Views: 7
Solidernews.com, Yogyakarta. ADA kemeriahan berbeda pada Kamis (18/7) malam, di Bakmi Maju Tak Gentar dengan Sinau Ngejess-nya. Lokasi yang tak begitu luas dan berada di sebuah gang sempit, tak menyurutkan ratusan orang mendatanginya. Memadati lokasi, dan area di sepanjang jalan dan gang. Ada apakah di sana? Kolaborasi angklung siswa tuli SLB Karnnamanohara dengan para pemusik jazz professional, rupanya menjadi magnet. Satu pertunjukan tak biasa, dan belum pernah ada sebelumnya.
Karuan saja tak semua pengunjung, bisa ditampung. Apalagi mendapatkan kursi untuk menikmati suguhan apik nan langka itu. Benar adanya, bahwa kolaborasi itu baru yang pertama kalinya terjadi di Jogja. Pun demikian di Sinau Ngejess, yang berada di Jalan Puntodewo Nomor 8, Wirobrajan, Yogyakarta itu.
Tiga puluh dua bocah tuli dengan alat musik angklung di tangannya. Berbaris tiga sap, mereka dipandu seorang konduktor yang tak lain guru mereka. Lalu, alunan ansamble angkung pun memecah keheningan. Direspon berbagai alat musik (saxophone, gitar, drum dan piano) semakin menghadirkan aura magis. Menghangatkan dinginnya malam di musim bediding. Yaitu istilah Bahasa Jawa untuk menyebut perubahan suhu yang mencolok, khususnya di awal musim kemarau.
Dua lagu disajikan pada penampilan berdurasi singkat (10 menit) mereka malam itu. Jazz standart Fly Me to the Moon yang dipopulerkan Frank Sinatra, disajikan pertama. Berikutnya, lagu balada lembut tentang ketidakmampuan menolak jatuh cinta, “Can’t Help Falling in Love”. Salah satu lagu Elvis Presley yang paling terkenal dan romantis.
Ikhlas sesungguhnya
Kemeriahan tepuk tangan tanpa suara (silent clap) hadirin, mengapresiasi dua repertoar yang disuguhkan. Beragam ekspresi pun menyeruak sepanjang repertoar dimainkan. Ada suka cita dan bahagia. Ada yang terkesima, tanpa kata-kata. Ada yang berkaca-kaca menahan air mata. Ada pula yang menyekanya, karena tak sanggup membendungnya.
Terlebih ketika pemilik Warung Bakmi Maju Tak Gentar Widodo, menyampaikan sambutan apresiasinya. “Mereka tak mendengar, tak tahu warana suara yang mereka berikan. Mereka berbagi tapi tidak tau apa yang dibagikannya. Semantara kita semua bahagia, bersuka cita. Ini yang namanya ikhlas yang sebenarnya,” ujar pria yang sekaligus inisiator SInau Ngejess itu.
“Tanpa kesempatan yang diberikan Pak Dodo, mereka tidak akan bisa hadir dan tampil di sini. Kesempatan menghadirkan kesetaraan. Bahwa tidak ada yang tidak mungkin, ketika kesempatan yang hadir dioptimalkan,” demikian Agoes Widhartono merespon penampilan malam itu.
Ada cerita
Sebelum kolaborasi musik dimainkan, pemandu acara atau Master of Ceremony (MC) Wurry Oene, mengantarkan dengan cerita latar belakang kolaborasi terjadi. Ada ceritanya. Yaitu Kelompok Perspektif Yogyakarta, yang menginisiasinya. “Kesempatan kali ini tidak datang begitu saja, ujar dia. Sebelumnya, pada 2018, Ansambel Angklung SLB Karnnamanohara pernah tampil pada pameran seni rupa Kelompok Perspektif, yang dihadiri Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, di Museum Sonobudoyo. Dua orang wartawan senior, yakni Mas Agoe AWD dan mbak Nining, mengawali ide kolaborasi ini,” ujar Wurry.
Adapun, Ansambel Angklung SLB Karnnamanohara. Lahir dari kegiatan bermusik, yang merupakan bagian proses pembelajaran mata pelajaran Persepsi Bunyi dan Irama (PBI), di sekolah khusus tuli itu. Selama satu dekade, ansambel angklung ini telah puluhan kali menampilkan kebolehannya, di berbagai ajang gelar seni dan budaya.
Kolaborasi angklung ber-genre jazz dengan para pemusik jazz professional malam itu, diakhiri dengan foto bersama. Foto keluarga. Next step, tampil dengan iringan orchestra, menjadi harapan yang hendak diwujudkan. Dibutuhkan kolaborasi banyak pihak dalam mewujudkannya.[]
Reporter: Harta Nining Wijaya
Editor : Ajiwan Arief