Views: 45
Solidernews.com – Pada November 2024, Museum Sonobudoyo kembali menggelar acara tahunan bertajuk Annual Museum Exhibition (AMEX), kali ini dengan tema Meet The Myth: From Mythology to Art and Sustainability. Pameran ini berlangsung di Gedung Saraswati, mulai 6 November hingga 31 Desember 2024. Dalam pameran ini, pengunjung diajak menjelajahi dunia figur-figur mitologi, seperti makhluk-makhluk yang dikenal lewat dongeng, legenda, dan cerita rakyat yang ada di Nusantara. Figur-figur tersebut dihidupkan kembali melalui karya seni yang penuh imajinasi.
Acara ini sekaligus menjadi bagian dari perayaan ulang tahun Museum Sonobudoyo, yang berdiri sejak 6 November 1935. Selain memperingati momen bersejarah, pameran ini bertujuan untuk melestarikan budaya dan menggali nilai-nilai yang terkandung dalam mitologi agar tetap relevan dengan kehidupan masa kini.
Tema pameran ditampilkan dalam berbagai bentuk artistik, seperti figur zoomorfik (berbentuk hewan), antropomorfik (berbentuk manusia), atau perpaduan keduanya. Berbagai karya seni yang terinspirasi dari koleksi museum Sonobudoyo atau karya dari museum tamu dipamerkan, termasuk instalasi dengan teknologi video mapping yang menghadirkan pengalaman visual modern. Selain itu, pameran ini juga mengangkat pesan tentang keberlanjutan, khususnya isu ekologi dan pelestarian lingkungan.
Aryo, selaku kurator seni di Museum Sonobudoyo menjelaskan bahwa ini menjadi ajang untuk kembali melestarikan kekayaan budaya dan seni yang ada di Indonesia. Figur mitologi yang dipamerkan itu tidak hanya sebuah karya kosong. Melainkan ada makna, ilmu, pesan moral, dan kearifan lokal yang kuat memancar dari tiap-tiap karya.
“Nah, ini sekaligus menjadi ajang edukasi dan perenungan bagi pengunjung, mas. Selain itu, kami ingin membangun museum yang inklusif, kaya akan edukasi, informasi, serta dapat menjadi ajang rekreasi yang bernilai kebudayaan,” ungkap Aryo pada Solidernews.com pada 20 November 2024.
Mengajak Difabel Rekreasi dan Belajar Bersama
Tepat dua minggu berjalan, pada 20 November 2024 Museum Sonobudoyo dalam gelaran AMEX 2024 turut menghadirkan rekan-rekan difabel untuk menikmati karya yang ada di lokasi pameran. Agenda hari ini dibantu oleh Broto selaku pimpinan relawan dari Love Artjog bersama relawan, untuk ikut mendampingi rekan-rekan difabel yang hadir di hari ini.
Hampir sebanyak 20 peserta ikut dalam agenda sore ini. Rekan-rekan difabel berkumpul di pintu timur tempat pagelaran AMEX 2024 diadakan. Bersama para relawan dan kurator seni, acara sore itu pun dimulai.
Broto selaku pimpinan para relawan, pada wawancara 20 November 2024, menjelaskan bahwa acara hari ini memang undangan dari Museum Sonobudoyo untuk menghadirkan rekan-rekan difabel. Selain itu, pada minggu yang sama, Broto dan beberapa rekannya juga akan turut menghadirkan siswa-siswi SLB dari beberapa sekolah untuk turut belajar dan rekreasi bersama di Museum Sonobudoyo dalam acara AMEX 2024.
“ya, ini memang atas undangan dari Sonobudoyo. Mereka menghubungi saya untuk membuat tour pameran bersama rekan-rekan difabel yang ada. Selain itu, saya juga akan mengajak siswa-siswi SLB di sekitar sini untuk ikut menikmati acara AMEX 2024 ini,” tutur Broto.
“Tentunya kami begitu senang dan menyambut baik kedatangan dari rekan-rekan difabel. Hal itu juga selaras dengan tujuan kami untuk membuat museum yang ramah serta inklusif bagi masyarakat difabel. Jadi, kehadiran rekan-rekan difabel pada sore ini, sangat membuat kami merasa senang,” tutur Aryo saat ditanya kedatangan rekan-rekan difabel.
Belajar Makhluk Mitologi
Sesuai penjelasan dari Aryo selaku kurator di agenda AMEX 2024 sekaligus staf Sonobudoyo, pameran kali ini menghadirkan figur-figur mitologi. Di mana salah satu tujuan dari pameran ini adalah kembali memberikan pengetahuan kekayaan budaya lokal Indonesia. Selain itu, memaknai kehadiran-kehadiran figur mitologi dari khazanah nusantara. Representasi yang ditampilkan antara lain: Garuda, Naga, Kura-Kura, perpaduan dari beberapa hewan, dan sebagainya. Seperti karya PaksiNagaLiman yang berbentuk sebuah perpaduan hewan burung, naga, dan gajah.
Aryo menjelaskan di tengah peradaban yang semakin maju ini, dimana ilmu pengetahuan dan logika senantiasa ditinggikan, mitos-mitos tradisional menjadi semakin ditinggalkan, atau malah dipahami sebagai semata-mata legenda atau bahkan dongeng. Padahal, mitos, sejatinya merupakan wujud kearifan lokal yang sarat akan nilai-nilai, norma, dan pengetahuan.
“Dalam setiap kebudayaan, banyak mitos yang secara spesifik diciptakan sebagai media, untuk mengajarkan hal-hal yang dianggap penting bagi kebudayaan tersebut. Sepanjang perjalanan eksistensinya, mitos pun berfungsi sebagai pengingat akan kebijaksanaan leluhur, yang telah mengalami berbagai tantangan dalam hidup, dan menemukan cara terbaik untuk mengatasinya,” tutur Aryo pada wawancara 20 November 2024.
Selain itu, tentunya Masyarakat pernah mendengar mitos tentang roh atau dewa yang bersemayam di hutan, sungai, atau gunung, yang tidak segan mengganggu, mengutuk atau menghukum manusia. Eksistensi mahluk mitologi inilah yang secara tidak langsung memaksa masyarakat untuk menghormati alam, dan tidak mengeksploitasi sumber daya secara berlebihan, serta mengajarkan untuk menghindari perilaku serakah dan mendorong kesederhanaan.
Mulai dari ruang satu, rekan-rekan difabel bersama relawan di sambut tentang proyeksi pameran, figur naga, dan sejenisnya. Memasuki ruang ke dua, ada sejarah tentang bagaimana pada akhirnya simbol garuda itu ditetapkan untuk menjadi lambang Indonesia. Tentu di sini rekan-rekan relawan menjadi teman bisik bagi difabel netra untuk memahami pameran yang ada. Hingga pameran seni berakhir di ruang 8 yang berisikan tempat untuk berkreasi. Mulai menggambar, berfoto, dan sebagainya.
Caption, pencahayaan, kehadiran Gallery Sitter, beberapa replika figur mitologi, dan penjelasan dari relawan cukup membuat penulis yang juga difabel netra, dapat menikmati tour di AMEX 2024 dengan baik.
Kesan-Kesan Peserta Difabel
Nabil, peserta difabel yang ikut acara sore ini mengungkapkan kalau acara ini begitu menyenangkan. Banyak hal baru yang ia pahami. Namun, ia menjelaskan kalau ada beberapa hal yang harus diperbaiki dari pameran ini.
“Soal jumlah gallery sitter itu sebaiknya ditambah. Agar saat ada pengunjung itu tidak terjadi kerumunan yang menyebabkan informasi tidak terserap dengan baik. Selain itu, kehadiran gallery sitter ini begitu penting bagi pengunjung difabel. Sebab tidak semua relawan itu paham tentang karya seni yang dijaga dan dipajang,” ujar Nabil.
Yudha, peserta difabel lain pun ikut menimpali, “Secara layout pameran sudah aksesibel bagi difabel. Tidak ada tangga yang menyulitkan, serta medan pameran cenderung landai. Informasi caption pun jelas dan dapat diserap difabel dengan mudah.”
Yuda juga menambahkan masukkan untuk pameran AMEX bahwasannya edukasi kepada para pegawai pameran tentang pemahaman disabilitas penting diadakan. Workshop, pelatihan, dan pembinaan menjadi hal yang akan menambah wawasan para rekan di pameran. Selain itu, Gallery Sitter yang menjaga juga harus dilatih agar tidak gugup saat menghadapi pengunjung difabel.
Para rekan difabel berharap semoga kedepannya makin banyak pameran yang melibatkan difabel. Baik secara persiapan, menjadi pengunjung, dan bahkan juga ikut berpartisipasi dalam karya. Museum Sonobudoyo telah mewujudkan komitmennya untuk membangun museum yang inklusif. Kehadiran rekan-rekan difabel di AMEX 2024 dapat menjadi bukti nyata dari aktualisasi nilai inklusif yang mereka terapkan.[]
Reporter: Wachid Hamdan
Editor : Ajiwan