience dari Bandung diundang secara khusus sebagai seniman komisi. Karya mereka hadir sebagai refleksi atas krisis lingkungan, terutama dari limbah dan barang-barang bekas. REcycle-EXperience bahkan menghadirkan robot raksasa dari mainan bekas, proyek yang sudah digarap Evan Driyananda dan Attina Nuraini sejak 2006. Pesannya jelas: bahwa sesuatu yang tampak tak berguna bisa punya nilai baru saat disentuh dengan kreativitas.
Sementara itu, Bambang Wicaksono selaku Kurator menambahkan, ARTJOG 2025 kali ini berupaya menunjukkan kepada publik bahwa seni bukanlah dunia yang terpisah dari kehidupan sehari-hari. Untuk itu, ARTJOG 2025 menghadirkan Special Project yang melibatkan berbagai ruang kreatif seperti ruang rupa dari Jakarta, Murakabi Movement, dan DEVFTO Printmaking Institute dari Bali.
“Mereka tidak hanya memajang karya, tapi juga mengundang pengunjung untuk ikut aktif, mulai dari lokakarya cetak grafis hingga proses belajar bersama soal praktik hidup berkelanjutan. Semua ini memperkuat gagasan bahwa seni bisa menjadi alat belajar, ruang pertemuan gagasan, dan bentuk keterlibatan nyata,” ujar Bambang
Satu program baru bertajuk Spotlight juga turut memeriahkan ARTJOG 2025, menghadirkan presentasi karya kolaborasi Reza Rahardian. Program ini menjadi bagian dari rangkaian perayaan 20 tahun kariernya di dunia seni peran. Karya instalasi seni berjudul Eudaimonia ini merupakan hasil kolaborasinya dengan sederet seniman terkemuka. Di antaranya: Garin Nugroho (Sutradara), Siko Setyanto (Koreografer), Aditya Surya Taruna (Komposer), Andra Matin (Arsitek), Davy Linggar (Fotografer & Videografer), dan Retno Ratih Damayanti (Penata Kostum). Perpaduan berbagai bidang profesi. Menghadirkan Spotlight sebagai tempat munculnya karya-karya lintas batas yang segar dan relevan.
Love ARTJOG
Sebagai sebuah perayaan seni, ARTJOG 2025 juga tidak lupa pada komitmen sosialnya sehingga Program LoveARTJOG yang sudah berjalan sejak 2020 tetap hadir sebagai ruang ramah difabel. Mulai dari penyediaan akses dan fasilitas, hingga program khusus seperti Open Arms yang memungkinkan teman-teman difabel terlibat langsung sebagai seniman dan staf produksi.
“Tahun ini, Love ARTJOG bahkan menyiapkan sesi studio terbuka, di mana publik bisa melihat proses kreatif mereka dari dekat,” tandas Bambang.
ARTJOG 2025 juga mengagendakan beragam bentuk pertunjukan dalam performa ARTJOG. Mengasah sensibilitas dengan berpartsipasi dalam kegiatan Love ARTJOG dan Artcare Indonesia. Serta, menjelajahi kancah seni lokal lewat Jogja Art Weeks. Untuk informasi lengkap mengenai tata cara berkunjung dan agenda program publik, pembaruan bisa diikuti melalui situs web www.artjog.id dan seluruh akun media sosial resmi ARTJOG.[]
Reporter: Harta Nining Wijaya
Editor : Ajiwan