Views: 34
Solidernews.com – Huruf Breille, tulisan untuk difabel netra ini mungkin sudah berabad lamanya jadi andalan untuk mengakses literasi. Sistem huruf timbul ini memang secara spesifik memudahkan kawan difabel netra mengenal budaya tulis dan membaca. Hal ini juga sejalan dengan konsep budaya manusia yang beradab, bahwa kemampuan membaca dan menulis merupakan pembeda dari manusia, dan makhluk lain.
Namun, ditengah gempuran teknologi yang memudahkan semua orang untuk mengakses informasi, sejauhmana urgensi braille bagi kehidupan dan akses literasi bagi kawan difabel netra?
Ali Affandi, seorang pria difabel netra dari Bandung, telah menjadi tokoh sentral dalam upaya memperluas literasi bagi teman-teman netra melalui penggunaan huruf braille. Sejak 2015, Ali telah dengan penuh dedikasi mengurus unit braille di lembaga SIGAB Indonesia, memberikan akses dokumen dan literatur kepada teman-teman netra. Berbekal kampuannya mengakses teknologi computer bicara serta mesin cetak braille yang dibeli dari luar negeri oleh lembaga Sigab. Sudah hamper satu decade Ali Affandi mendedikasikan hidupnya untuk membuka akses literasi dan dokumen bagi sesame kawan netra.
“Meskipun teknologi terus berkembang, tulisan braille tetap esensial bagi komunitas netra,” ungkap Ali. Dia menyoroti pentingnya huruf braille, khususnya dalam mengakses Al-Qur’an bagi mereka.
“Bagi yang membaca, huruf braille adalah jembatan yang tak tergantikan.”
Ali telah mencetak berbagai buku dengan huruf braille, tidak hanya untuk teman netra, tetapi juga untuk pembaca lainnya. Di luar negeri, penggunaan huruf braille dalam produk-produk semakin umum, memberikan kemudahan bagi konsumen netra.
Dia berharap Indonesia dapat mengadopsi hal serupa dengan menyisipkan huruf braille dalam produk-produk, memperluas akses bagi komunitas netra. Ali terus berkomitmen untuk memperjuangkan keberlangsungan dan kebutuhan akan huruf braille, meskipun kemajuan teknologi terus berlanjut.
Dalam penggunaan mesin terkini, telah terjadi kemajuan yang signifikan dalam hal kualitas. Namun, jika merujuk pada produksi dalam skala besar, masih terdapat sejumlah kekurangan yang perlu diperhatikan. Khususnya bagi teman-teman netra, pesan penting yang perlu diingat adalah tidak melupakan esensi dari huruf Braille, meskipun teknologi telah memberikan akses yang lebih mudah bagi mereka.
Ali Affandi mengatakan, “Secara kualitas mesin yang di gunakan sudah bagus namun untuk sekala produksi besar belum memadai.”
Huruf Braille tetap menjadi elemen krusial dalam memungkinkan akses terhadap informasi bagi komunitas netra. Dalam menghadapi era teknologi yang terus berkembang, keberadaan huruf Braille tetap tidak bisa tergantikan. Oleh karena itu, pengembangan yang lebih besar perlu dilakukan dalam memastikan bahwa mesin-mesin terbaru dapat menghasilkan produk dengan kualitas yang memadai, sekaligus mempertahankan pentingnya huruf Braille sebagai kunci akses bagi teman-teman netra kita.
“Harapn untuk teman-teman netra tidak melupakan huruf braille seperti temen-teman yang awas meskipun teknologi sekarang sudah banyak yang akses untuk temen netra. karena bagaimanapun huruf braille itu huruf kita,” imbuhnya.[]
Reporter: Apipudin
Editor : Ajiwan Arief