Search
en id

Gunakan fitur ACCESSIBILITY melalui tombol bagian kanan bawah sebagai preferensi untuk kenyamanan Anda.

Ajiwan Arief, Memaknai Lebaran dan Pertumbuhan Pribadi

Views: 32

Solidernews.com – Siapa yang tidak mengenal Ajiwan Arief? Ia adalah sosok yang dikenal luas di kalangan teman-teman difabel. Pria “berbadan luas” nan ganteng asal Yogyakarta ini memegang peran penting sebagai redaktur di Solider News. Meskipun interaksi secara langsung dengan beliau begitu singkat, yaitu kala penulis magang di Solider News, tapi interaksi online cukup intens. Namun, suara berat dan bijak yang meluncur dari bibirnya meninggalkan kesan mendalam bagi penulis. Masih jelas dalam ingatan. Dari gaya bicaranya yang penuh perhatian terhadap sesama, tergambar jelas bahwa Ajiwan adalah sosok yang peduli ke sesama dan berjiwa besar.

 

Setelah berbulan-bulan menahan diri dan mematuhi protokol kesehatan, momen berlebaran menjadi waktu yang dinanti-nanti bagi banyak orang, termasuk difabel. Bagi mereka, berlebaran bukan hanya sekadar ritual sosial, tetapi juga merupakan kesempatan untuk merayakan kembali keterlibatan dalam kehidupan sehari-hari dan memperkuat hubungan sosial. Dalam konteks ini, bagaimana Ajiwan memaknai lebaran kali ini? Apakah ia juga menggambarkan momen ini sebagai waktu yang penuh makna dan refleksi atas kemanusiaan?

 

Lebaran Bersama Keluarga, Titik Balik Ajiwan

Berlebaran merupakan waktu yang sempurna bagi difabel untuk berkumpul kembali dengan keluarga. Ini adalah kesempatan langka di mana mereka dapat bersama-sama dengan orang-orang yang dicintai, berbagi cerita, dan mempererat ikatan keluarga. Bagi Ajiwan, berkeluarga adalah titik balik hidupnya; sebelumnya, apa yang dirasakannya biasa-biasa saja, tapi setelah berkeluarga, ia telah menemukan gairah berlebaran, merasakan senang dan kebahagiaan kembali.

 

“Semakin dewasa, momen lebaran itu biasa aja. Tapi, setelah berkeluarga, aku menemukan kembali, bagaimana mengesankannya lebaran,” tutur Ajiwan.

 

Berlebaran juga memberikan kesempatan bagi difabel untuk memperkuat identitas mereka sebagai bagian integral dari masyarakat, khususnya keluarga. Dalam momen ini, Ajiwan diposisikan dirinya sebagai orang yang dituakan dalam keluarganya, sehingga momen lebaran mampu memperkuat identitas difabel.

 

“Setelah berkeluarga, setelah menjadi tetua di kalangan keluarga sepupu-sepupu, jadi di momen lebaran ini keluarga mengajak aku untuk memimpin sowan ke keluarga yang lebih tua. Biasanya aku menjadi juru bicara, mereka memandang aku bukan sebagai difabel, tapi memandangku sebagai orang yang lebih senior, dan lebih punya kecakapan berbicara,” ungkapnya dengan mantap.

 

Bagi difabel yang mungkin menghadapi hambatan dalam mobilitas atau aksesibilitas, momen ini dapat menjadi peluang emas untuk mendapatkan penguatan identitas diri dan perhatian dari orang-orang terdekat. Hal ini juga yang dirasakan oleh Ajiwan.

 

Momen Lebaran untuk Motivasi Diri, dan Introspeksi Diri

Lebaran bagi Ajiwan tak sekadar menjadi waktu untuk berkumpul bersama keluarga, tetapi juga merupakan momen yang memberikan inspirasi yang mendalam baginya. Meskipun banyak yang melihat lebaran sebagai waktu di mana orang cenderung menunjukkan keberhasilan dan prestasi mereka, Ajiwan memiliki pandangan yang berbeda. Baginya, momen ini justru menjadi titik awal untuk menguatkan semangat dan dorongan dirinya dalam mencapai impian dan tujuan hidupnya.

 

“Momen lebaran kalau dulu sebagai momen bertemu satu sama lain. Biasanya momen lebaran itu sebagai ajang pamer flexing, biasanya iri, kalau saya lebih ke motivasi ke diri sendiri,” tegasnya.

 

Bagi Ajiwan, lebaran adalah saat di mana ia merasa terdorong untuk lebih gigih lagi dalam mengejar impian dan aspirasinya. Alih-alih hanya sekadar melihat prestasi orang lain sebagai pameran yang sia-sia.

 

Ajiwan memandangnya sebagai sumber inspirasi yang mampu membakar semangatnya. Ia yakin bahwa melalui momen lebaran ini, ia bisa belajar dari kesuksesan orang lain dan memanfaatkannya sebagai motivasi untuk terus berusaha mencapai hal-hal besar dalam hidupnya.

 

Ajiwan menegaskan bahwa momen lebaran bukanlah sekadar perayaan biasa, tetapi juga merupakan waktu yang berharga untuk introspeksi diri dan pertumbuhan pribadi.

 

Difabel bisa loh, suatu saat. Bahkan zaman-zaman dulu ketika saudara-saudara saya pulang ke Jogja dan berbagi uang, aku dulu yang menerima uang, tapi sekarang aku yang memberikan uang kepada ponakan-ponakanku,” lanjutnya

 

Baginya, momen ini adalah peluang untuk merefleksikan kembali tujuan hidupnya dan membangun tekad yang kuat untuk mewujudkannya.

“Aku sering ngomong ke istriku, ‘Kalau aku merefleksikan aku 10 tahun yang lalu, aku ga mungkin kaya gini. Aku hanya lulusan S1 yang pengangguran,’ tapi sekarang berbeda, karena sudah berdaya, berkeluarga, dan bisa mudik layaknya orang lain. Mudiknya pun pakai transportasi yang layak, nyaman, yang orang lain memakainya, akupun mampu, ungkapnya.”

 

“Paling penting, aku harus lebih giat lagi, lebih semangat bekerja lagi demi untuk bisa bermanfaat,” tutupnya.

 

Dengan demikian, lebaran bagi Ajiwan bukan hanya tentang bersenang-senang, tetapi juga tentang membangun semangat dan keyakinan diri untuk meraih kesuksesan yang diimpikannya.

 

Dari cerita Ajiwan ini, kita dapat melihat betapa pentingnya momen lebaran bukan hanya sebagai perayaan, tetapi juga sebagai titik balik bagi pertumbuhan dan introspeksi diri. Melalui perjalanan Ajiwan Arief, kita memperoleh inspirasi bahwa di balik segala keterbatasan dan tantangan, kita masih memiliki potensi besar untuk tumbuh dan berkembang. Semangat dan tekad yang dimiliki Ajiwan mengajarkan kita untuk tidak pernah berhenti bermimpi dan berusaha, serta selalu memperhatikan kebermaknaan dan kebermanfaatan dalam setiap langkah yang kita ambil. Sehingga, mari kita jadikan momen lebaran sebagai kesempatan untuk merenung, memotivasi diri sendiri, dan meraih potensi terbaik dalam hidup kita.[]

 

Penulis : Hasan Basri

Editor    : Ajiwan

 

Bagikan artikel ini :

TULIS KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

BERITA :

Berisi tentang informasi terkini, peristiwa, atau aktivitas pergerakan difabel di seluruh penjuru tanah air