Search
en id

Gunakan fitur ACCESSIBILITY melalui tombol simbol biru bagian kanan agak atas sebagai preferensi untuk kenyamanan Anda.

Akomodasi Layak Yang Disediakan Pada Pelatihan UNCRPD-SDG BRIDGE ASEAN Cycle

Views: 10

Solidernews.com – Bagi penulis, pengalaman mengikuti pelatihan UNCRPD-SDG BRIDGE ASEAN Cycle di Bangkok selama satu minggu merupakan pengalaman yang tidak terlupakan. Ada banyak yang bisa penulis pelajari dari pelatihan ini. Namun yang ingin penulis bahas pada tulisan ini adalah bagaimana panitia pelatihan ini menyediakan akomodasi layak bagi peserta.

Pertama, akomodasi yang disediakan adalah Juru Bahasa Isyarat. Untuk akomodasi yang ini menurut penulis cukup umum disediakan di pelatihan manapun yang penulis ikuti, khususnya yang terkait difabilitas. Namun tentu perbedaan signifikannya adalah Juru Bahasa Isyarat yang satu ini menggunakan Bahasa inggris. Adapun JBI yang tersedia pada acara ini ada dua dengan tugas yang berbeda. Pertama, menerjemahkan kepada peserta dari Bahasa lisan ke Bahasa isyarat kepada peserta. Kedua yaitu menerjemahkan Bahasa isyarat yang dilakukan oleh fasilitator pelatihan Perempuan tuli yang berasal dari Mongolia ke Bahasa inggris secara lisan dengan Bahasa inggris yang mudah dipahami oleh peserta.

Kedua yaitu akomodasi dalam bentuk kartu dengan dua warna yang berbeda yaitu warna merah dan kuning. Untuk warna merah bentuknya trapezium, sedangkan warna kuning bentuknya persegi Panjang. Adapun fungsi kartu tersebut adalah memastikan peserta tidak tertinggal materi dan memastikan bahwa semua peserta memahami materi yang diberikan fasilitator. Untuk fungsi dari kartu kuning berguna untuk memperingatkan kepada fasilitator yang mengisi pelatihan bahwa kecepatan berbicaranya terlalu cepat. Sedangkan untuk kartu merah fungsinya untuk menghentikan fasilitator untuk berbicara. Untuk kartu merah selain dapat menghentikan fasilitator berbicara, peserta juga dapat menjelaskan hal apa yang membuat peserta menghentikan pembicaraan fasilitator. Misalnya, untuk mempersimple bahasa yang digunakan karena bahasa yang sebelumnya sulit dipahami dan lain sebagainya. Adapun alasan mengapa bentuk kartunya berbeda adalah agar peserta dengan difabilitas Netra bisa membedakan antara kartu merah dan kuning dengan meraba kartu tersebut.

Ketiga yaitu parfum, untuk parfum sebenarnya panitia acara tidak begitu sering menggunakannya selama pelatihan berlangsung berdasarkan pengamatan saya. Namun gunanya parfum adalah agar membantu peserta dengan difabilitas Netra untuk mengetahui letak papan yang dituju. Contoh, papan kritik dan saran memiliki bau Melati, sedangkan papan bau permen karet adalah papan untuk pertanyaan secara tertulis untuk fasilitator.

Keempat, panitia seringkali menunjukkan letak menggunakan suara dengan cara mengetuk ngetuk tempat yang ditunjuk. Contoh, “untuk kelompok 1 untuk membahas Indonesia terletak paling depan, Fahri mohon bantuannya agar mengetuk-ngetuk meja tempat berkumpulnya kelompok 1 agar membantu difabilitas Netra mengetahui tempat yang dimaksud”. Lalu Fahri akan mengetuk ngetuk tempat tersebut sesuai dengan instruksi dari fasilitator pelatihan. Terkadang, fasilitator pelatihan memberikan suara yang berbeda untuk menunjukkan Lokasi tertentu. Contoh, pada hari kelima pelatihan fasilitator menggunakan suara botol kaca yang dipukul menggunakan sendok untuk menujukkan letak tempat kelompok 5 yang terletak di posisi paling belakang.

Kelima, yaitu adanya kursi empuk yang terletak paling belakang tempat pelatihan. Kegunaan dari kursi ini adalah agar teman psikososial yang masih ingin mendengarkan fasilitator namun sedang barada pada situasi atau mood yang tidak bagus masih bisa mendengarkan materi tanpa dilibatkan untuk kegiatan seperti tugas kelompok, ice breaking dan lain sebagainya. Menurut penulis ini lebih mirip quiet room bagi individu dengan difabilitas mental jenis perkembangan, namun bukan versi idealnya.

Keenam yaitu Personal Assistant atau bahasa indonesianya disebut pendamping. Pendamping adalah pendamping yang ditunjuk orang dengan difabilitas yang meminta pendampingan untuk mendampingi dengan tujuan tertentu. Adapun tujuan adanya difabel memerlukan pendamping berbeda-beda. Ada yang tujuannya untuk pendamping mobilitas seperti yang dilakukan salah satu kenalan penulis yang asalnya dari kamboja, ada juga yang tujuannya untuk membantu menerjemahkan Bahasa inggris ke Bahasa asli negaranya seperti yang dilakukan kenalan penulis yang berasal dari brunei darusalam, dan tujuan tujuan lainnya.

Berdasarkan pengalaman penulis mengikuti pelatihan selama ini, untuk pelatihan-pelatihan di Indonesia biasanya menyediakan akomodasi untuk nomor 1 dan nomor 6. Namun penulis tidak pernah melihat pelatihan di Indonesia yang menyediakan akomodasi yang nomor 2,3, 4, dan 5. Padahal menurut penulis 3 nomor tersebut bukan hal yang sulit untuk dilakukan. Oleh karenanya, harus ada pelatihan di Indonesia yang memulai untuk menyediakan jenis akomodasi yang lebih beragam.[]

 

Reporter: Rahmat Fahri Naim

Editor     : Ajiwan

 

 

Bagikan artikel ini :

TULIS KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

BERITA :

Berisi tentang informasi terkini, peristiwa, atau aktivitas pergerakan difabel di seluruh penjuru tanah air

Skip to content