Views: 15
Solidernews.com – Pada peringatan Hari Ayah yang jatuh setiap 12 November, kisah inspiratif seorang ayah difabel netra bernama Anak Agung Ngurah Mayun Juliawan patut mendapatkan sorotan. Terlahir di Bali, ia menunjukkan bahwa kondisinya sebagai seoarng difabel bukanlah penghalang untuk membesarkan anak-anaknya dengan penuh kasih sayang, disiplin, dan nilai-nilai luhur.
Anak Agung Ngurah Mayun Juliawan merupakan sosok yang dikenal di lingkungannya sebagai pria penuh semangat dan aktif berkegiatan dalam acara-acara adat di lingkungan desanya. Ia berhasil menjadi pilar keluarga yang tangguh. Dengan penuh perjuangan, ia membesarkan dua anaknya hingga kini berhasil menempuh jenjang perguruan tinggi.
Anak sulungnya, Gung Satria, saat ini berada di semester lima. Sementara putrinya, Gung Savitri, baru saja memulai langkahnya di bangku kuliah sebagai mahasiswa semester satu. Keduanya tumbuh menjadi pribadi yang cerdas, tangguh, dan penuh empati, buah dari didikan ayah mereka yang tidak pernah menyerah pada keadaan.
“Sebagai seorang ayah, saya ingin mereka memahami arti perjuangan. Saya ingin anak-anak saya tahu bahwa tidak ada mimpi yang terlalu tinggi jika kita memiliki keberanian untuk berusaha,” ujar Anak Agung Ngurah dengan bangga.
Keseharian Anak Agung diwarnai dengan aktivitas produktif. Ia aktif berwirausaha kecil-kecilan, mendukung kebutuhan pendidikan anak-anaknya, dan tak jarang memberikan motivasi kepada para difabel lainnya di organisasi PERTUNI yang dipimpinnya. Prinsip hidupnya sederhana: memberikan contoh kepada anak-anaknya tentang pentingnya kerja keras, ketulusan, dan rasa syukur.
Di balik kekuatan Anak Agung Mayun, hadir seorang pendamping hidup yang setia, istrinya, Gusti Ayu Juliani, yang bukan difabel. Ia adalah sosok tulang punggung emosional keluarga, yang mendampingi perjalanan hidup suaminya selama puluhan tahun.
“Perjalanan kami tentu tidak selalu mudah, tetapi satu hal yang saya pelajari dari Ngurah Mayun adalah keteguhan hati. Ia selalu melihat segala sesuatu dari sisi positif dan mengajarkan kami untuk bersyukur atas apa yang kami miliki,” ungkap Gusti Ayu Juliani.
Ayu Juliani juga berperan penting dalam mendidik kedua anak mereka, memastikan bahwa mereka tumbuh dengan rasa hormat terhadap ayah mereka dan memahami arti perjuangan. “Bagi saya, cinta dan kerja sama adalah kunci utama. Kami berbagi tugas dalam mendidik anak-anak, dan Ngurah Mayun selalu menjadi sosok ayah yang penuh kasih dan inspirasi,” tambahnya.
Gung Satria dan Gung Savitri pun kerap menyebut ayah mereka sebagai “pelita di tengah kegelapan”. Meski mereka tumbuh tanpa penglihatan ayah mereka secara fisik, cinta dan dukungan Anak Agung Ngurah Mayun terasa terang menyinari jalan hidup mereka. “Kami selalu bangga memiliki ayah seperti beliau. Beliau adalah guru kehidupan bagi kami,” kata Gung Satria saat ditemui solidernews.com.
Peringatan Hari Ayah ini menjadi momen refleksi untuk merayakan figur ayah seperti Anak Agung Ngurah Mayun Juliawan. Bersama istrinya yang setia mendampingi, ia membuktikan bahwa cinta dan dedikasi dalam sebuah keluarga melampaui segala keterbatasan fisik. Sosoknya mengajarkan bahwa seorang ayah bukan hanya sekadar kepala keluarga, melainkan cahaya yang membimbing keluarganya menuju masa depan yang lebih baik.[]
Penulis : Harisandy
Editor : Ajiwan