Views: 48
Solidernews.com, Bantul – Jogja istimewa, ungkapan ini sudah puluhan tahun mengemuka di masyarakat. Keragaman budaya serta tempat wisata yang seabrek tumbuh dan menjadi daya tarik kebanyakan orang untuk berkunjung ke kota ini menjadi sebagian alasan mengapa kota ini digadang-gadang sebagai kota yang istimewa. Dibalik predikat yang “renyah” itu, Yogyakarta masih punya pekerjaan rumah besar untuk membuat warga yang tinggal di wilayahnya menjadi benar-benar berdaya dan bermanfaat untuk orang lain. Tak hanya soal upah buruh yang rendah dan harga protpertinya yang tinggi yang kini jadi wacana arus utama oleh banyak pihak, namun juga persoalan angkutan umum yang mudah diakses dan menjangkau seluruh pelosok Yogyakarta masih jadi persoalan besar.
Sudah puluhan tahun pula, Yogyakarta masih memiliki PR besar terkait transportasi umum. Tak hanya soal ketersediaanya yang masih seadanya, persoalan akssibilitas bagi difabel, serta ketidakmerataan akses dari sisi daerah yang dijangkau juga masih minim. Kondisi inilah yang membuat difabel yang memiliki hambatan mobilitas tidak dapat leluasa untuk bepergian di lingkup wilayah Yogyakarta. Dibutuhkan upaya yang lebih besar bagi difabel di Yogyakarta untuk dapat berpartisipasi dan menjangkau sejumlah kegiatan dan layanan yang tersedia di kota gudeg ini. Transportasi online merupakan angin segar bagi difabel di Yogyakarta untuk bermobilitas. Namun tarifnya yang makin hari makin mahal menyebabkan persoalan lagi dalam bermobilitas. Oleh karenanya, dibutuhkan cara-cara kreatif agar dapat mengatasi hambatan tersebut.
Ambulance, Alternatif Difabel Jogja untuk Bermobilitas
Dahulu, ambulance identic dengan angkutan untuk orang sakit. Namun anggapan tersebut kini sudah berbeda. Saat ini ambulance bukan hanya untuk orang sakit, tetapi juga sering dilibatkan dalam berbagai acara dikalangan difabel khususnya untuk wilayah Bantul dan Yogyakarta pada umumnya. Berdasar uraian tersebut maka pantas kalau dimunculkan istilah ambulance sahabat difabel.
Salah satu kegiatan difabel yang belum lama ini melibatkan ambulance adalah Tablig Akbar dan Sarasehan yang bertema “mnjadi pengusaha yang dirindukan surga”. Kegiatan yang diprakarsai oleh Himpunan Disabilitas Muhammadiyah (Hidimu) ini, melibatkan difabel perwakilan dari kabupaten dan kota yang ada di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Adapun lokasi kegiatan berada di kantor Pengurus Wilayah Muhmmadiyah (PWM), yang beralamat di Jalan Gedong Kuning Yogyakarta.
Menariknya, kegiatan ini melibatkan beberapa ambulance milik Lembaga Amil Zakat Infak dan Sedekah Muhammadiyah (Lazizmu). Ambulance-ambulance tersebut mengangkut difabel yang mempunyai kendala transportasi menuju lokasi sarasehan. Setidaknya terdapat tujuh ambulance yang dikerahkan. Armada ambulance tersebut bersala dari Kecamatan Imogiri, Pundong, Pandak, Bambanglipuro, Srandakan, Sewon dan Pleret.
Sejauh ini untuk mengatasi hambatan transportasi bagi difabel, berbagai kegiatan komunitas difabel telah melibatkan ambulance. Selain dalam kegiatan tersebut, berbagai agenda lain yang melibatkan masyarakat difabel juga melibatkan ambulance. Beberapa kegiatan seperti vaksinasi massal saat pandemi COVID – 19 silam serta kegiatan yang diorganisir oleh DIFAGANA DIY juga melibatkan ambulance untuk mengangkut difabel dari rumah masing-masing ke tempat kegiatan.
Fandi (37), salah seorang pengemudi ambulance Lazizmu Kecamatan Imogiri Bantul mengungkapkan bahwa dia sudah sering mengantar difabel untuk menghadiri suatu kegiatan, Pada kegiatan Pelayanan Jaminan Kesehatan Terpadu (Jamkesus) periode kedua tahunn 2023 silam adalah partisipasi Fandi yang ketiga untuk penjemputan difabel peserta Jamkesus. Sebelumnya dia sudah pernah dilibatkan dalam kegiatam Jamkesus periode I tahun 2023 di Bulan Mei.
Harapan dan pengakuan difabel Bantul
Kepada Solider, Dasilah (49) menyampaikan bahwa dirinya dan beberapa orang teman difabel pernah dibantu oleh ambulance. Ketika itu mereka mengikuti kegiatan pelatihan budidaya ikan gabus di Kabupaten Kulon Progo. Merasa kesulitan dalam hal transportasi karena jarak yang lumayan jauh, teman-temannya mencoba meminta bantuan ambulance untuk antar jemput saat mengikuti pelatihan. Permintaan tersebut membuahkan hasil.
Sebelumnya Dasilah dan teman-tamanya sempat khawatir, apakan keinginannya mendapatkan bantuan antar jemput menggunakan amabulance tersebut berhasil, mengingat kegiatan pelatihan yang diikuti tersebut bukan hanya sehari, tetapi beberapa kali. Pelatihan dilakukan selama enam (6) bulan, setiap hari Sabtu dua (2) pekan sekali. Dan selama mengikuti pelatihan tersebut ambulance selalu hadir untuk membantu difabel yang kesulitan dengan transportasi.
Sebenarnya Dasilah hanya merupakan salah satu contoh difabel yang sering menggunakan jasa ambulance bagi difabel yang kesulitan dengan akses transportasi. Masih banyak difabel dari Bantul yang sering menggunakan jasa ambulance baik dari Lazismu, Palang Merah Indonesia (PMI), atau lembaga amal lainnya.
Sementara itu, Muhammad Farid Hadiyanto, selaku sekretaris MPKS (Majelis Pembinaan Kesejahteraan sosial) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) bantul mengungkapkan bahwa membeli Ambulanmu tujuanya untuk menolong agama Allah. Ia memaparkan, di muhammadiyah mengimplementasikan surat Al Maun..
“Ambulanmu muhammadiyah adalah gerakan sosial binaan Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial PDM bantul. Salah satu program di Majelis Pembinaan Kesejahteraan sosial adalah peduli difabelitas.[]
Reporter: Dwi Windarta
Editor : Ajiwan Arief