Search
en id

Gunakan fitur ACCESSIBILITY melalui tombol bagian kanan bawah sebagai preferensi untuk kenyamanan Anda.

Aksesibilitas Ruang Publik yang Belum Ramah bagi Semua Ragam Difabel

Views: 12

Solidernews.com –  Aksesibilitas adalah segala bentuk implementasi desain infrastruktur, fasilitas dan layanan yang mengakomodasi  difabel sehingga mereka dapat bepergian dan berpartisipasi dalam mengakses layanan umum tanpa halangan atau hambatan.

 

Mengapa aksesibilitas penting?

Ada beberapa alasan yang membuat aksesibilitas ruang publik menjadi hal yang penting, beberapa alasan tersebut yaitu:

  • Mempromosikan inklusi: dengan menghilangkan hambatan fisik maupun hambatan sosial, aksesibilitas di layanan publik membawa rasa inklusifitas sehingga mengizinkan difabel dapat berpartisipasi penuh di kehidupan masyarakat.
  • Meningkatkan kualitas hidup: dengan adanya aksesibilitas yang bagus maka orang dengan difabel dapat melakukan aktivitas yang dapat meningkatkan kualitas hidup mereka.
  • Mengimplementasikan undang undang yang sudah dibuat negara: dengan adanya aksesibilitas ruang publik yang aksesibel, maka sama halnya dengan pemerintah melaksanakan amanat yang ada pada UU 8 tahun 2016 dan pasal pasal lainnya terkait difabel.
  • Menguntungkan bagi semua: ini merupakan poin yang paling penting, apabila aksesibilitas yang disediakan di ruang publik aksesibel, maka bukan hanya menguntungkan orang difabel saja namun juga menguntungkan bagi orang dengan kondisi nondifabel.

 

Bentuk-bentuk aksesibilitas

ada banyak bentuk aksesibilitas yang bisa penulis jabarkan, namun untuk mengenalkan kepada pembaca penulis akan menulis 3 bentuk saja. Adapun bentuk bentuk aksesibilitas yaitu:

  • Aksesibilitas fisik: adanya ramp, lift, pintu yang lebar, guilding block, dan lain lain.
  • Aksesibilitas sensori: alarm visual, adanya huruf braille, adanya quiet room dan deskripsi audio.
  • Aksesibilitas kognitif: papan tanda dengan bahasa yang sederhana, papan tanda yang ramah untuk difabel disleksia, ruang publik yang rapih.

fasilitas publik seperti restoran, toilet, tempat rekreasi dan lain sebagainya harus dipastikan nyaman bagi para difabel yang akan menggunakannya.

 

Masalah aksesibilitas yang masih sering terjadi

Ada masalah umum yang sering disoroti terkait aksesibilitas seperti ramp yang terlalu terjal, pintu yang kurang lebar di banyak fasilitas umum, guilding blok yang belum aksesibel, adanya huruf braille yang kurang bisa terbaca oleh difabel netra dan lain sebagainya. Namun ada masalah lainnya terkait aksesibilitas yang jarang diperhatikan oleh orang lain, bahkan luput dari banyak organisasi difabel yang biasanya melakukan audit terhadap layanan publik. Masalah yang penulis maksud adalah pada yaitu pada saat audit aksesibilitas layanan publik yang banyak dilaksanakan lebih banyak fokus pada aksesibilitas dalam bentuk fisik saja.

 

Untuk aksesibilitas dalam bentuk sensori masih sedikit jumlahnya. Adapun aksesibilitas dalam bentuk kognitif yang lebih jarang lagi terdengar dibandingkan difabel sensorik. Jika melihat dari jenis difabel yang bisa menikmati aksesibilitas layanan publik, difabel mental adalah jenis difabel yang paling jarang bisa menikmati aksesibilitas yang seharusnya disediakan untuk mereka di fasilitas layanan publik. Contohnya, seberapa banyakkah fasilitas di ruang publik yang sudah menyediakan quiet room agar orang dengan kondisi mental bisa menenangkan diri setelah mendapatkan stimulus sensori yang tidak enak? Seberapa banyak jumlah papan tanda dengan huruf yang ramah disleksi? Ada berapa banyak papan tanda dengan bahasa sederhana yang mudah dipahami individu autistik dan ADHD?

 

Padahal dalam UU 8 tahun 2016 jenis difabel yang diakui itu ada fisik, intelektual, mental dan sensorik. Namun implementasinya, seolah olah aksesibilitas itu hanya untuk difabel fisik jenis daksa saja. Sedangkan difabel sensorik jumlah aksesibilitas di ruang publik yang bisa mereka nikmati masih terbatas jumlahnya. Sedangkan jumlah aksesibilitas di ruang publik untuk difabel mental dan intelektual jauh lebih sedikit jumlahnya dibandingkan aksesibilitas yang bisa dinikmati difabel fisik daksa maupun difabel sensorik. Ini masalah serius, karena seharusnya aksesibilitas bisa dinikmati semua ragam difabel, bukan hanya difabel tertentu saja.[]

 

Penulis: Rahmat Fahri Naim

Editor      : Ajiwan

 

Biodata penulis

Rahmat Fahri Naim merupakan individu dengan difabel ganda. Pertama ia memiliki kondisi spektrum autisme. Kedua, ia memiliki kondisi narkolepsi, kondisi yang masuk dalam kategori gangguan langka atau rare disorder. Saat ini tergabung di Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel Indonesia. Ia memiliki minat untuk mendalami isu isu Invisible Difability atau yang dalam Bahasa Indonesianya disebut difabel tak kasat mata. Penulis bisa dihubungi melalui akun r_fahri_n yaitu id instagramnya.

 

Bagikan artikel ini :

TULIS KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

BERITA :

Berisi tentang informasi terkini, peristiwa, atau aktivitas pergerakan difabel di seluruh penjuru tanah air